Sesampainya mereka di depan rumah Lucas dan Neela, mereka pun mengetuk pintu sembari memencet bel.
Tak lama kemudian, keluarlah Lucas yang membuka pintu. Ia kaget melihat cucunya dipegangi oleh dua orang pegawai laundry dengan badan tegap. Juga ada kepala laundry yang datang ke rumahnya.
Ia mengenal baik kepala laundry dan beberapa pegawai di sana. Maka ia heran melihat Claretta yang yang diseret seperti itu.
"Ada apa ini, Edward? tanya Lucas pada kepala laundry yang bernama nama Edward tersebut.
"Bisa kita bicara di dalam. Mungkin akan sedikit panjang ceritanya jika sambil berdiri seperti ini," jawab Edward dengan tenang dan tetap tersenyum ramah.
Sementara Claretta masih meronta agar dilepaskan oleh dua pegawai laundry yang memeganginya.
"Sudah, lepaskan saja. Ini kan, sudah berada di rumah kakeknya," ucap Edward pada kedua karyawannya.
Mereka pun langsung menuruti perintah atasannya itu. Claretta pun memegangi tangannya yang memerah karena tadi dipegang cukup keras.
"Jadi begini, Tuan Lucas ...," ujar Edward menjeda ucapannya.
"Ada apa sebenarnya? Katakan saja." Lucas mendesak karena penasaran apa lagi yang dilakukan cucunya itu.
"Cucu anda mengambil baju tentara dari laundry kami secara diam-diam. Kebetulan kemarin pemiliknya datang untuk mengambilnya dan akhirnya minta ganti rugi." ucap Edward menuturkan apa yang terjadi.
"Awalnya, saya kira itu adalah kelalaian para pegawai. Sehingga saya minta mereka untuk patungan ganti rugi. Anda tahu sendiri kan, harga seragam dari negara itu berapa," tutur Edward dengan tenang.
"Ya ... hampir setara dengan gaji satu bulan beberapa karyawan yang ada di laundry saya. Lalu, tadi cucu Anda ini ketahuan hendak naik ke lantai dua menggunakan tali. Para karyawan memergokinya, ternyata memang niatnya untuk mengambil baju tentara kembali," jelas Edward.
"Setelah mengaku, para pegawai saya yang gaji bulan depan dipotong hampir tiga per empatnya minta ganti rugi atas kejadian kemarin. Saya selaku kepala penanggung jawab mohon kesediaan Tuan untuk mengganti rugi atas baju yang kemarin," lanjut Edwar mengungkapkan maksud tujuannya ke rumah itu.
"Jadi, kira-kira berapa uang ganti rugi untuk mengganti gaji pada para karyawan, Tuan?" tanya Lucas dengan wajah sedikit cemas.
Allice dan Neela tiba-tiba muncul di ruang tamu. Mereka mendengar keributan Claretta dengan pegawai ketika tadi minta dilepaskan.
"Ada apa lagi ini, Pa? Claretta buat ulah lagi?!" tanya Allice dengan emosi. Feeling-nya tak salah, melihat ketegangan yang terjadi pastilah ada masalah yang ditimbulkan dari ulah anaknya itu.
"Claretta ketahuan hendak mengambil lagi baju tentara seperti kemarin. Ternyata para pegawai laundry telah mengganti rugi baju tersebut kepada pemiliknya, karena kemarin pemiliknya kebetulan mengambil baju itu. Jadi, Edward ke sini minta untuk semua gaji para pegawai yang digunakan untuk ganti rugi. Tahu sendiri harga baju tentara Geneva itu berapa," tutur Lucas menjelaskan kepada Allice dan Neela.
Allice menutup mulutnya tak percaya. Begitu banyak masalah yang Claretta timbulkan di sini. Padahal baru dua hari lalu mereka kemari.
"Claretta, kau benar-benar keterlaluan!" teriak Allice sambil menunjuk-nunjuk wajah putrinya.
"Maafkan aku, Ma. Tapi, aku juga punya alasan untuk itu semua." Claretta mencoba mengelak sambil menunduk.
Ia tahu, ibunya sekarang benar-benar marah atas semua tingkahnya. Namun, bukan Claretta namanya kalau tidak mencari pembenaran atas apa yang dilakukannya.
"Aku bahkan sudah mencoba bernegoisasi dengan mereka. Tapi, mereka menolaknya, aku akan bekerja di laundry mereka tanpa dibayar untuk mengganti rugi baju yang hilang tersebut," tutur Claretta seperti tanpa bersalah.
"Tunggu, bukankah tadi pagi Lusi akan mengantarkannya ke laundry?" tanya Neela.
"Saya kurang tahu soal itu. Bagaimana, Bob?" tanya Edward pada salah satu karyawannya.
"Saya tidak tahu, Tuan. Jika ada yang hendak mengantarkan baju, tapi memang kami menemukan satu set baju tentara di depan laundry. Tapi, tentu tidak bisa dipakai untuk mengganti gaji kami yang sudah dipotong," jawab Bobby pada atasannya itu.
"Rupanya begitu, Tuan, Nyonya," ujar Edward pada mereka.
"Kalau begitu, saya minta waktu sebentar untuk bicara dengan istri dan anak saya," ucap Lucas meminta izin pada Edward.
Edward mengangguk, tanda mengizinkan. Kemudian Lucas, Neela, Allice, dan Claretta masuk ke dalam ruang tengah.
"Sebenarnya untuk saat ini mengganti rugi baju pun sangat sulit. Aku dan Neela hanya memiliki uang untuk makan sehari-hari. Gaji dari CERN dipotong setengahnya sejak pertentangan dulu," ucap Lucas membuka percakapan di antara mereka.
Claretta hanya menunduk ia sedikit merasa bersalah. Tapi, juga terus mencari pembenaran atas tingkahnya tersebut. Bahkan mencari cara sendiri agar bisa lepas dari tagihan ganti rugi.
Sementara itu Lucas, Neela, Allice sibuk mencari uang yang untuk mengganti rugi. Akhirnya, Allice menelpon suaminya untuk izin menggunakan uang simpanan mereka jumlahnya masih cukup untuk mengganti rugi baju tersebut.
Crish mengizinkan tapi dengan syarat besok Allice dan Claretta harus sudah pulang di rumah. Ia juga kebetulan mendapat cuti libur dari dinas nya selama tiga hari.
Tadinya Crish tidak berniat untuk pulang. Tapi, mendengar semua hal tentang Claretta, ia jadi penasaran sekaligus ingin memberinya nasihat.
Setelah sepakat pembayaran baju itu dari tabungan Crish dan Allice. Mereka pun kembali menemui Edward di ruang tamu.
Allice mentransfer sejumlah uang ke rekening Edward. Sebagai ganti gaji pada para karyawannya yang telah dipotong. Setelah permasalahan selesai Edward dan dua karyawannya pamit untuk kembali bekerja di laundry.
Tinggal Claretta yang duduk terdiam seperti tersangka. Sedangkan, keluarganya bak hakim yang siap menghakiminya seberat mungkin.
"Claretta, Mama tak habis pikir dengan tingkahmu. Baru beberapa hari di sini, sudah membuat ulah seperti ini. Pokoknya besok kita akan pulang! Hari ini, Mama pesan tiketnya," cerocos Allice pada Claretta.
Claretta hanya menunduk dan tidak menjawab ucapan Allice. Ia tahu saat ini semua ucapannya akan salah di mata mereka.
"Cobalah mengendalikan ambisimu. Suatu saat bakatmu itu akan terpakai. Tapi, tidak untuk saat ini. Lebih baik kau belajar dengan tekun dan jadi sukses, masih banyak peluang di negeri sana beda dengan di Geneva. Sekarang semuanya serba dibatasi," tutur Lucas memberi nasihat pada cucunya itu.
"Iya, Kek," jawab Claretta singkat.
Mereka kemudian kembali ke aktivitas masing-masing. Allice dan Neela ke dapur untuk menyiapkan makan malam, sementara Lucas menonton televisi di ruang tengah.
Claretta hendak kembali ke kamarnya. Tapi, Alice mencegahnya dan meminta dirinya untuk belajar memasak.
"Ayo masak bersama Mama dan Nenek. Itu lebih baik dari pada kau yang selalu bertingkah," ujar Allice ketika melihat Claretta henndak melengos pergi ke kamarnya.
"Tapi, Ma. Aku tidak suka berada di dapur," elak Claretta sambil berbalik badan menatap ibunya.
"Tak ada alasan, ayo!" Allice menarik tangan Claretta untuk menuju ke dapur.