Chereads / I Love You, My Best Friend / Chapter 21 - Chapter 21 - Bercinta Dengan Kasar

Chapter 21 - Chapter 21 - Bercinta Dengan Kasar

Aku terperangah ketika mobil berhenti di satu vila yang berada di pinggir pantai. Apalagi aku dibuat terkejut dengan keberadaan teman-teman Hendrick beserta para kekasih mereka. Kutatap Hendrick dengan wajah takjubku.

"Kupikir kau membutuhkan kesenanganmu," katanya menjawab keherananku.

Aku keluar dari mobil dan memeluk teman-temannya satu per satu. Seakan sudah lama tidak bertemu pada mereka. Ada Anthony, Dexa dan Roy. Masing-masing memiliki kekasih yang usianya sama sepertiku.

"Kalian di sini!" kataku ceria.

"Well, kami siap menghiburmu, Mayleen," ucap Roy.

"Dan kami juga sudah menyiapkan barbekyu untuk malam ini!" sambar Cherry, kekasih Dexa.

Entah bagaimana aku harus bereaksi, yang jelas aku senang dan merasa hidupku sudah kembali normal. Memang seharusnya begitu, bukan? Hidup tidak harus meratapi kesedihan selalu.

"Aku akan menaruh barang-barang kita di kamar," kata Hendrick. Aku menganggukkan kepala dan bergabung pada para gadis.

Cherry, Lexy dan Yuko serta aku duduk di pinggiran pantai untuk menikmati embusan angin sementara para laki-laki sibuk dengan aktivitas mereka menyiapkan alat-alat barbekyu. Mereka jugalah yang akan memasak karena Hendrick ingin membuat para gadis menikmati waktu mereka sebagai ratu selama di vila. Itulah informasi yang kudapat dari mereka.

"Apa kau baik-baik saja? Aku mendengar kabarmu dari Hendrick," tanya Yuko.

"Aku baik-baik saja. Hanya saja ... masih tak kusangka."

"Well, tapi beruntunglah ada Hendrick. Kami semua tahu bagaimana Hendrick memperlakukanmu, jadi kami juga tak terlalu khawatir," sambar Cherry.

Aku tersenyum karena merasa terharu dengan kekhawatiran teman-teman wanitaku. Walau aku mengenal mereka karena kekasih dari teman-teman Hendrick, tapi mereka juga teman yang baik untuk berbicara.

"Lagi pula ... " tiba-tiba Lexy menyikutku, kau dan Hendrick cocok, kenapa tidak pacaran saja dengannya?" tanya Lexy.

Aku merasa malu mendengar itu. Maksudku, di bagian Lexy mengatakan bahwa kami cocok, membuatku tersipu.

"Kami bersahabat, Lexy. Dan kurasa akan tetap seperti itu," kataku.

Ketiga wanita yang berada di sekelilingku lantas menatapku dengan heran sekaligus memicingkan mata mereka. "Ada apa? Aku serius!" kataku merasa semakin malu.

"Kau sudah pernah bercinta dengan kekasihmu? Maksudku, mantan kekasihmu?" tanya Lexy.

Kugelengkan kepalaku.

Lalu Lexy memandang Cherry dan Yuko bergantian. Kemudian mereka menatapku lagi. "Well, kau tak perlu berbohong kalau kau habis bercinta dengan Hendrick. Tandra merahmu di leher jelas kelihatan sekali," kaga Lexy menggodaku.

Refleks aku langsung menutup leherku dengan jaketku. Hendrick sialan! Bagaimana bisa ia memberikan tanda di leherku dan sejak kapan? Astaga!

"Apa sebegitu kelihatannya?" tanyaku panik.

"Gerai selalu saja rambutmu. Lagi pula, sepertinya tidak ada yang masalah. Kita juga tahu kau dan Hendrick pasti melakukannya," kata Cherry.

Kupejamkan mataku karena rasanya percuma jika aku menutupi hubunganku dengan Hendrick. Semua temannya bahkan tahu.

"Bagaimana dengan Sera? Apa ia juga tahu?" tanyaku.

Ketiga gadis di hadapanku menggeleng. "Kurasa tidak. Lagi pula, tidak dari kami yang dekat dengannya. Kami tidak suka padanya," kata Yuko.

"Oh, kenapa? Kupikir kalian dekat dengannya."

Cherry memutar bola matanya sebelum menjawab pertanyaanku. "Dia sangat bossy pada Hendrick. Tidak mau bergabung dan selalu ingin bersama Hendrick. Menyebalkan!"

"Hei, girls! Kemarilah. Barbekyu sudah akan di mulai," teriak Dexa.

Kami semua menoleh dan berdiri. Lalu mendekat ke pasangan kami masing-masing. Ah, rasanya berlebihan jika aku mengatakan pasangan untukku. Padahal jelas sekali hanya mereka bertiga yang memiliki pasangan.

"Hai, bagaimana? Kau menikmati waktu para gadismu?" bisik Hendrick. Tangannya melingkar di belakang pinggangku.

"Ya. Aku menikmatinya, Hendrick."

***

"Aku harus kerja, Hendrick," kataku saat kami sudah di kamar vila. Hari memang sudah malam dan aku baru bisa mengatakan keinginanku untuk bekerja saat ini.

"Setelah apa yang ia lakukan padamu?" tanyanya.

"Setidaknya aku harus muncul dan menunjukkan diri bahwa aku baik-baik saja."

"Tidak."

"Hendrick, aku butuh kerjaan."

"Kau bisa bekerja di kafeku," katanya masih keras kepala.

"Ayolah. Aku akan baik-baik saja di kantor Steven. Aku hanya ingin bekerja dan mendapatkan uang. Dan kau tahu aku tidak mau mengandalkanmu dalam hal pekerjaan!" jelasku.

Hendrick menghela napasnya. Ia mengacak-acak rambutnya dan melepas bajunya. Ototnya terlihat jelas sekali membuatku menelan ludah.

"Kenapa kau keras kepala sekali, Mayleen?"

"Kumohon. Aku punya kehidupan atas diriku sendiri."

"Baiklah. Tapi lusa kita akan pulang. Bukan besok. Suka atau tidak suka."

Aku menurutinya. Entah kenapa aku begitu patuh padanya padahal kami tidak berpacaran. Dari pada aku terus memberontak dan ia malah berubah pikiran, pikirku, sebaiknya begitu.

Aku langsung mengirim pesan Steven dengan formal bahwa aku akan masuk ke kantornya kembali mulai lusa

"Tidurlah, aku akan keluar sebentar," kata Hendrick seraya ia keluar dan menutup pintu kamar.

Kupikir ia akan tidur juga, tapi wajahnya terlihat menegang. Aku jadi penasaran dengan apa yang akan ia lakukan. Jadi aku pun keluar untuk mengekorinya.

Hendrick berada di tepi pantai. Dengan bir kalengnya dan bertelanjang dada. Lalu ia memegang ponsel yang ia dekatkan pada telinganya. Kupikir ia sedang menelepon seseorang.

"Maaf, aku tidak mengabarimu beberapa hari," kata Hendrick.

"Ya ... aku sedang bersama Mayleen dan mengurusnya. Dia membutuhkanku, Sera."

Sera? Sepertinya ia memang sedang ada masalah dengan Sera. Aku sudah menebaknya sejak beberapa hari ini.

"Sera, kurasa aku tidak bisa melanjutkan perjanjian kita. Aku-"

"Jangan marah, Sera. Aku tidak bermaksud melukaimu. Lagi pula kita sudah berjanji tidak ada perasaan yang terlibat, bukan?"

Mendadak aku syok. Tidak ada perasaan yang terlibat? Maksudnya apa? Apa yang dibicarakannya?

"Sera ... Hei-"

"Sial!"

Aku segera berbalik dan menuju kamar begitu tahu bahwa panggilan sudah berakhir. Sebaiknya aku berpura-pura tidur dan mencoba bersikap biasa.

Tapi bagaimana pun aku ingin, tetap aku tak bisa. Setelah memikirkan Steven dan Grace, sekarang aku lebih memikirkan maksud ucapan Hendrick.

Suara pintu terbuka dan aku memejamkan mataku. Lalu Hendrick bergerak di sisiku. Mengusap pipiku dan lalu tangannya mulao turun ke bagian payudaraku.

Aku mendesah dan membuka mataku. Ia menatapku dalam tatapan senduhnya. "Maaf membangunkanmu," katanya.

"Tidak. Aku belum tertidur juga. Apa yang kau lakukan di luar?" tanyaku.

"Menikmati angin pantai."

Tangan Hendrick semakin jadi. Ia menurunkan tali lingeriku dengan tatapan napsunya. "Apa kau mau bercinta dengan kasar padaku malam ini, Mayleen?" tanyanya.

"Ada apa? Apa kau sedang emosi?"

Hendrick adalah tipikal yang jika ia sedang marah, maka ia ingin bercinta dengan kasar menggunakan alat-alat yang ia miliki.

Ia menggumam dan tangannya masih saja berkeliaran di tubuhku.

"Katakan dulu alasanmu. Apa yang membuatmu kesal?"

"Aku tidak bisa mengatakannya. Terlalu rumit."

Aku lalu diam dan menghela napasku. Bagaimana pun, Hendrick selalu ada untukku. Aku tahu persahabatan ini terdengar sangat konyol karena berujung sekslah yang bekerja. Namun ini juga bagian yang menyenangkan bagi kami berdua.

"Baiklah jika itu maumu, maka aku mau," jawabku akhirnya.