Sinar rembulan telah menghiasi setiap langkah pejalan kaki di sekitaran kota, ketiga jenis makhluk itu berjalan pelan sambil melihat kesekeliling, suara derap langkah ketiga makhluk itu terdengar sangat jelas di gedung itu, tidak ada suara lain selain suara derap langkah bertiga,keheningan yang menegang tersebut membuat mereka bertiga sesekali menahan nafas.
" Kenapa harus di malam hari? "
Suara Teo memecahkan keheningan, jidat nya mengerutkan , tanda-tanda kewaspadaan muncul di setiap raut wajah nya.
" Ya... tentu saja karena siang labor akan di gunakan, apa yang kau takutkan Teo?"
" Pertanyaan bagus Gress, apa kau tidak merasa bulu kuduk mu berdiri? Udara nya dingin tidak menyenangkan, bagaimana kalau tiba-tiba ada sesuatu yang menempel di balik kaca"
" Cicak maksud mu Teo?" Tanya Verlita
" Maksud ku, sesosok.. yang menempel"
" Teo... tolong jangan menakut-nakuti di saat seperti ini"
KREEEKKKKK
Terdengar suara dari sebuah ruangan, suara gesekan antara lantai dan kaki kursi..,yang membuat suara dencitan tersebut, mereka bertiga menghentikan kegiatan mereka, dan tanpa aba-aba mereka memandang pada arah suara, beberapa kali Verlita dan Teo saling memandang, sedangkan Gress tidak dapat membuat gerakan saling memandang ,ia hanya menatap tajam kearah suara. Mereka menelan ludah mereka dalam-dalam, perlahan kaki mereka bergerak maju menuju ruangan tersebut dan berhenti beberapa langkah dari depan jendela yang menghubungkan pemandangan mereka bertiga kea rah isi ruangan, tiba-tiba secara otomatis.. mereka mengingat perkataaan Teo sebelum nya, bagaimana kalau ada sesuatu yang menempel di jendela?
" Verlita... sana maju, lihat apa kah dia bisa menjadi teman mu atau tidak?" Tanya Gress yang melihat kearah Verlita, namun tidak ke mata nya
" Sebentar? Kenapa harus diri ku?"
" Bukan kah.. kau sudah biasa melihat mereka?"
" Tetap saja aku takut.., muka mereka terkadang sangat mengerikan" Verlita bergeser kearah Teo dan memegang ujung baju Teo, ia tidak nyaman berada di samping Gress pada situasi di mana ia harus melakukan hal yang menakutkan bagi diri nya.
" Kenapa kalian berdiri di sana? Kalian mau melarikan diri? " Teriak seseorang dari arah yang berbeda dari mereka, lelaki tersebut semakin dekat dengan mereka
" Si indigo.."
" Berhenti memanggil ku begitu peramal.., huh" Hebusan nafas berat terdengar dari mulut lelaki tersebut..." kenapa aku di tugaskan untuk mengawas kalian, benar-benar merepotkan. Jalan ke labor itu arah sana, bukan di sini" Dev menunjuk jalan di depan mereka, untuk menunjukan letak labor, segera Dev memimpin jalan ke labor, ia menarik penutup hidung yang terguntai di leher nya, untuk menutup hidung nya, tidak hanya satu lapis namun beberapa lapis.
" Nah.." Dev membuka pintu labor dan menghidupkan lampu untuk menerangi setiap detail ruangan tersebut, bau obat yang menyengat tercium, bahkan sebelum mereka menginjakan kaki di depan pintu ruangan , terlihat lantai penuh dengan cairan-cairan , baik itu cairan obat-obatan, pembersih bahkan sebagaian ada nya tetesan darah.
Dev membalikan badan dan menemukan ketiga makhluk tersebut bersembunyi di balik tubuh nya yang besar layak nya seperti seekor anak kucing yang gemetaran ketakutan, sesekali mereka bertiga mengitip di balik tubuh Dev untuk melihat kondisi ruangan tersebut.
" Apa-apaan kalian bertiga? Sana masuk keruangan" Dev mendorong Gres untuk maju terlebih dahulu.
Gress merasa terdorong dan maju beberapa langkah kedepan , dan menatap Dev kesal. Sifat nya sangat berbeda dari kemarin, sebelum nya ia berpikir kalau si indigo ini adalah orang yang sangat asyik dan dapat menjadi teman baik nya, namun pikiran nya kini berbalik arah.. sebaik nya aku menjauhi orang ini. Ia mundur kembali beberapa langkah dan kembali ke letak pertama kali ia berdiri
Dev menaikan sebelah alis mata nya begitu melihat Gress yang bersikokoh kembali ke asal mula nya. Rasa kesal meliputi diri nya, ada apa dengan wanita itu? Bukankah memang tugas nya untuk membersihkan ruangan ini
" Ya... apa-apaan ini?" Nada Dev kembali menaik satu oktaf, dan memilih menendang bongkong Teo untuk memasuki ruangan.
Teo terjatuh tersungkur di depan sebuah meja, ia menatap kesal kearah Dev dan ingin mengajak lelaki tersebut berkelahi, ia berusaha berdiri dengan bantuan tangan kanan nya dan menyadari jika ada cairan lengket di tangan nya
" Ya..., si indigo.. apa yang kau lakukan? Bagaimana kau dengan seenak nya saja menendang seseorang"
" Kenapa? Bukan kah aku sudah menyuruh kalian masuk, dan kalian lebih memilih seperti sapi yang harus di pukul baru bergerak. Yang ku katakan benarkan? Ini sudah malam.. jangan pulang sebelum pekerjaan kalian selesai" Dev memandang dalam kearah Gress
Dan Gress menyadari kesalahan mereka sebelum nya, ia kembali memandang Dev dengan tatapan marah, jika sebelum nya ia dapat membaca hal buruk yang akan terjadi dan menakuti-nakuti mereka dengan hal tersebut. Akhir nya ia menyadari, walaupun ia dapat menyentuh lelaki tersebut dengan leluasa, namun ia juga tidak dapat berbuat apapun yang membuat lelaki itu menerima akibat yang ia lakukan
" Sungguh... aku menyesal telah bertemu dengan mu, setelah merasakan sensasi luar biasa tersebut, sekarang kau merusak semua sensasi tersebut, dan aku lebih memilih untuk tidak dapat menyentuh siapapun"
Perkataan tersebut tanpa di sadari oleh Gress, telah melukai hati Dev.., terasa menyakitkan? Apakah wanita itu tidak mengerti? Jika ia memang memiliki tabiat buruk itu untuk mendorong para calon dokter untuk siap secara fisik dan mental. Namun Dev lebih memilih diam dan berjalan melewati Gress..
Teo menyadari jika cairan yang lengket dan berbau amis itu adalah darah.., mata nya beralih keawal mula darah itu tersentuh oleh nya, dan tepat di bawah meja tersebut ia melihat tetesan darah itu terjatuh dari atas meja, ia terdiam sejenak dan memperhatikan meja di atas kepala nya, dan menemukan sesuatu.. berbentuk lonjong... dan memiliki warna hitam di tengah nya berada di atas meja.. warna hitam tersebut di kelilingi oleh sesuatu bewarna putih. Mata.. dan ia langsung terjatuh pingsan mengetahui benda yang ia lihat tersebut
" Ya... Teo.. kenapa kau tidur di sana.." Verlita berjongkok di depan Teo sambil sesekali mencoel tubuh Teo dengan jari telunjuk nya
" Kau pikir dia tidur? Bagaimana kau tidak bisa membedakan antara pingsan dan tidur" Dev mengeleng kepala nya beberapa kali " Sudah ku duga... akan terjadi hal seperti ini." Dev menarik kedua tangan Teo dan menatap kearah Verlita, ia memiringkan kepala nya kearah Teo, memerintah Verlita untuk membantu nya, dan hanya di tatap hening oleh Verlita. Sialan.. pikir nya, mau tidak mau dia mengendong mesra Teo di pelukan nya.
Gress dan Verlita hanya menatap takjub akan kekuatan lelaki itu, yang sanggup mengangkat Teo dengan sekali hentakan saja. Mereka terlihat sangat mesra layak nya film disney, seorang pangeran yang mengendong putri di pelukan nya, dan meraka masih mengatakan WOW... berapa mesra nya mereka berdua, membuat siapapun wanita yang melihat nya , ingin berpindah tempat dengan Teo
" Apa yang di makan anak ini? Sampai begitu berat nya" Keluh Dev, sambil mengelap keringat di atas kening nya
" Apa yang kalian lihat? Cepat kerjakan pekerjaan kalian"
" Owh..." Gress tersadar akan perintah Dev, dan bergerak untuk membersihkan ruangan.