Aku keluar kamar mengendap menutup pintu secara perlahan, agar aku tidak mengganggu Frans dan Jesica yang tengah asik bercanda. Aku berjalan perlahan lahan menuju kursi tunggu kamar sebelah.
" Eh vir.." panggil Frans menghentikan langkah kakiku
"Iya mas."
"Eh vir lo panggil dia mas.ini atasan kita loh. Kok gak sopan sih kamu!" Cetus Jesica pada vira
"Saya yang minta pada Vira. Ada masalah kalau dia panggil saya mas?" Saut Frans membuat mulut Jesica terbungkam
"Emm..eemm tidak pak." Jawab Jesica dengan nada perlahan
"Jam sudah larut malam sekali, saya pamit ya, mama sudah menunggu dirumah. Kamu disini sendiri gapapa kan? Kalau ada apa-apa jangan sungkan telepon saya." Pinta Frans pada Vira.
"Emmh tidak pak, tidak masalah saya sendiri disini. Oh ya pak, besok saya ijin tidak masuk magang. Mau temani ayah di sini." Ijin Vira kepada bosnya.
" Oh ya silahkan, jangan khawatir nanti tugas kamu akan saya suruh karyawan yang lain untuk mengnhandle nya." Jelas Frans memberi keringanan pada Vira
"Terimakasih banyak pak."
Melihat Vira dan Frans, Jesica merasa tidak suka atas perhatian Frans kepada Vira. Jesica merasa iri melihat Vira lebih dekat dibandingkan dirinya. Namun ia tidak tinggal diam. Berbagai upaya ia lakukan untuk bisa dekat dengan bosnya.
"Oh ya vir, aku juga mau pamit udah sangat malam, besok kan juga mau dinas luar kota sama pak Frans." Dengan wajah centilnya ia memandang Frans
"Yaudah kalian hati-hati ya, terimakasih sudah menjenguk ayah."
" Pak Frans apa boleh saya nebeng di mobil bapak, kebetulan saya kesini tadi naik taxi online, kan kita searah pak." Pinta Jesica kepada Frans.
Frans tau Jesica adalah keponakan dari salah satu karyawannya, tidak enak jika ia menolak untuk mengantar pulang. Lagipula Frans harus menjaga image Sebagai atasan yang peduli dengan mahasiswa magang ataupun karyawannya. Ia tidak mau dianggap pilih kasih berperilaku tidak adil kepada karyawannya.
"Yasudah ayo" ajak Frans keluar dari rumah sakit itu.
Jesica memang berbeda dengan vira. Jesica yang lebih agresif. Sedangkan Vira, wanita yang santun kepada siapapun. Jesica menggunakan kesempatan saat berdua di dalam mobil bersama bosnya.
"Emm pak, apakah besok yang berangkat dinas luar kota hanya kita saja ?" Tanya Jesica.
"Iya sama supir kantor. Ada apa memangnya jes ?"
"Yes..yes akhirnya bisa berduaan sama pak bos ganteng." Gumam Jesica dalam hati. Akhirnya ia bisa dekat dengan lelaki yang selama ini menjadi incarannya.
"Jes, kamu ditanya kok malah senyum-senyum sendiri ? Ada apa memangnya ? Kamu keberatan menemani saya tugas luar kota ?"
" Oh tidak pak, saya cuman tanya saja. Barangkali ada Staff yang ikut dengan kita besok."
"Iya, tadinya saya mau ajak sekretaris saya, tapi dia harus handle kerjaan saya yang dikantor. Lagipula dia sedang hamil muda kasihan. Sedangkan Staff yang lain sedang banyak kerjaan juga. Apalagi ini akhir bulan seperti biasanya kantor kami sibuk untuk pembukuan tahunan." Terang Frans
"Oh gitu.."jawab Jesica menganggukan kepala.
***
Perjalanan dari rumah sakit ke rumah jesica hanya membutuhkan waktu 45 menit saja. Akhirnya Frans sampai di depan rumah Jesica. "Makasih ya pak sudah mau antar saya pulang, sampai bertemu besok ya pak, selamat malam." Semyum bahagia dari raut wajah Jesica.
"Iya sama-sama, selamat malam juga." Jawab singkat dan senyum tipis Frans.
Jesica merasa hatinya sangat bahagia malam ini. Dari depan rumah hingga masuk ke dalam rumah pun ia senyum-senyum sendiri. Ia tidak sabar menunggu hari esok bertemu pak Frans kembali. Dan tiga hari kedepan akan dinas berdua ke luar kota.
" Jes, kamu ini kenapa ? Pulang pulang kok senyum sendiri." Tanya bu Bagus selaku ibu Jesica yang sedang duduk di ruang tengah menonton televisi dengan pak Bagus ayah jesica.
"Eh,, mah, pah, kok belum tidur?" Tanya balik jesica kepada kedua orang tuanya.
" Belum sayang, lagi asik nonton sinetron kesukaan mamah ini. Kamu ini ya ditanya orang tua malah balik nanya."
"Emm gapapa mah, Jesica bahagia aja. Yaudah mah,pah Jesica keatas dulu mau istirahat, ngantuk. Good night mah, pah."
Jesica naik ke atas untuk beristirahat malam. Namun sebelum ia tidur, ia akan packing baju untuk dibawa dinas selama tiga hari kedepan dengan bosnya. Ia mengambil koper yang ada di dalam lemari dan memilih baju yang akan dibawanya besok. Tidak lupa peralatan make up dan mandi ia masukan ke dalam kopernya.
Jesica merasa semuanya sudah lengkap dan siap untuk dibawanya esok. Tiba-tiba Ia merasa badannya sangat lelah sekali. "Kayaknya berendam enak nih, dengan aroma terapi yang menenangkan fikiran." Ia pun menyiapkan air hangat di bathup dengan ditetesi sedikit aroma terapi.
Jesica berendam menyegarkan badan dan menenangkan fikiran. Dalam lamunannya ia membayangkan hari esok kemana- mana berdua dengan Frans. Ia tidak sabar menunggu hari esok.
"Duh beruntung sekali sih aku yang diajak Frans ganteng menemani ke luar kota. Untung bukan si Vira, enak dia dong kalau dia yang temeni bos." Gumam Jesica
Setelah 30 menit puas berendam, jesica mengeringkan badannya dan menggunakan piyama untuk istirahat malam. Sebelum tidur, terlintas difikirannya untuk mengirim pesan singkat kepada Frans. Sebelum turun mobil tadi, Jesica dan Frans sempat bertukar kontak dengan maksud memudahkan Frans untuk berkomunikasi dengan Jesica terkait pekerjaan mereka.
"Selamat malam pak Frans, selamat tidur, sampai jumpa esok hari di kantor ya." Lalu jesica menombol Send yang berati pesan singkat tersebut terkirim.
kriing…kriing…kriing (Alarm)
Untuk bangun pagi, biasanya Jesica meminta orang tua atau pembantunya membangunkan. Namun sekarang ia mengatur jam wekernya untuk membangunkan di pagi buta.
"Hoaam..duh masih ngantuk banget nih." Mengucek matanya, ia mencari handpone yang selalu ia letakan di dekat bantal tidurnya. Berharap pesan singkat yang ia kirim ke Frans semalam, dibalas. ketika jesica cek pesan masuk, tidak ada pesan dari Frans sama sekali. Pesan singkat yang dikirim Jesica bercentang biru saja. Artinya pesan tersebut hanya dibaca oleh Frans.
"Yah, malah dibaca doang, gimana sih!" Gumam kesal jesica.
"Tapi gapapa, hari ini sampai tiga hari kedepan aku akan ketemu terus sama pak Frans walaupun karena pekerjaan sih..hehe" batin Jesica bahagia. Akhirnya hari yang ditunggu tiba juga. Ia pun bergegas untuk mandi dan bersiap-siap pergi ke kantor.
Setelah selesai mandi, Jesica merias diri, agar terlihat cantik di depan bosnya. Ia mulai menyisir rambutnya yang lurus dan hitam pekat. Sebagai perempuan, ia selalu merawat mahkota dikepalanya. Tidak lupa memakaikan vitamin ke rambutnya. Setelah itu, Jesica memoleskan gincu atau lipstik berwarna pink kemerahan sebagai ciri khas dia dengan menambah ke seksian bibir tipisnya. Terakhir ia memoleskan pemerah pipi atau blus on agar wajahnya tetap fresh dan tidak pucat.
"Wah cantik sekali ya aku kalau dandan seperti ini. Pasti pak Frans pangkling melihat kecantikanku." Gumam Jesica memuji dirinya di depan kaca.
tok…tok…tok
"Non, sarapannya sudah siap. Non Jesica ditunggu tuan dan nyonya dibawah" Seru asisten rumah tangga jesica.
"Oh iya bi, nanti saya turun." Saut Jesica dari dalam kamarnya.
Jesica anak satu-satunya berasal dari keluarga yang berada. Orang tuanya seorang pembisnis kontraktor yang sukses. Ada beberapa proyek yang bekerja sama dengan perusahaan orangtuanya. Salah satunya adalah proyek ayah Vira. Tidak heran jika sejak kecil ia dimanja oleh kedua orang tuanya. Apapun yang ia mau orang tuanya sanggup untuk menuruti kemauannya. Hingga akhirnya munculah sifat egosi didalam dirinya.
Jesica pun segera turun menenmui orang tuanya yang sudah menunggu di ruang makan untuk sarapan bersama. Tidak lupa ia membawa koper dan tas lainnya, yang perlu ia bawa dinas luar kota.
"Selamat pagi mah, pah !" Sapa Jesica dengan wajah berseri seri ditambah polesan make up yang menambah kecantikan wajahnya.
"Selamat pagi jes. Loh kamu ini mau kemana ?, udah rapi dan cantik anak papa. Bawa-bawa tas koper segala." Tanya pak Bagus kepada semata wayangnya itu.
"Oh iya pah, ini Jesica diajak bos tempat Jesica magang untuk menemani beliau dinas luar kota. Ada pekerjaan yang harus di selesaikan di luar kota."
"Loh kenapa ngajak kamu? Kenapa gak staf karyawannya yang lain. Kan kamu hanya mahasiswa magannya disana." Cerca ayah Jesica
"Iya, kebetulan staf karywan yang lain itu, pada banyak kerjaan apalagi akhir tahun seperti ini. Mereka sibuk semua. Sedangkan sekretarisnya juga lagi hamil muda, kasihan kan pah,mah. Lagi pula gak lama kok cuman 3 hari. Boleh ya please!" Jelas jesica sambil mengambil selembar roti tawar dan selai kacang kesukaannya untuk sarapan.
"Oh begitu, yasudah pesan mamah, kamu jaga diri baik-baik ya. Kabari kami kalau kamu sudah sampai." Pesan bu bagus kepada anaknya. Pak dan bu Bagus sangat menyayangi putri tunggalnya itu, mereka tidak mau ada hal buruk menimpa Jesica. Apalagi jesica pergi dengan lelaki yang bukan mahromnya.
"Siap, aman pokoknya ! mama, papa tenang aja. Jesica bakal jaga diri baik-baik kok." Jawab Jesica sambil meneguk susu putih hangat pelengkap sarapan paginya.
"Oh ya pah, aku boleh pinjam supirnya gak.? Buat anatar jesi ke kantor." pinta Jesica.
"Boleh dong sayang, yaudah papa telepon dulu pak ujang buat antar kamu ya."
Pak Bagus mengeluarkan telepon genggam dari saku jasnya dan menghubungi supir pribadinya yang sedang membersihkan mobil di halam depan.
"Halo pak ujang, pak toking antar anak saya ke kantor magangnya ya! Setelah itu baru antar saya ke kantor." Pinta pak Bagus kepada pak ujang sopir pribadinya.
"Baik tuamn." Saut pak ujang.
Setelah Jesica merasa cukup kenyang sarapan, ia segera berangkat ke kantor. Untuk mengindari macetnya ibu kota, jesica berangkat lebih awal. Karena ia tidak mau terlambat apalagi mengecewakan Frans.
"Yaudah mah, pah, aku berangkat dulu ya." Pamit jesica pada orang tuanya diakhiri dengan cipika cipiki.
"Hati-hati ya sayang." Jawab kedua orang tua kepada anaknya.
Pak Bagus dan istrinya, melanjutkan sarapan yang tertunda akibat ngobrol dengan jesica tadi. "Gak terasa ya pah, anak kita sudah dewasa. Sudah pantas untuk menikah sepertinya." Cletuk istrinya
"Iya ya mah, tapi biarkan dia menyelesaikan kuliahnya terlebih dahulu. Baru kita tanya dia mau menikah dulu atau bekerja." Jawab pak Bagus.
"Sebaiknya kita ajarkan berbisnis saja, supaya nanti bisa gantiin papah di perusahaan."
"Itu dipikir nanti saja, kita diskusikan kalau Jesica sudah selesai kuliahnya. Oh ya mah, kemarin papa dapat kabar, kalau Hartawan teman papa masa sekolah SMA dulu masuk rumah sakit. kita jenguk ya nanti sepulang dari kantor. Mama ingat kan Hartawan yang sekarang jadi partner bisnis papa juga."
" Oh iya, mamah ingat. Pak hartawan teman papa SMA yang tinggal di Jawa Barat, Yang anaknya namanya Vira kalau gak salah. Dia teman jesi juga pah." saut mamanya Jesica mengingatkan sang suami
"Iya mah bener banget. nanti kita kesana ya, papa berangkat ke kantor dulu. Ada meeting sama clien besar ini. Nanti sehabis meeting kita jenguk Hartawan. Pamit Bagus kepada sang istri.
Pak Bagus, ayah Jesica berteman baik dengan Hartawan ayah Vira. Mereka berteman sejak duduk di bangku SMA. Mereka sudah seperti perangko lengket terus. Dimana ada Hartawan disitu juga ada Bagus. Namun mereka harus terpisah setelah sama-sama menyelesaikan pendidikan sarjananya. Hartawan harus kembali ke kampung halaman nya di jawa barat untuk meneruskan usaha orang tuanya sebagai kontraktor dan Bagus tetap tinggal di Jakarta.
Seperti kata pepatah, dunia itu sempit tak seluas daun kelor. Buktinya sekarang mereka bertemu kembali di Jakarta setelah beberapa tahun lamanya. mereka menjadi partner bisnis dan putri mereka vira dan Jesica satu universitas, bersahabat juga seperti ayahnya.