"Astaga, Roni. Mengapa kita menunggu begitu lama untuk melakukan ini lagi?" Jari-jarinya cepat, gesit, saat dia membuka kancing dan membuka ritsleting celana jinsku.
"Itulah yang membuatku bertanya-tanya, Red."
Dia melepas celana jinsku, celana dalamku ikut. Bola aku sudah penuh, penisku keras seperti tiang pagar.
Gandi menatapku dari lututnya. "Apa yang kamu inginkan?"
"Bagimu untuk membuka mulutmu yang cantik dan lancang itu dan mengisap."
"Kupikir kau ingin melihat pantatku?" dia menggoda.
"Apakah aku hanya bisa memilih satu?"
"Hmm." Gandi menunduk, dan hanya matanya pada penisku membuatnya berkedut. "Aku rasa tidak. Aku akan menghisapmu dulu aku tahu kau sangat menyukai mulutku lalu kau bisa masuk ke pantatku."
"Kau memperlakukanku dengan sangat baik. Kamu anak yang baik, Red."
Dia gemetar lagi saat dia mencondongkan tubuh ke depan dan memukul-mukul bolaku. Rasa lidahnya yang terampil pada aku lagi mengirimkan gelombang kejut melalui ku.