Chereads / I Love You, My Best Friend / Chapter 26 - Chapter 26 - Bagai Morfin Membuat Candu

Chapter 26 - Chapter 26 - Bagai Morfin Membuat Candu

"Siapa dia?" tanya Hendrick ketika Mayleen memasuki kamarnya. Ia sudah tidak kaget lagi jika Hendrick masuk menyelinap lewat jendelanya.

Mayleen tidak menjawab pertanyaan Hendrick dan ia malah melepaskan pakaiannya kemudian masuk ke kamar mandi. Selama beberapa saat di kamar mandi, Mayleen sengaja memperlambat mandinya karena ia terlalu penat memikirkan Hendrick. Belum lagi pikirannya juga berkecamuk dengan apa yang dilakukannya bersama Ken.

"Mayleen, jawab aku! Siapa dia!" seru Hendrick memegang kedua lengannya. Mengguncangnya dengan pandangan kesal karena Mayleen mendiamkannya.

Mayleen menatapnya dengan pandangan lelahnya. Tidak pernah terpikirkan olehnya bahwa Hendrick akan memaksanya untuk menjawabnya.

"Memang apa pentingnya untukmu?" tanya Mayleen. Ia lalu mengeringkan rambutnya dengan pengering rambut.

Tidak ada jawaban dari Hendrick. Setelah ia pikir, memang tidak ada pentingnya untuknya. Tapi penting baginya untuk mengetahui siapa laki-laki yang mengantar Mayleen pulang.

"Dia teman baru. Kami melakukan one night stand, kau tahu?" kata Mayleen akhirnya. Ia bahkan mengatakannya dengan nada yang terdengar genit dan nakal.

"Kau- maksudku, kau bercinta dengannya?!" tanya Hendrick kesal.

Mayleen menganggukkan kepalanya tanpa merasa bersalah. Walau degup jantungnya sekarang berdetak cepat. Ia khawatir bahwa Hendrick akan marah padanya. Tapi secepat itu juga ia tidak peduli. Karena sepertinya hubungannya dengan Hendrick akan seperti itu terus.

Tiba-tiba Hendrick membalikkan tubuh Mayleen yang sedang bercermin mengering rambutnya. "Kau tidak boleh disentuh siapapum kecuali aku, Mayleen!" terangnya.

Tawa kecil mengejek dari Mayleen terdengar. Lalu wajahnya kembali menjadi datar menatap Hendrick. "Aku muak mendengarmu bicara begitu sementara kau seenakmu bercinta dengam Sera!"

"Aku tidak bercinta dengan Sera!" elak Hendrick.

"Pembohong!" kali ini Mayleen mendorong tubuh Hendrick menjauh darinya. Menyakitkan baginya ketika Hendrick berbohong padanya tentang itu yang bahkan kadang dengan mata kepalanya sendiri, ia melihat sahabatnya bersama Sera di ranjang, bergoyang menggerakan pinggulnya.

Air mata yang Mayleen tahan terjatuh ketika bagian menyakitkan itu kembali datang. Tidak mantan kekasihnya atau pun sahabatnya, mereka semua mengkhianati Mayleen. Seolah tak ada yang menganggap dirinya benar-benar serius untuk berpacaran.

"Pergi kau!" usir Mayleen.

"No ... no, jangan menangis, Mayleen. Baiklah, ok, aku mengaku aku bercinta dengan Sera. Tapi kau tahu aku dan dia berpacaran, jadi kami-"

"Stop! Kau pikir selama ini kita bercinta karena apa? Hah? Apa bagimu hanya untuk bermain-main?"

Mayleen tidak tahu apa yang dipikirkan Hendrick. Saat di vila pantai, ia mendengar pernyataan kepada Sera. Dan sampai saat ini, ia masih penasaran dengan hubungan mereka. Apakah mereka benar-benar berpacaran atau hanya untuk kebutuhan seks semata.

"Pergi!" lirih Mayleen. Ia mendorong tubuh pria di hadapannya itu dengan kuat ke arah jendela. Hingga terpaksa dan mau tak mau, Hendrick keluar dan Mayleen menutup kasar jendela kamarnya.

Tangisnya langsung pecah. Ia menghamburkan dirinya di atas kasur dan menyembunyikan wajahnya di bawah bantal agar Zhu dan Jim tidak mendengarnya sedang menangis. Lalu setelah itu Mayleen terbawa oleh tidur lelap karena fisik dan batinnya yang lelah.

***

Matahari seolah malu menampakkan cahayanya. Sehingga cuaca New York kali ini dingin dan berangin. Ken mengenakan mantelnya dan bergegas menjemput Mayleen sesuai janjinya kemarin.

"Apa kau keberatan jika besok aku menjemputmu?" tanyanya saat mereka di mobil.

"Tentu tidak. Tapi maaf, sepertinya aku belum bisa membawamu masuk ke rumah."

"Bukan masalah, Mayleen."

Dan di sinilah Ken sekarang. Ia memarkirkan mobilnya di pinggir dan menunggu Mayleen keluar dari rumahnya. Lalu tak lama Mayleen muncul dan masuk ke dalam mobilnya.

"Selamat pagi," sapa Ken.

"Selamat pagi."

"Kita akan langsung ke kantormu atau kau mau mampir ke suatu tempat dulu?" tanya Ken.

Mayleen terdiam sesaat. Matanya membengkak hingga kesipitan matanya semakin menjadi. Ken ingin bertanya mengenai itu, tapi ia mengurungkan niatnya.

"Apa kau akan bekerja?" tanya Mayleen menatapnya.

"Yeah. Ada yang harus kutangani."

"Kalau begitu, bawa saja aku ke kantormu. Kalau kau tak keberatan," ucap Mayleen.

Kennedy tersenyum dengan ketampanannya yang membuat siapapun meleleh menatapnya. Tanpa jawaban, ia langsung menginjak gas mobilnya dan berjalan ke kantornya.

Tidak peduli seberapa sakitnya seseorang, pada akhirnya ia akan memilih tempat yang nyaman dan meninggalkan luka lama.

Mayleen berjanji pada dirinya sendiri, bahwa ia tidak akan terbawa suasana pada hal apapun. Tidak lagi untuk menyakiti hatinya. Jikalau ia merasakannya lagi, maka ia hanya perlu bersikap dingin dan normal. Seolah hatinya tidak terluka.

Gedung mewah bertingkat yang bahkan Mayleen tidak tahu ada berapa lantai, membuat Mayleen terpukau. "Ini kantormu?" tanyanya.

"Gedungku, milikku dan ya ... kantorku," jawab Ken. "Ayo, turun."

"Apa kau yakin tak apa bila aku masuk sementara aku bukan karyawanmu?" tanya Mayleen.

"Siapa yang memintaku untuk membawamu ke sini?" tanya Ken mengingatkan.

Mayleen tersenyum dan mereka pun berjalan masuk ke dalam gedung megah itu.

Ken memandunya untuk masuk lift. Ada banyal tombol di lift yang menunjukkan angka lantai. Lalu saat Ken menekan tombol 1, Mayleen kembali dibuat pukau.

"Kita akan berada di paling atas?" tanya Mayleen.

"Benar, Mayleen. Kau akan terbiasa di sini nantinya."

Mayleen tidak tahu apa maksudnya. Tapi ia memang melamar di kantor ini. Hanya saja ia tidak tahu apakah Ken mengetahuinya sehingga mengatakan itu atau hanya sesuatu yang sedang Ken rencanakan, ia tidak tahu.

Perjalanan ke lantai atas yang memakan waktu lama itu membuat Mayleen membayangi sesuatu yang nakal dan nikmat. Apalagi di dalam kubik itu hanya mereka berdua.

"Seperti lift pribadi," ucap Mayleen tanpa memandang Ken.

Ken meliriknya dan seperti morfin yang membuatnya kecanduan, ia langsung menyerang Mayleen. Merampas bibir merahnya dan menggerayangi lehernya dengan ciuman bibirnya.

Mayleen mendesah tak tahan. Ia terkejut, tapi kemudian ia berhasil mengimbanginya. Menjatuhkan tasnya dan dengan lihai Ken melepas blousenya.

"Kau tahu, kau membuatku candu," kata Ken.

"Hmm, yeah ... lakukanlah."

Dua orang yang dilanda hasrat itu lalu melakukannya di lift. Dengan api yang membara di diri mereka masing-masing. Dan Ken seolah membuatnya lama karena tahu bahwa ini memang lift pribadi dan tak ada seorang pun yang akan memakainya kecuali dirinya.

Dentingan lift itu berbunyi. Ken segera membawa Mayleen dan menahannya di sana, di jendela kacanya yang menerawang. Sensasi dalam dirinya tak pernah padam bagai api yang disiram minyak.

"Ah ... ah ... ah."

"Well, yeah. Kau mendesah untukku."

"Ken lebih ... cepat!"

Apa yang dua orang ini butuhkan, lantas keluar bersamaan. Meninggalkan kecupan-kecupan candu disertai keringat yang tertinggal di tubuh mereka masing-masing.

Sejenak Mayleen lupa pada Hendrick. Membuatnya tetap menikmati apa yang Ken berikan padanya.

"Giliranku," kata Mayleen dengan napas masih menderu. Ia bersimpuh di depan ereksi Ken dan memainkannya dengan mulutnya.