Sebuah mobil sport berhenti tepat di depan rumahku. Di parkir rapi dan pemiliknya keluar dari dalam. Nafasku tercekat begitu melihatnya datang dan berjalan menuju rumahku. Matanya begitu melotot padaku sehingga aku harus berdiri dan mendekatinya sebelum Mom dan Dad tahu, termasuk Hendrick yang ada di dalam sedang berbicara dengan orangtuaku.
"Kau tidak datang untuk bekerja," katanya dengan suara marah.
"Maaf, aku... tidak enak badan," jawabku santai, tapi tentu saja ada nada gugup dalam diriku.
Steven langsung menyentuh keningku, yang aku pastikan dia meyakinkan dirinya sendiri apakah aku demam atau tidak. Kemudian tangannya terlepas dan dia kembali menatapku.
"Jangan bohong," katanya sambil melihat ke belakangku. Matanya tampak menyala seperti api. Aku kemudian berbalik dan melihat Hendrick berdiri di sana.
Sial! Steven pasti berpikir aku berbohong karena Hendrick dan ingin berdua. Padahal sudah jelas bahwa Mom dan Dad ada di dalam. Aku menoleh ke arahnya dan menggelengkan kepalaku dengan cepat.
"Ini tidak seperti yang kau pikirkan. Orang tuaku ada di dalam. Kau mau masuk?" tanyaku kemudian.
Well, Mayleen... kau menawarkan sesuatu yang membuat segalanya semakin suram!
"Ya, tentu saja. Aku akan mengambil pacarku kembali di depan orang tuanya," katanya, masih menatapku. Oh, tidak. Dia benar-benar terdengar serius.
Aku berbalik dan mengatur napasku. Situasiku semakin buruk pada saat-saat seperti ini. Aku pikir Steven adalah seseorang yang akan menyerah pada kehidupan cintanya. Karena tadi malam dia tidak mengejarku sama sekali. Kupikir kami benar-benar selesai. Aku bahkan tidak berharap untuk kembali padanya. Dan kenapa juga aku menawarkannya untuk masuk?
"Kau tidak akan masuk ke dalam," kata Hendrick, menghentikan langkahnya.
"Mayleen... siapa yang mengundangku masuk?" Steven bertanya padaku untuk mengejek Hendrick.
"Well, Hendrick, tidak apa-apa. Dia bisa masuk," jawabku pasrah.
Aku langsung mendahului Steven dan Hendrick. Aku membiarkan mereka tetap saling bertatapan saat aku berbicara dengan Mom dan Dad tentang Steven. Mereka terkejut pada awalnya karena mereka mengira aku masih sendiri sejak putus dengan Demico. Dan yah, siapa sangka putri mereka cukup cepat untuk mendapatkan pacar baru meskipun aku mengakui bahwa aku sudah putus dengannya. Tapi mengingat Steven ingin mengajakku kembali di hadapan orang tuaku, kedengarannya mengerikan.
Steven memperkenalkan dirinya di depan orang tuaku dengan sopan. Sopan seperti ia berbicara dengan kliennya. Tiba-tiba, suasana di rumah menjadi hangat karena sikapnya. Sementara itu, kau melihat Hendrick hanya duduk kesal memperhatikan Steven.
"Apakah putri kami rajin bekerja di bidangnya? Beritahu kami jika dia melakukan kesalahan, kau juga bisa hukum dia, Steven," kata Mom dramatis.
"Mom!" Aku menegurnya karena merasa malu ketika seseorang bertanya tentang kinerjaku di kantor.
"Mayleen adalah karyawan yang rajin dan pekerja keras. Harus kuakui. Ini bukan karena dia pacarku tapi sebagai karyawan," jelas Steven.
"Oh? Kalian balikan? Aku mendengar dari Mayleen bahwa kalian berdua baru saja putus," kata Mom.
Aku memijat pangkal hidungku kesal karena Mom begitu terbuka padanya. Aku menatap lurus ke belakang ke arah Hendrick. Dia diam sambil mendengarkan.
"Oh, maaf Mr dan Mrs Ong, kami balikan. Baru saja," kata Steven sopan. Ia benar-benar mengatakan itu dengan lancar.
Aku langsung menendang kakinya yang aku lihat dia meringis kesakitan. Tapi tendangan kakiku bukanlah apa-apa baginya.
Dad dan Mom menatapku bersamaan. Aku kira mereka ingin memarahiku karena tidak menjelaskan bagian ini. Bagaimana aku bisa menjelaskannya? Aku bahkan tidak punya cara untuk menyampaikannya.
"Ah, itu... tidak benar," kataku tiba-tiba.
"Sayang, kenapa kau tidak jujur saja jika kita balikan?" tanya Steven, terdengar lembut.
"Hentikan, Steven. Kita putus tadi malam, dan kita tidak akan bersama lagi," bentakku.
Steven menatapku dengan tenang dan senyum membingkai wajahnya. Dia kemudian melihat orang tuaku dan tiba-tiba aku melihat Hendrick berdiri.
"Benar, Zhu, Mayleen dan dia tidak kembali bersama. Maksudku, laki-laki ini berbohong," kata Hendrick pada Mom untuk membelaku.
"Nak, jadi kau tahu tentang mereka?" tanya Dad pada Hendrick.
Hendrick hanya mengangguk dan Dad berdiri, menatap Steven dengan tatapan garangnya. "Maaf, Steven, tapi sebaiknya kau pergi dari rumahku dan menjauh dari putriku."
***
Aki merasa lega karena Ayah telah mengusir Steven dengan cara yang halus namun mematikan. Tapi aku juga penasaran karena sebelum Steven meninggalkan rumah, dia mengajak Dad untuk berbicara secara pribadi di mobil Steven. Das bahkan setuju.
Sekarang, aku sangat ingin tahu tentang apa yang mereka berdua bicarakan. Sudah pasti tentangku. Aku merajuk pada Dad tapi dia tidak memberitahuku apa-apa. Alasannya mereka hanya membicarakan mengenai pria dewasa.
"Ayah, bisakah kau memberitahuku? Aku mohon..." Aku memohon untuk terakhir kalinya.
"Tidak, Sayang. Karena ini bukan tentangmu."
Selalu itu jawabannya. Dia tidak punya jawaban lain selain itu dan aku selalu menanyakan pertanyaan yang sama. Sebenarnya antara aku mempercayainya dan tidak. Karena aku pernah membaca salah satu buku psikologi, bahwa jika seseorang menjawab atau mengatakan hal yang sama berulang-ulang, kemungkinan dia tidak berbohong kepada kita. Sekarang, itulah yang aku rasakan.
"Oke, aku harus pergi bekerja. Kau nikmatilah waktu istirahatmu dengan baik. Ah, dan aku akan pulang lebih awal, mengingat malam ini akan ada makan malam bersama keluarga Jackson."
Dad mencium keningku dan dia pergi setelah itu. Aku menatap Mom yang sedang sibuk membersihkan piring kotor, dia hanya mengangkat bahu. Lalu aku teringat sesuatu... Hendrick tidak ada di rumahku!
"Mom, apa kau melihat Hendrick?" tanyaku.
"Ya... dia ada di kamarmu," jawab Mom.
Aku segera naik ke atas dan masuk ke kamarku. Kalian tidak perlu heran karena orang tuaku selalu tahu bahwa Hendrick ada di kamarku. Mereka percaya bahwa kami tidak akan melakukan apa-apa. Tapi mereka juga tidak keberatan jika terjadi sesuatu selama kita saling menjaga diri karena kita juga sudah dewasa.
Aku menghela napas lega mengetahui dia masih di kamarku. Aku pikir dia akan meninggalkan rumahku mengingat ekspresi kesal di wajahnya karena Steven sebelumnya.
"Sebaiknya kau mengundurkan diri dari kantormu," katanya tanpa menatapku. Dia sibuk dengan ponselnya tapi bisa merasakan kehadiranku.
"Apa kau pikir mencari pekerjaan itu mudah?" tanyaku.
"Well, aku punya banyak teman untuk menawarimu pekerjaan, Mayleen. Kau tidak perlu khawatir."
"Aku tidak ingin bergantung pada siapa pun."
"Padahal hidup bergantung pada sesuatu," jelasnya. "Aku kasih waktu seminggu. Ada satu temanku, cowok, Boss juga dan dia butuh cewek di bagian administrasi. Tapi satu yang perlu kau ingat, jangan berharap untuk berkencan dengannya, oke? Dia sudah punya pacar," jelas Hendrick dengan mata yang menyiratkan sesuatu.
Aku kesal. Apa aku tipe orang yang akan berkencan dengan Bos sendiri? Apa Hendrick melihatku dari sudut pandang itu sekarang? Karena aku sudah berkencan dengan Bosku walau dengan waktu yang singkat? Ck!