"Sebelum kau menjawab, coba berikan aku clue tentang perasaanmu padaku," kata Alex.
"Eh? Kau menjebakku, ya?"
"Tidak. Bukankah kita sama-sama ingin tahu perasaan satu sama lain? Maksudku, kan tak adil jika kau tahu aku menyukaimu, sementara aku tidak tahu perasaanmu?"
Mayleen menghela napasnya. Pandangannya ia edarkan ke luar jendela mobil.
[Bagaimana ini? Masa aku jujur sekarang? Tapi kan, perasaanku masih abu-abu?] batinnya.
Alex, dengan sabar menunggu Mayleen menjawabnya. Ia bersiul menyamakan siulannya dengan lagu yang terputar.
Sementara itu, jantung Mayleen berdebar. Ia bahkan tidak tahu bagaimana mengatakannya. Tapi ucapan Alex ada benarnya, baginya. Memang tak adil jika Alex tak mengetahui isi hatinya.
Bahkan, Mayleen tak juga menjawab saat mereka sudah memasuki drive thru-nya Starbucks.
"Berjanjilah," kata Mayleen tiba-tiba.
Alex menggumam. "Untuk apa?"
"Kau tak akan memaksaku untuk bersamamu dalam waktu yang cepat. Aku belum siap, Alex."