"Oh, Sayang, kau harus memakai gaun ini, oke? Ganti gaunmu dengan cepat!" Kata Mom menyuruhku memakai gaun yang ia desain sendiri. Aku menatap gaun desainan buatannya dengan terpaku. Terlalu seksi, bahkan kurasa jika aku pergi sendiri tanpa seorang yang menemani, sudah pasti mengundang rasa penasaran para laki-laki.
"Mom, tapi ini terlalu seksi!" kataku menggerutu.
"Ganti saja, oke? Aku tidak ingin ada penolakan!" balas Mom terdengar sangat tidak menerima penolakan dari anaknya.
Akhirnya, aku mengganti gaun sederhanaku dengan gaun yang dirancang oleh Mom. Jujur saja, aku suka desainnya, tapi untuk makan malam bersama keluarga Hendrick dengan gaun ini, menurutku terlalu seksi!
Aku tidak tahu apa yang Mom pikirkan ketika aku harus memakai ini. Maksudku, tidak adakah yang lebih sopan dari ini?
Gaun mini ini bahkan membentuk lekuk tubuhku. Punggungku terbuka sampai di pinggang. Bahkan rambutku yang ingin kuurai, Mom sampai harus menatanya hingga aku terlihat seksi di matanya.
"Kau terlihat cantik, Sayang," puji Mom. Ia bahkan membuat tubuhku berputar untuk dinilainya lebih detil.
"Dan kau terlihat antusias, Mom, setiap kali kita makan malam bersama keluarga Jackson," lanjutku.
Ia hanya mengangkat bahu dan menyuruhku segera turun karena Dad sudah memanaskan mobil. Aku menggeram kesal serta meraih sepatu heelsku lalu turun.
Orang tuaku sibuk berbicara ketika kami sedang dalam perjalanan. Aku mencoba untuk sibuk memainkan ponselku. Well, Steven masih terus mengirimiku pesan yang hampir sama dengan Demico, dia ingin kami balikan.
Mungkin baru sehari sejak Steven dan aku putus, dia tidak berusaha mengejarku, maka dari itu aku berasumsi seakan ia tidak menginginknaku. Tapi pagi ini cukup terbukti, tapi tidak sepenuhnya.
"Kapan terakhir kali kita berkumpul bersama keluarga Jackson, Mayleen?" Mom bertanya padaku. Wajahnya berseri-seri seakan ia baru pertama kali bertemu keluarga Jackson.
"Aku lupa. Memangnya kenapa?"
"Hanya bertanya," jawab Mom dengan seringai senyumnya.
"Ah, Mayleen... aku membawakan keluarga Jackson kue buatanku, mereka selalu menantikan kueku di pertemuan seperti ini, jadi tolong berikan pada Olive nanti, oke?" kata Mom.
Kuhela napasku karena sebenarnya bisa saja Mom memberikannya langsung pada Olive. Jadi ak hanya bergumam mengetahui kebiasaannya selalu memberitahuku bagian itu. Omong-omong, Olive adalah Ibu Hendrick.
Mendekati rumah Hendrick, jantungku berdebar kencang. Sungguh. Aku bahkan mencoba meyakinkan diri sendiri bahwa aku sudah benar-benar cantik. Entah kenapa tiba-tiba aku ingin terlihat cantik dan seksi di mata Hendrick. Aku akan berterima kasih kepada Mom karena menyarankan aku memakai gaun ini. Rupanya tidak terlalu buruk juga.
Mobil kami terparkir tepat di depan rumahnya. Aku perlahan turun dan berjalan dengan anggun di belakang orang tuaku. Aku melihat Hendrick sudah menatapku dari teras rumahnya, dan aku tersenyum.
Omong-omong, keluargaku selalu bersikeras untuk mengunjungi keluarga Jackson meskipun mereka mengundang kami terlebih dahulu. Nanti saat kami berada di rumah keluarga Jackson, kami akan berangkat bersama. Biasanya, aku satu mobil dengan Hendrick dan orang tua kami akan berada di mobil yang berbeda, yaitu Dad atau Rob yang akan mengemudi.
Kami selalu disambut oleh keluarga Jackson dengan baik, yang tentu saja orang tua Hendrick. Kami mengobrol sebentar, lalu kami langsung pergi ke restoran.
Untuk semua yang bertanya, kenapa kami tidak langsung ke restoran? Nah, karena orang tuaku dan orang tua Hendrick memiliki kesepakatan, bahwa lebih baik bertemu di satu tempat dan pergi bersama untuk lebih dekat satu sama lain. Ada gunanya juga agar suasana di restoran nanti tidak terlalu canggung.
"Kau terlihat cantik dan... seksi," puji Hendrick sambil menyalakan mobil. Orang tua kami sudah mengemudi lebih dulu.
"Ini ide Ibu. Kau tahu dia selalu berlebihan," kataku, meskipun jauh di lubuk hatiku aku senang mendengar pujiannya.
"Well, Zhu selalu membuat pilihan yang tepat untuk putrinya," katanya.
"Apakah Sera tahu tentang pertemuan ini?" tanyaku mengalihkan pembicaraan karena jika aku membiarkan Hendrick terus memujiku, aku mungkin akan terus meleleh di depannya dan jadi besar kepala.
"Tidak, dia tidak tahu. Terkadang, sesuatu yang baik tidak perlu diketahui," katanuam
"Oh, oke. Apa kalian bertengkar?" tanyaku lagi karena Hendrick biasanya melaporkan apa pun yang ia lakukan kepada Sera.
Dilihat dari rahangnya yang terkatup, aku bisa memastikan pada diriku sendiri bahwa ia dan Sera memang sedang bertengkar. Dan aku ingin membuat Hendrick mengakuinya di depanku.
"Kau sudah tahu jawabannya, Mayleen," jawabnya.
"Maksud kau apa?"
"Dari caramu menatapku, aku tahu kau tahu jawabannya."
Aku malu karena aku tertangkap basah olehnya. Tapi itu tidak masalah karena setidaknya dia menjawabnya.
"Kalian berdua jarang terlihat adu cekcok," kataku.
Hendrick mengangkat bahunya. "Hmm, sebenarnya sudah biasa, Mayleen. Sera dan aku sering bertengkar, hampir setiap saat, hanya saja kau tidak sering melihatnya. Dan biasanya, kami akan kembali baikan dengan cara bercinta," katanya menjelaskan.
Ugh, aku merasa mual mendengar bagian terakhir dari kalimatnya. Tiba-tiba sebagian dari diriku merasa tidak enak membayangkan itu. Kecemburuanku kembali dan membuatku merasa jauh lebih buruk.
"Mayleen... apa kau baik-baik saja?" tanya Hendrick tiba-tiba. "Apa perutmu sakit? Atau apa?" dia bertanya lagi saat tangannya menyentuh punggungku membuat darahku mendidih dengan gembira.
Kebetulan aku memang emegang perutku. Entahlah, akhir-akhir ini, jika saya memikirkan sesuatu yang membuatku tidak nyaman, perutku akan terasa mual tetapi bukan berarti aku ingin muntah.
"Aku baik-baik saja, Hendrick. Lebih baik kita tidak usah membicarakan tentangmu dan Sera lagi," kataku jujur.
Hendrick tampak mengerti dan dia mengusap punggungku. Rasanya seperti malam ini aku pacarnya. Dia bahkan memperlambat mobilnya untuk membuatku merasa lebih baik, meskipun aku merasa tidak enak badan bukan karena cara dia mengemudi.
Ketika kami tiba di restoran, Hendrick bersikeras agar dia membukakan pintu mobil untukku. Yah, rasanya seperti mimpi. Seketika mualku hilang karena caranya mengemudi.
"Sekali lagi, kau terlihat sangat cantik dan seksi, Mayleen," bisiknya dan terdengar sangat menggoda di telingaku.
Rasanya aku seperti jatuh cinta berkali-kali padanha. Dan ia benar-benar membuatku mabuk karena pujiannya. Ia menyentuh punggungku yang terbuka dengan jari-jarinya yang bermain nakal. Ini tidak sehat, pikirku. Tapi aku rasa tidak masalah jika aku dan Hendrick sama-sama menikmatinya.
"Berhenti membuatku malu," kataku padanya. Dan memang aku sangat malu karena Hendrick memujiku seakan tak ada habisnya. Dan bodohnya, aku terjerumus terus menerus karena pujian itu. Membuatku senang dan tak menyesali pakaianku yang terbuka. Jika seperti ini terus, maka aku harus memakai pakaian yang seksi saat bersamanya.
"Lihat... semua orang menatap kita. Mereka mengira kita pasangan," bisiknya.
"Hmm, kalau begitu mari kita bermain selayaknya pasangan," kataku membalasnya.
"Dengan senang hati, Baby."
Yeah... dan kuharap kita akan menjadi pasangan, Hendrick, pikirku.