Aku melangkahkan kaki kembali ke ruang anggrek 1 dimana ayahku dirawat. Saat aku hendak masuk ke kamar ayah, aku tidak sengaja mendengar percakapan ayah dan Frans. Samar-samar terdengar mereka membicarakan tentang diriku. Karena aku yang kepo atau rasa ingin tau apa yang mereka bicarakan, aku diam-diam menguping dari celah pintu kamar yang sedikit terbuka. Aku mendengar jika ayahku lagi-lagi membicarakan tentang pernikahan dengan Frans.
"Kenapa sih ayah ngomong gitu sama mas Frans." Gumamku kesal dalam hati
Ternyata aksi mengupingku kepergok oleh ayah jika aku mendengar pembicaraan mereka. "Vira, sini masuk aja sayang, menguping itu tidak baik." Panggil ayahku.
"Emmh maaf yah, tadi Vira mau masuk tapi tidak sengaja mendengar pembicaraan ayah dengan mas Frans. Tapi kenapa ayah bicara seperti itu kepada mas Frans sih." Tanya kesal Vira kepada ayah.
" Vira, anak ayah, sini sayang." Menarik tangan vira.
" Ayah ini kan sudah semakin tua, ayah ingin ada yang menjaga kamu kalau ayah sudah tiada."
"Ssstt ayah ngomong apa sih, ayah harus sehat dong. Kan Vira ingin membahagiakan ayah dengan mewujudkan cita-cita Vira." Jawab vira dengan matanya yang sembab
"Tapi nak, ayah ingin kamu cepat menemukan pasanganmu agar kamu bahagia, dan tentunya ada yang menjaga. Soal pendidikan dan cita-cita bisa dilanjutkan setelah menikah kan nak."
"huft..ya kalau kelak vira dapat suami yang mengijinkan Vira masih menempuh pendidikan dan mengejar cita-cita. Kalau tidak, rugi dong Vira jauh jauh kuliah ke Jakarta!!." jawab Vira dengan nada sedikit tinggi.
"Ah udah lah yah, Vira malas kalau ngomongin pernikahan. Cletuk Vira kesal. Lalu Vira pergi begitu saja meninggalkan ayahnya dan Frans di ruangan.
"Maafkan sikap Vira ya nak Frans, memang begitu anaknya." menghela nafas panjang
"Tidak masalah om, saya faham akan perasaan Vira. Dia belum memikirkan tentang pernikahan. Dia hanya ingin mengejar cita citanya untuk membahagiakan om terlebih dahulu." Jelas Frans menenangkan hati Pak Hartawan yang sempat berselisih dengan anaknya.
Vira keluar dan uduk di depan ruang kamar anggrek 1. Dia menenangkan diri atas permintaan ayahnya, yang ingin segera anaknya menikah. Padahal Vira sedang fokus di pendidikan dan kesembuhan ayahnya.
"Kenapa sih ayah memintaku untuk segera menikah !! Bukannya memikirkan kesehatannya malah suruh aku nikah !" Gumam Vira hati yang sesang dongkol.
Tiba-tiba Jesica datang dan melihat vira duduk sendiri di depan kamar ayah sambil ngomel-ngomel gak jelas. Jesica pun menghampiri Vira yang sedang sedih sendiri di depan kamar.
"Hey vir, kenapa marah-marah sih ?Om hartawan gimana keadaanya ?" Tanya jesica sambil membelai rambut vira.
" Ayah ada didalam, dia harus rawat inap. Sebel aku tuh jes, ayah dalam situasi sakit seperti ini, malah memintaku untuk menikah. Didepan pak Frans lagi !. Jawab Vira dengan jengkel
" Enak dong disuruh nikah, gak capek capek kerja, malah di hidupi sama suami lo nanti. Lah terus lo disuruh nikah sama siapa ? Apa ayah lo sudah punya calonnya. Anak teman kerjanya gitu ?"
"Apa.an sih lo jes, lo tau sendiri kan, gue masih punya cita-cita menjadi direktur di perusahaan. Syukur bisa punya perusahaan sendiri. Kan gue bisa banggain ayah gue dan alm ibu gue. " Jawab Vira kesel.
"Ah sudah lah, gue kan kesini mau jenguk pak Hartawan ayah lo. Kenapa malah debat sama lo sih. Gue ijin masuk ke dalam ya" jesica masuk ke kamar inap pak Hartawan.
Saat membuka pintu kamar, Jesica tidak tau bahwa pak Frans bos nya masih ada disini dan sedang ada di dalam. "Permisi om. Eh ada pak Frans. Maaf pak saya gak tau kalau bapak disini. Kalau begitu saya keluar dulu saja pak." Sapa jesica kepada dua lelaki yang ada pada kamar inap.
"Eh gak usah jes, kamu masuk aja kan kamu mau jenguk pak Hartawan. Saya biar keluar saja. Pemisi dulu ya om." Frans beranjak daritempat duduknya dan ijin keluar menemui Vira.
Frans kelaur dari kamar tersebut menemui Vira yang sedang duduk sendirian di kursi luar tunggu kamar. " Hey vir, sendiri aja." Basa basi Frans kepada Vira.
"Eh mas Frans.iya mas" jawab Vira sambil mengusap air matanya.
"Saya faham perasaanmu, Memikirkan permintaan ayahmu tadi. Mama saya pun juga sama ingin saya segera menikah. Tetapi sampai sekarang saya juga belum menemukan wanita yang ingin saya nikahi. Ya begitulah orang tua jika anaknya sudah pada usia pantas menikah. Kamu yang sabar aja ya jangan buat ayahmu sedih nanti kesehatan beliau turun" jelas Frans kepadaku. Entah kenapa perkataan Frans bisa sedikit menenangkan hatiku.
"Iya pak,. Eh mas terimakasih atas nasihatnya." Akupun sedikit bisa tersenyum kembali
" Mas kan udah mapan, karir bagus umur juga udah pantas untuk berumah tangga, lalu kenapa mas tidak segera menikah saja. Menuruti kemauan Ibu Sovia. Barangkali Ibu Sovia punya calon untuk mas." Tanyaku dengan sedikit penasaran apakah Bos gantengku ini sudah punya calon apa belum.
" Saya tipikal lelaki yang tidak mudah tertarik dengan wanita. Dulu mama pernah jodohkan saya dengan anak teman temannya. Namun apalah daya dari mereka tidak ada yang memikat hati saya.tidak ada yang tulus Mereka hanya ingin harta saya saja !" Terang Frans
"Oh begitu ya pak." Jawab vira menganggukan kepala
Jesica keluar dari kamar inap Pak Hartawan. cekleek...
"Eh vira, pak Frans." Sapa Jesica kearah kami
" Jes, lo udah selesai jenguk ayah?"
"Udah vir. Itu lo disuruh masuk ayah lo mau ketemu."
" Oh iya, kalau begitu saya masuk temui ayah dulu ya pak, jes. Permisi."
Vira masuk kedalam kamar ayahnya. Di dalam kamar vira memeluk ayahnya dan meminta maaf atas sikap Vira yang sempat berbicara dengan nada tinggi. Seperti apa yang dinasehati Frans kepadanha tadi, ia tidak mau ayahnya sedih. sehingga kesehatannya menurun.
"Ayah maafin Vira ya." peluk cium ayahnya.
"Gapapa nak, ayah ngerti perasaan kamu. Ayah ngomong begitu karena ayah tau usia kamu sudah 25 tahun. Sudah pantasnya wanita umur segity berumah tangga."
"sudah ya ayah, sekarang yang terpenting untuk Vira adalah kesehatan ayah." peluk erat ayahnya.
***
Tok..tok..tok..
"Permisi pak, ini makan malam untuk pak Hartawan" seorang petugas wanita pengantar makanan masuk mengantar makanan khusus. untuk pak Hartawan yang sudah di sediakan sesuai porsi dan riwayat penyakit oleh ahli gizi, untuk pak Hartawan.
"oh iya, mbak terimakasih. taruh meja dekat tempat tidur ayah saja." jawab Vira dengan ramah.
Vira menyuapi ayah nya dengan makanan yang sudah diantar oleh petugas tadi. "Ayah makan yang banyak ya, supaya cepat sehat. Vira sedih kalau melihat ayah sakit begini." Ucap Vira.
"Iya sayang, maafin ayah ya udah ngerepotin kamu."
"Vira gak merasa direpotkan kok yah, ini udah tanggung jawab Vira ngerawat ayah. Dah sekarang ayah minum obatnya ya ini ada 5 jenis obat yang harus ayah minum.'' Vira pun menyiapkan beberapa obat untuk ayahnya.
Tidak lama kemudian setelah makan malam dan minum obat, pak Hartawan terlelap tidur karena efek dari obat tidur.
Akupun keluar kamar untuk menemui Frans yang sedang ngobrol dengan jesica. Mereka kelihatan sangat sudah akrab. Ntah kenapa aku merasa tidak nyaman melihat mereka akrab seperti apa yang aku lihat di depan mata kepalaku saat ini.
Bersambung