Rama menempelkan plester luka tepat di atas luka gores di ujung jari Nata. Tak ada yang terucap. Hanya saling diam, mendiamkan. Bukan waktunya untuk berbicara, mungkin Rama terlalu melampaui batasan malam ini. Jujur saja, kisah buruk Nata sedikit unik. Jauh dari bayangan remaja jangkung itu. Siapa yang menyangka kalau Nata ternyata punya luka yang begitu hebat sakitnya. Kisahnya jauh dari kesan biasa untuk remaja seusia dengannya. Semesta sedikit kejam, memberikan pilu yang tak akan pernah lebur oleh waktu. Nata pasti akan terus mengingat masa buruk tepat di malam natal yang seharusnya membahagiakan untuk siapapun yang merayakannya. Di sanalah luka itu dimulai.