Abel tak percaya, permintaan seperti apa itu. Dia harus menyikati gigi kenan, emang kenan anak kecil.
"Alice, papa kan sudah gede, sudah dewasa, bisa sikat gigi sendiri."
"Tapi kan papa tangannya sakit mama." Alice terus mendekat abel mau pun kenan.
"Mama sikatin gigi alice aja gimana?" tanya abel kepada alice. Alice menggeleng.
"Kalau mama sama papa gak mau. Alice pergi aja, alice gak mau tinggal di rumah ini."
"Eh, iya jangan sayang. Mama lakuin ok."
Abel mencegah alice yang ngambek dan akan pergi dari sana. Walau abel tau alice tak akan pernah pergi dari rumah ini, masalahnya, ini adalah pekerjaan abel, menuruti semua permintaan alice.
Abel mengambil sikat gigi kenan, memberikan pasta gigi di sikat gigi kenan. Lalu juga melakukannya kepada alice. Alice sikat gigi sendiri sementara abel sibuk menyamanakn tingginya dengan kenan untuk menyikat gigi kenan, dengan susah payah. Kenan pun menurunkan sedikit tingginya, dengan melebarkan kakinya.
Alice senang sekali melihat mama dan papanya romantis. Setelah menyikat gigi, mereka siap-siap tidur. Alice kembali berbaring ditengah keduanya.
"nanti beli piyama tidur samaan bertiga ya papa?" pinta alice melirik papanya sementara tangannya sibuk memeluk abel dan mengusap perut abel.
"iya." Jawab kenan dengan singkat.
"Mama, cepet punya adek ya?" lalu alice kembali melirik abel.
"iya. Selamat malam sayang, besok sekolah kan?" tanya abel mengalihkan pembicaraan lagi.
"diantar mama ya, nanti aku mau nunjukin ke temen-teman, mau kenalin mama ke teman-teman. Kalau aku juga punya mama sekarang." Kata alice memeluk abel erat.
"Iya." Abel mengusap kepala alice dengan lembut. Mencium kening alice, pipi sampai bibirnya sebelum alice tidur.
"selamat malam sayang, tidur yang nyenyak ya hari ini." Kata abel kepada alice.
Kenan memperhatikan sikap abel kepada alice. Dia tak menyangka abel semanis itu kepada anaknya. Ahh, tapi kan ada uangnya, pasti lah abel baik kepada alice.
Kenan tak perduli, melihat alice sudah terlelap dipelukan abel, begitu juga abel yang sudah tidur memeluk alice, kenan menarik selimut untuk keduanya. Membenarkan selimut untuk menyelimuti keduanya. Kenan pergi ke kamar alice. Dia mengeluarkan ponselnya, melihqt foto-foto dirinya dengan sang mending mamanya alice.
Sampai akhirnya kenan malah tidur di kamar alice, sampai pagi. Bangun-bangun, alice yang ngambek.
"Papa mana?"
Cahaya matahari pagi masuk dari sela-sela kamar kenan, membuat alice dan abel terusik. Abel yang bangun lebih dulu, lalu alice. Alice melihat kesisinya. Tak ada sang papa disampingnya. Papanya dimana?
"mama, papa dimana?" tanya alice kepada abel.
"Papa?" abel yang baru bangun juga tak tau. Dia melihat kesisi kiri alice, memang tak ada kenan disana.
"papa bohong sama alice, katanya mau tidur bertiga." Alice menangis. Alice turun dari ranjang, lari mencari papanya.
"Alice." Abel ikut turun dan mencoba menenangkan alice. Alice paling benci dibohongi.
Alice lari ke kamar mandi didalam, ketika dia membuka pintunya, tak ada papanya disana. Alice lari keluar. Ke kamarnya, ternyata papanya malah tidur si kamar alice, dengan memeluk ponselnya.
Alice marah sekali melihat papanya yang malah tidur di kamarnya. Alice membantin ponsel papanya yang ditaruh di dada kenan sejak semalam.
"Papa!"
Alice ngamuk. Kenan kaget dan terbangun. Abel mencoba menghentikan alice, tapi dia juga takut dan bingung melihat alice marah. Takut serba salah.
"ALICE!"
Kenan tak kalah marah dengan Alice. Dia melihat ponselnya yang sudah hancur dibanting alice di lantai. Terlihat layar dengan foto mama alice itu retak.
"Alice, kenapa alice banting ponsel papa. Alice kan bisa membangunkan papa dengan baik-baik."
Alice ketakutan. Dia langsung bersembunyi dibelakang abel. Kenan bangun dan mengambil ponselnya. Dia ingin sekali memarahi alice, yang memang kadang keterlaluan marahnya, terutama kalau kenan tak menepati ucapannya. Alice yang ketakutan memeluk abel erat.
"jangan dimarahi, jangan pakai tangan kamu." Abel memberanikan diri menghadapi kenan. Berdiri didepan kenan.
Kenan hanya mendengus kesal. Dia mengambik ponselnya dan pergi dari sana. Kenan ke kamarnya, untuk mandi dan siap-siap berangkat kerja.
"mama, papa jahat. Papa marah sama alice, bentak alice. Mama kan udah gak ada, kenapa papa masih saja lebih sayang ke mama, mama alice aja gak sayang sama alice, mama alice ninggalin alice."
"ehh, gak boleh ngomong gitu. Bukan mamanya alice gak sayanh alice. Papa juga gak maksud marah ke alice. Udah ya, jangan nangis. Mau sekolah kan?"
Abel memeluk alice yang menangis sesegukan. Abel membantu alice untuk siap-siap ke sekolah. Mengusap air mata alice. Membangu meyiapkan tugas sekolah dan pakaiannya. Ada pembantu yang biasa membantu alice menyiapkan seragam sekolah.
"ini jadwal seragam sama jadwal pelajarannya non alice, nyonya. Ini buku-bukunya, dan yang lain."
"Makasih mbak lala."
Alice kemarin mengenalkannya ketika di dapur, namanya mbak lala. Mbak lala melirik alice yang menangis dipelukan abel.
"Kenapa non alice, nyonya?"
"gak papa mbak, tadi salah paham sama papanya. Biar saya yang bantu alice siap-siap ke sekolah ya mbak. Makasih sebelumnya."
"iya nyonya."
Dalam sekejap, abel dipanggil nyonya, abel masih tak menyangka. Dia membantu alice siap-siap. Mandi dan menyiapkan seragam, juga buku sekolah. Lalu bergegas keluar dari kamar, turun ke lift menuju ke lantai dua. Kebetulan bersamaan dengan kenan yang sudah siap berangjat kerja.
Alice memalingkan muka tak mau melihat papanya yang galak dan jahat. Alice meminta abel untuk bergeser, berdiri disamping papanya. Alice tak mau berdiri disamping papanya itu.
"Siapa yang belum mandi nih, bau banget." Canda kenan untuk membuka percakapannya dengan alice.
"Masih wangi kok walau belum mandi." Kata abel mencium bau badannya sendiri.
"Kan gak boleh pakai baju mamanya papa, yang papa sayang banget itu. Gimana mama abel mau mandi nanti. Nanti gak ada bajunya."
"ya udah. Gak usah pakai baju."
"ih, apaan sih. Bicara didepan anak kecil gitu." Abel dengan sigap menutup telinga alice.
"mama, alice mau dengerin apa yang mama sama papa bicarakan, biar alice bisa lindungin mama kalau papa nakal ke mama." Alice memencoba menyingkirkan tangan abel yang menutupi telinganya.
"tadi aja siapa yang manis, sok mau lindungi mamanya yang belum mandi ini. "
Kenan menaruh tas kerjanya. Dia berlutut didepan alice. Abel pun melepaskan telapak tangannya dari telinga alice.
"Papa minta maaf bentak alice ya, papa minta maaf semalam itu Cuma jalan-jalan, sekalian cek kerjaan di ponsek, takut ganggu alice, jadi pindah ke kamar alice."
"Mau maafin papa?"
Kenan mengulurkan tangan untuk meminta maaf kepada alice.
"tapi soal adiknya, gak boleh bohong ya?" alice meraih tangan papanya.
"papa gak bohong. Tanya mamanya dong, mau gak kasih adik beneran ke alice?"
Alice mendongak menatap abel. Abel mengangguk. Alice malah menaruh tangan kenan diperut rata abel, membuat abel sedikit terkejut, geli, tapi juga gugup.
Tepat ketika itu pintu liftnya terbuka. Ada lilis, bayu dan fara yang membawakan baju seperti permintaan lilis, mereka melihat kenan dan abel yang sangat romantis.
"Pegang perut lagi, gilak sih. Romantis banget sih bel." Fara yang malah dibikin melting dengan keduanya.