Dimana kita lagi?
Saat aku merasakan indraku kembali, aku melihat sekeliling. Pada titik tertentu dalam pergumulan kami, kami berhasil masuk ke bagian belakang mobilnya.
Apakah aku mabuk itu? Atau setinggi itu, apa pun jenis chemistry yang kami miliki yang membuat pikiranku kacau saat bibir kami bersentuhan?
Aku berbaring miring saat seno, berlutut, membungkuk untuk menggigit pipi pantatku yang terbuka.
Terbukti dari cara kami melakukannya bahwa tak satu pun dari kami berpikir jernih. Sedikit mabuk dan banyak horny. Segala sesuatu dalam diriku menyuruhku untuk menyerah. Kami bisa meninggalkan diri kami sendiri untuk saat ini, dan dia bisa membebaskan ku dari rasa sakit yang aku alami sepanjang hari.
Tapi saat dia menarik diri dan menatapku, aku bisa melihat keraguannya.
"Aku...Aku belum pernah mencium orang seperti itu sebelumnya," katanya, terdengar sama bingungnya seperti yang kurasakan.
Seolah-olah kami berdua akhirnya kembali sadar.