"Apa yang ingin kau katakan?" tanyaku saat aku dan Hendrick sudah di dalam mobil. Aku tidak benar-benar percaya kalau ia akan membawaku ke Central Park. Well, karena aku tahu ia ingin membicarakan sesuatu yang penting baginya.
"Tentang Paris-"
"Well, aku baru saja menyetujuinya di depan Olive, dan aku tahu kalau aku sebaiknya tidak ikut, kan?" potongku. Aku sudah cukup mengerti mengapa ia langsung membicarakan paris. Ia ingin aku membatalkannya untuk alasan yang kupikir semua ini ada kaitannya dengan Sera.
"Ah, syukurlah... tapi kau belum mengatakan apa-apa pada Mom," katanya. Hendrick tampak lega dan di sini aku merasa aku yang lebih sakit hati.
"Mungkin nanti. Tenanglah. Lagi pula, kenapa semalam kau harus berpura-pura seolah aku harus ikut menyetujui, hah?"
Hendrick menggaruk-garuk kepalanya yang menurutku tidak gatal, lalu ia tersenyum dengan cengiran kudanya. "Kau tahu, tadi malam aku merasa terpojok," jawabnya.
Aku menganggukkan kepalaku sebagai tanda bahwa aku mengerti. Kemudian kami terdiam beberapa saat sampai telepon di tanganku berdering. Nama Steven tertera di layar dan ini adalah kesempatanku untuk kembali. Setidaknya Steven tulus membantuku dan kurasa tak ada salahnya memberi kesempatan kedua.
"Apa?" sapaanku terdengar sedikit sinis.
"Aku di rumahmu," katanya dan membuatku terkejut.
Aku menatap Hendrick yang sedang menatapku dengan tatapan 'siapa dia?' tapi aku memilih untuk membuatnya tetap diam.
"B-bagaimana kau bisa di sana? Dad... apa dia memarahimu?" Aku bertanya dengan gugup.
"Sulit mengatakannya di telepon. Kemarilah. Kata orang tuamu, kau baru saja pergi dengan cinta pertamamu," katanya.
"Oke."
Aku segera menutup panggilannha dan menoleh ke Hendrick. Ia sedang menungguku untuk berbicara yang membuatku hampir tidak bisa mengatakan apa yang ingin aku katakan.
"Pulang. Aku ingin pulang," kataku padanya.
"Apa terjadi sesuatu?"
"Antarkan aku pulang, Hendrick."
Aku sengaja tidak memberitahu Hendrick tentang kedatangan Steven yang tiba-tiba di rumahku. Karena mungkin ia dengan sifat egoisnya tidak akan mengantarku pulang. Jadi ia langsung menginjak gas dan menuju rumahku.
Sesampainya di rumah aku langsung masuk ke dalam dan tentu saja Hendrick mengikutiku dari belakang. Nafasku tercekat saat melihat Steven yang tiba-tiba menjadi dekat dengan Dad dan sebaliknya.
"Hai, cantik. Senang bertemu denganmu kembali," sapa Steven sambil tersenyum.
Sejujurnya, aku tidak tahu bagaimana harus menanggapinya. Karena ketika aku melihat Dad, ia hanya mengangkat bahu. Sementara itu, ketika aku melihat ke belakang, Hendrick hanya berdiri di ambang pintu. Ia terlihat syok karena aku tidak memberitahunya di awal saat Steven meneleponku.
"Aku sudah meminta izin kepada Ibu dan Ayahmu untuk membawamu keluar hari ini. Dan kau bisa kembali bekerja pada hari Senin. Apakah kamu siap?" tanya Steven setelah ia menjelaskan.
"Err... itu... Dad?" Aku bertanya pada Dad.
"Kau cukup besar untuk mengambil keputusan, My Baby Girl, jadi putuskan apa yang cocok untukmu," jawab Dad.
Aku menghela nafas karena merasa dilema. Padahal sebelumnya aku ingin mengambil kesempatan untuk menjauh dari Hendrick, tetapi ketika aku harus menjawab sesuatu di depan Hendrick, rasanya sangat dilema sekali bagiku.
"Mayleen?" Panggilan Steven membuatku putus asa.
"Ah... ya, baiklah. Kalau begitu aku akan bersiap-siap dulu."
"Tidak perlu. Berpakaian saja seperti itu," kata Steven menghentikanku berjalan ke atas.
Aku merasa canggung saat kembali menatap Hendrick yang masih menatapku. Kemudian aku terkejut ketika tangan Steven menggandengku pergi bersamanya. Mom dan Dad hanya tersenyum dan melambai padaku.
Saat melewati Hendrick, aku terdiam. Tapi Hendrick dengan matanya memelototiku, bahkan pada Steven membalasa tatapannya.
"Hati-hati, Mayleen," bisiknya sehingga hampir hanya aku yang mendengarnya.
***
"Apa yang kau katakan pada orang tuaku? Mengapa mereka begitu mempercayaimu... lagi?" Aku bertanya kepada Steven ketika kami berada di dalam mobil.
"Aku hanya mengatakan selayaknya pria sejati. Bahwa aku tidak akan menyakiti putri mereka dan aku akan menjaganya," jawab Steven.
Aku menggeram pada Steven saat mendengar jawaban klasiknya. Pria mana pun, di mana pun, akan melakukan hal yang sama pada awalnya. Aku bahkan tidak tahu apakah hubungan ini berlanjut atau tidak.
Steven menatapku sambil tersenyum lalu mengacak-acak rambutku. Aku kesal, tapi itu tidak berlangsung lama karena dia berhenti tepat di toko es krim. Dimana hal itu bisa mengembalikan mood baikku.
"Beri aku satu kesempatan untuk kembali bersamamu, Mayleen. Oke?" katanya sambil menatapku, lalu dia keluar dari mobil dan membukakan pintu mobil untukku.
***
Satu hari setelah Steven mencoba untuk kembali padaku, aku akhirnya menyerah. Lagipula ak tidak berpikir ia melakukan kesalahan besar, jadi saya menerima ajakannha untuk kembali kepadaku. Perasaanku padanya masih sebatas suka. Tentu saja, aku memiliki lebih banyak perasaan untuk Hendrick daripada dia. Dan... bagaimana kabar Hendrick sejak satu hari berlalu? Dia bahkan tidak mengirimiku pesan atau telepon.
Oh tidak! Aku mencoba melupakan perasaan ini. Seharusnya aku tidak mencoba menghubunginya. Jadi, aku meletakkan kembali ponselku dan menyimpannya karena tadinya aku ingin menghubunginya.
Aku turun ke bawah dan menemukan Mon sedang sibuk merajut sesuatu. Sementara Dad aku yakin hari Minggu ini dia sedang memancing. Entah apa asyiknya memancing yang menjadi rutinitasnya setiap hari Minggu itu.
"Hai, Mon!" sapaku.
"Hai, Sayang. Aku membuat pancake untukmu, makan satu lalu belanjalah untukku, oke. Kertasnya ada di atas meja," kata Mom.
Aku menghela nafas. Sepertinya hari Mingguku akan sedikit sibuk juga. Sudah menjadi kebiasaanku untuk membantu Mom berbelanja kebutuhan dapur atau rumah yang mana stoknya sudah habis atau menipis. Dan aku malah senang melakukannya.
"Oke. Biar aku makan pancake yang enak itu dulu," kataku kembali.
Mom tersenyum manis dan kembali merajut sesuatu. Lalu aku ikut duduk di sampingnya sambil menikmati pancake buatannya dengan segelas susu yang masih hangat.
"Jadi, Steven adalah pria yang baik, ya? Kenapa kau putus dengannya kemarin?" Mom bertanya tanpa menoleh ke arahku.
"Hmm, ya dia laki-laki yang baik, kurasa. Dan tidak perlu penjelasan untuk itu, Mom, karena aku sudah kembali bersamanya."
"Aku senang putriku akhirnya menemukan anak laki-laki yang baik," kata Mom.
Aku tersenyum kaku saat aku menatap pancakeku di mana pikiranku menjadi terbagi. "Hmm, Mom... bolehkah aku bertanya sesuatu?" tanyaku.
"Katakanlah, Sayang."
"Apakah kau dan Dad serta orang tua Hendrick pernah berpikir untuk menjodohkanku dengannya?" tanyaku tanpa merasa canggung.
"Kami sempat memikirkannya... tapi kami melihat kalian berdua sudab memiliki seseorang yang kalian cintai. Yah, meskipun kami senang melihat kalian bersama, seperti yang kami katakan di restoran kemarin. Kau tahu, Olive menyukaimu bersa.a Hendrick dibandingkan bersama Sera, ia tak menyukai gadis itu," jelas Mom yang membuatku tersipu dan merasa bahagia, membuatku sulit mengendalikan perasaan itu.