Chereads / I Love You, My Best Friend / Chapter 27 - Chapter 27 - Jangan Pergi, Tetaplah Begini

Chapter 27 - Chapter 27 - Jangan Pergi, Tetaplah Begini

"Aku tidak ingin melanjutkan lagi, Sera! Tolong jangan mendesakku," ujar Hendrick.

"Please, sebulan lagi. Aku yakin aku bisa membuatmu mencintaiku."

Hendrick menggelengkan kepalanya. Setelah beberapa tahun ia bersama Sera demi suatu hal yang mereka sepakati, ia belum bisa mencintai Sera.

"Tidak. Kita sudah berapa tahun seperti ini. Tidak lagi. Aku malah akan terus menyakitimu dengan aku yang tak bisa mencintaimu. Secara tidak langsung."

Sera mulai menangis. Tubuhnya bergetar. Bukan maksudnya membuat Hendrick lemah akan tangisan wanita. Tapi memang ia sendiri lemah ketika hatinya mulai terasa sakit. Dan tak dapat dipungkiri, bahwa apa yang dikatakan Hendick semua benar.

Perlahan, cintanya untuk Hendrick semakin bertumbuh. Tapi hal itu tak lantas dirasakan Hendrick. Yang ia rasakan hanya nafsu sesaat yang kemudian tak berubah menjadi apa-apa bagi Hendrick.

"Dia tidak menyukaimu, Hendrick. Apalagi yang kau harapkan dari dia?" kata Sera dengan isak tangisnya.

"Tidak, kau tidak tahu dia dengan baik, Sera. Dia sudah menyukaiku. Hanya saja dia belum mengungkapkannya. Aku hanya ingin hubungan kita segera berakhir. Kita bersama atas dasar kesepakatan saja," jelas Hendrick.

Semakin mendengar ocehan Hendrick, semakin itu pula Sera meraung dalam tangisnya. Mau tak mau, Hendrick meraih tubuhnya dan membawanya dalam pelukan. Ia tidak tega menyakiti seorang wanita, tapi jika ia terus melanjutkannya, maka perih itu semakin bertumbuh.

"Apa kau benar-benar tak mencintaiku? Setelah semua ini? Tidak adakah sekecil harapan untukku?" tanya Sera.

Hendrick tak bisa menjawabnya. Ia tidak mencintai Sera. Tapi ada perasaan sayang untuknya yang tak bisa ia ungkap. Sebab jika ia menjawabnya, Sera akan menahannya lebih lama, sementara Hendrick mengharapkan sesuatu yang lain.

"Sera, maaf ... apa yang kukatakan sama seperti tadi. Kau tak perlu bertanya lagi. Dan aku tak mau menyakitimu lebih. Tolong, mengertilah."

Tak ada balasan dari Sera. Ia hanya semakin menangis dalam pelukan Hendrick. Lalu, karena rasa lelahnya, ia pun tertidur dan Hendrick membaringkannya di kasurnya.

Setelah mengamati Sera beberapa menit, Hendrick meninggalkan catatan di nakasnya. Ia lalu meraih jaketnya dan menatap Sera lagi untuk terakhir kali baginya. "Maaf, Sera. Aku harus-"

"Hendrick ... jangan ... pergi."

Tiba-tiba dalam keadaan mata terpejam dan masih tidur, Sera mengigau. Lebih tepatnya, Hendrick tidak tahu apakah ia sengaja mengatakan itu atau memang mengigau.

Hendrick diam sesaat dan ia berdecak, "sial!" Akhirnya ia kembali ke arah ranjang Sera terbaring dan menatap wajah Sera yang kini sudah berkeringat. Dipegangnya dahinya dan Hendrick merasakan bahwa Sera demam.

Tidak pernah ia melihat atau merasakan sendiri seorang wanita sakit seperti ini karenanya. Ia tahu ia sudah terlalu lama bersama Sera. Terjebak di zona nyaman memang menyenangkan, tapi ketika tahu bahwa ada rencana lama yang belum berhasil ia raih, membuatnya enggan untuk memutuskan.

"Sera, bangunlah," pinta Hendrick seraya mengompres dahi Sera dengan air dingin.

Walau demam itu sudah turun, tapi Sera belum membuka matanya. Bahkan berkali-kali kedua matanya menjatuhkan air mata di bagian sudutnya.

Sambil menunggu Sera bangun, Hendrick mencoba menghubungi Mayleen. Tapi tetap saja, Mayleen tak menjawab panggilannya. Wanita itu masih marah padanya. Bahkan sudah berapa hari ia ke rumahnya, dengan halus dua orang tua Mayleen mengatakan bahwa Mayleen sedang tak ingin diganggu.

"Kau tidak boleh pergi atau berhubungan dengan siapapun, kecuali aku, Mayleen," geramnya.

***

Mayleen menyaksikan rumahnya sepi di hari ia akhirnya keluar dari perusahaan Steven. Namun tiga hari yang akan datang, ia sudah bisa bekerja di perusahaan Ken. Pada akhirnya ia berhasil diterima di sana dengan posisi sebagai Admin di perusahaan Ken yang mana perusahaan itu bergerak di bidang pembuatan smartphone.

Kata Ken, Mayleen harus memiliki waktu liburan setelah bekerja lama di perusahaan lamanya dulu. Ia senang karena calon atasannya itu baik padanya. Walau mereka beberapa kali terjerat pada ranjang dan sensasi yang nikmat, bukan menjadi alasan bagi Ken untuk menerimanya. Sebab di awal, Ken masih harus melihat latar belakang pekerjaan Mayleen.

"Kami sedang ke rumah teman, Sayang. Makanlah yang ada, saat pulang nanti, aku akan memasak untukmu. Dari Mommu yang cantik," ucap Mayleen saat ia membaca catatan kecil yang dibuat oleh Zhu yang direkatkan pada kulkas.

Mayleen tersenyum memikirkan bagaimana Zhu benar-benar sangat percaya diri untuk mengatakan bahwa dirinya cantik, walau pun pengakuannya itu benar. Zhu memang cantik, luar dalam.

Suara pintu rumahnya terketuk. Ia perlahan mengintip dari jendela dan terkejut karena Hendrick kembali datang ke rumahnya.

"Aku tahu kau di dalam. Zhu mengatakannya padaku," kata Hendrick sedikit berteriak.

Mayleen menghela napasnya. Jika Zhu sudah menghubungi Hendrick, maka ia tak bisa berkutik. Akhirnya ia pun membukakan pintu untuk Hendrick.

"Ayo, kita jalan," ajak Hendrick saat melihat Mayleen.

"Aku ambil ponselku dulu."

Mayleen memang sedang tak ingin berduaan dengan Hendrick di rumahnya. Ia hanya lelah untuk sesuatu yang berakhir dengan seks.

Saat mereka berada di kafe Hendrick, ia membuka pembicaraan. "Aku ingin putus dari Sera."

Mayleen memang terkejut. Entah ia harus senang atau prihatin. Mendukung Hendrick dengan keadaannya yang sedang kesal dengan Hendrick juga rasanya percuma.

"Kenapa kau mengatakannya padaku?" tanya Mayleen acuh.

"Kupikir kau ingin tahu."

"Dengan imbalan hubunganku bersama laki-laki baru itu? Well, aku tak berniat membahasnya," balasnya tanya dengan mencemooh.

Hendrick mengusap wajahnya. "Aku tidak akan bertanya lagi. Jika kau memang menginginkan hubungan yang baru bersama laki-laki lain, aku tak masalah. Lagipula, kau benar ... kau punya hak untuk memilih bagi dirimu sendiri."

Entah kenapa Hendrick malah mengatakan itu pada Mayleen. Padahal tadinya ia ingin sedikit jujur padanya mengenai perasaannya yang sesungguhnya. Tapi melihat Mayleen bersikap dingin padanya, membuatnya mengurungkan diri.

"Kau berpikir begitu? Aku bahkan belum siap memiliki komitmen setelah bersama Steven. Ouh, mungkin setelah bersama Demico. Anggaplah Steven tak masuk dalam list mantan pacarku."

Hendrick hanya diam. Mendengar pernyataan Mayleen barusan membuatnya membeku. Bagaimana ia harus memulai jika Mayleen bahkan tak siap dengan komitmen yang baru.

Mendadak perasaan dilema akan meninggalkan Sera dan bersama Mayleen datang. Sementara ia sendiri tahu, Sera masih sakit dan terbaring di apartemennya.

"Sepertinya tidak ada lagi yang ingin kau katakan, Hendrick," kata Mayleen seraya menyeruput habis minumannya.

"Mainlah ke rumah. Olive merindukanmu," ajak Hendrick.

"Olive atau kau sendiri?"

Mayleen berdiri dan melangkah keluar kafe. Hendrick menyusulnya dan memeluknya dari belakang. Kedua tangannya ia kalungkan di leher Mayleen. Membuat wanita itu terkejut dan terdiam.

"Aku yang merindukanmu, Baby. Please, jangan bersikap seperti ini padaku," lirih Hendrick dengan nada penuh kesakitan akan kerinduan.