Bahkan ketika dia tidak mengetahuinya, dia melakukan sesuatu padaku. Membuat aku merasa seperti aku lebih dari sekedar sepak bola, membuat aku menginginkan hal-hal yang aku pikir tidak pernah aku inginkan. Aku membuatnya gila, dan aku menyukainya, karena dia tidak menerima omong kosongku. Dia melihat melalui fasad, tembok-tembok yang aku bangun di sekeliling ku, dan aku tidak berpikir dia menyadari dia melakukannya.
Dia membuatku ingin meruntuhkannya, tapi aku tidak bisa, jadi aku lari.
Aku telah menghabiskan sepuluh tahun terakhir berlari, berbohong, mengatakan pada diri sendiri bahwa sepak bola adalah hal yang paling penting karena aku dilahirkan untuk itu. Karena aku berbagi dengan ayah ku.
Apa jadinya aku jika aku kehilangan itu? Siapa aku tanpa sepak bola?
Sepuluh tahun itu menggerogotiku, mengikis jiwaku. Aku tenggelam dan tidak menyadarinya, sekarat dengan perlahan, kematian yang menyakitkan sambil berpura-pura berada di puncak dunia.