" Owh.." Gress menatap dokter Paul , dan baru menyadari bencana yang sebenar nya telah tiba di depan nya, bagaimana ia bisa melupakan nya.. dan asyik merasakan sensasi yang ia belum pernah rasakan.
Dev langsung menjauh dari Gress dan mengambil sikap cool nya kembali, sedangkan Verlita hanya tersenyum melihat dr Paul, ia mengetahui semua nya dengan pasti , karena ia memiliki banyak telinga di sekitar nya.
" Kalian tahu kalau perbuatan kalian itu salah? Dan itu mencoreng nama kampus kita? Bagaimana kalian calon dokter berbuat curang seperti ini? Di saat semua berusaha dengan keras,kalian malah bermain belakang.., bagaimana kalau kalian menjadi dokter yang sebenar nya? Dan kau... laki-laki yang di ujung sana.. apa kau juga akan mengunakan ilmu mu untuk menjadi hacker? Kau sangat bangga dengan keterampilan mu karena sudah membobol system di sini? Jawab aku sekarang" Teriak Dr Paul
" Aku benar-benar tidak bermaksud curang, maafkan aku. Aku siap menerima hukuman apapun itu, asal teman-teman ku tidak ikut terlibat" Gress benar-benar menyesali tindakan nya, ia tidak pernah berpikir sejauh itu, yang di katakan oleh dr Paul semua nya benar
"Aku tidak bangga..., aku hanya ...."
" Diam kalian semua..., sebagai hukuman kalian semua, kalian harus membersihkan ruangan praktek dan labor... bersihkan itu sampai bersih.. kalian berdua Verlita dan Gress.. mulai besok ikut dalam pelajaran ku, jangan ada yang telat... aku tidak mentolerir keterlambatan, kartu ini aku sita... , kartu kalian akan di urus di resepsionis. Aku hanya akan memberikan kalian kesempatan sekali.. jangan salah mengunakan kesempatan yang aku berikan"
"Tunggu..., maksud anda apa?"
Gress masih terlihat bingung dengan apa yang baru saja di katakana oleh dr Paul.., sebenar nya apa dia di hukum? Dan kenapa ia harus mengikuti kelas beliau? Apa itu masuk dalam hukuman? Kenapa kami di beri kartu pengenal?
" Selamat...., sesuai keingan mu.., kita mempunyai banyak waktu untuk saling menyentuh... setiap inchi nya. Karena kita akan lebih sering berjumpa" Dev melempar senyuman nya sambil menekan kan setiap inchi pada pembicaraan nya, dan ia membalik kan badan berjalan menjauh, sebelum sempat melihat reaksi yang di berikan Gress
" Dasar laki-laki mesum... jika kau ingin di sentuh setiap inchi nya, sini biar aku sentuh diri mu" Teriak Teo , menangkap bahwa pernyataan tersebut memiliki maksud terselubung
" Wah... kau ingin menyentuh si indigo setiap inchi nya?" Verlita memutari Teo sebanyak dua kali, memasang tampang datar seperti biasa, dan berakhir menyentuh leher belakang Teo, tangan nya terus turun kepungung Teo
" A... apa yang kau lakukan Verlita" Memandang Verlita dari samping, yang berdiri tepat di belakang nya
" Setiap inchi nya..." Berbisik di telinga Teo, yang membuat Teo merinding disko, Verlita berusaha menirukan suara Dev saat menekan kan kata itu..
" ha.. ha.. Muahahahaha... " Verlita tidak dapat menahan rasa geli di sekitaran perut nya, dan tertawa tepat di telinga Teo yang membuat telinga lelaki itu berdenging kuat
" Ya... Verlita.." Teriak Teo sambil mengosok-gosok telinga nya, ia mengejar Verlita yang berlari saat mendengar teriakan Teo, ia mengejar Verlita yang berlari sambil menatap Teo yang sudah berada di belakang nya, merangkul diri nya dan sesekali mengeratkan rangkulan di leher Verlita sambil menjitak pelan kepala Verlita.
Ya..., Verlita sangat bahagia , ia dapat bermain layak nya orang pada umum nya. Dan ia juga memiliki sahabat kedua setelah Gress, dia sangat menjunjung tinggi persahabatan, jika ia di minta untuk memberikan kepala, ia juga tanpa segan dan sungkan untuk memberikan kepala nya untuk sahabat nya, baru kali ini dia merasakan tawa yang begitu lepas, yang biasa nya untuk tersenyum saja susah..., karena ia sudah terlalu tau sikap-sikap teman nya terdahulu dari teman kecil nya, ia menatap Teo dan memberikan senyuman tipis pada diri nya sendiri.
Gress masih merasakan setiap kata-kata dari Dev, tanpa sadar ia merasa malu akan kata-kata yang ia ucapkan kepada Dev, apakah aku terlalu agresif? Bukan ..., aku tidak bermaksud kepada nya. Aku hanya... hanya.., penasaran terhadap diri nya dan diri ku. Namun rona merah di pipi nya tidak juga menghilang, ia menepuk-nepuk pelan wajah nya untuk menyadarkan diri nya dari lamunan-lamunan yang membuat diri nya semakin menahan nafas dan memerah. Bodoh... apa yang ku lakukan....? Aku terlihat begitu mesum.. , apa dia salah mengartikan perkataan ku? Atau dia malah menyukai nya..
" Ayo... Gress.. masih banyak yang harus kita kerjakan " Teriak Teo yang masih merangkul Verlita, sambil menoleh kearah Gress yang masih termenung sambil memegang kedua wajah nya, Verlita juga menghadap belakang menatap Gress, dan sebelah tangan nya memegang tangan Teo yang masih merangkul diri nya dan sebelah nya lagi melambaikan tangan ke Gress untuk menyuruh nya mendatangi mereka
Gress terbangun dari pikiran nya , menatap Verlita dan Teo yang sangat akrab, dan cekikan tertawa bersama, saling merangkul " Ya...." Jawab Gress..,berlari mengejar mereka berdua.. , itu... seperti itu yang ia mau..teman yang saling merangkul, dan saling menatap. Bukan berarti dia tidak menghargai persahabatan mereka bertiga.., hanya... jika... kalau.. anggap.. dia memiliki satu lagi teman yang bisa ia sentuh.