Chereads / We Are (Kisah Tiga Remaja) / Chapter 2 - Bab 2

Chapter 2 - Bab 2

Bel sekolah tanda istirahat berbunyi nyaring. Hal itu disambut dengan suka cita oleh para siswa setelah berkutat dengan pelajaran. Yang sebagian dari pelajaran membuat siswa di sekolah merasa pusing dan sakit kepala. Merasakan dua hal yang mirip tapi berbeda. Jangan lupakan rasa bosan dan enggan yang mereka rasakan.

Seketika ruang-ruang kelas menjadi sepi. Salah satunya yang terjadi di kelas Diana. Diana membiarkan siswa siswi di kelasnya keluar lebih dulu, karena ia tidak mau ikut berdesakan di pintu kelas bersama murid lain untuk berebut keluar kelas.

Diana merenung, mengingat kejadian tadi pagi ketika datang ke sekolah dan bertemu seorang pemuda. Ternyata yang dirasakan Diana adalah pertanda.

Pemuda tadi pagi itu bukan hanya mengingatkan ia pada seseorang. Tapi memang sesuatu yang besar telah terjadi, setidaknya begitu menurut Diana.

Saat ini, orang itu kembali terlihat di kehidupannya. Diana menghela napas.

Diana yang teringat pada seseorang ketika bertemu pemuda tadi pagi, orang yang teringat itu ternyata kembali lagi di kehidupannya.

Orang itu berada di lingkungan yang sama dengan Diana. Orang itu datang dengan cara yang sama seperti sebelumnya. Dia datang sebagai murid baru di sekolah Diana.

Orang itu berhasil mengejutkan Diana dengan kehadirannya. Tapi Diana menyadari sesuatu.

Orang itu tidak sama dengan Diana yang ingat padanya. Dia, seorang pemuda tampan yang selalu diingat Diana. Dia ternyata tidak mengenal Diana. Atau dia melupakan Diana.

Diana menyadari hal itu ketika bertemu dengan dia hari ini.

Seolah tersadar dengan kelas yang kosong dan tinggal dirinya di kelas, Diana bergegas menuju pintu keluar.

Diana ingin pergi ke perpustakaan sekolah. Ia mau meminjam buku untuk referensi tugas pelajaran yang baru saja ia terima.

Saat berjalan di koridor menuju perpustakaan, perjalanan Diana terhambat oleh segerombolan siswi yang terlihat penuh antusias pada sesuatu.

Entah sengaja atau tidak, mereka menutupi jalan Diana. Mereka juga sangat berisik disitu.

Diana baru saja hendak menerobos dan sedikit ingin tahu sesuatu yang menjadi pusat perhatian para siswi itu, tapi tiba-tiba gerombolan itu berjalan. Diana akhirnya melanjutkan kembali langkahnya.

Tunggu dulu, ada yang aneh, batin Diana.

Diana menyadari bahwa gerombolan siswi itu terus berjalan di jalan yang ingin dilewati Diana untuk menuju perpustakaan.

Tidak mungkin kan, jika mereka semua ini mau ke perpustakaan?! Yang benar saja, pikir Diana.

Tapi sepertinya firasat Diana benar. Gerombolan itu berhenti tepat di depan perpustakaan. Diana juga ikut berhenti di dekat mereka.

"Dia masuk ke perpustakaan?!"

"Apakah dia mau membuat kartu anggota?"

"Mungkin saja, kan dia itu murid baru."

"Ah, kenapa harus ke sini?"

"Aku tidak bisa masuk karena tidak membawa kartu perpustakaan."

"Kau benar, aku juga tidak membawanya."

"Sepertinya kita tidak bisa mengikutinya lagi."

Itu pembicaraan-pembicaraan yang didengar Diana. Ia tidak mengerti. Perlahan gerombolan siswi itu satu persatu meninggalkan perpustakaan.

"Mereka bubar?" gumam Diana samar pada dirinya sendiri.

Saat Diana membuka pintu perpustakaan, ada yang melihatnya dengan pandangan meneliti setengah menusuk. Orang itu berdiri di depan penjaga perpustakaan. Tanpa sadar Diana merasa sedikit gugup. Hanya sedikit karena ia merasa risih ditatap seperti itu.

Kenapa dia melihatku seperti itu?, batin Diana.

Diana kemudian pergi ke meja penjaga untuk melakukan scanning card.

"Hm, apa tujuanmu ke sini benar-benar penting? Atau hanya ingin menguntit seseorang?" penjaga perpustakaan berkata sambil melihat ke arah seseorang yang tadi memperhatikan Diana, orang yang baru saja pergi.

"Hah?" Diana langsung saja mengikuti arah pandang penjaga perpustakaan. Ia melihat seorang pemuda yang tadi menatapnya dengan pandangan tidak biasa. Pemuda itu berjalan di balik rak buku.

Aku mengerti sekarang. Seorang pemuda yang tadi menatapku dengan pandangan yang tidak biasa, dan apa saja yang dikatakan penjaga perpustakaan barusan, keduanya memiliki alasan yang sama. Diana menyimpulkan sesuatu. Lalu ia menghela napas.

"Bu, apapun alasan saya datang ke sini sama sekali tidak ada hubungannya dengan siswa baru itu." Diana menjelaskan kepada penjaga perpustakaan yang seorang ibu-ibu. Kelihatannya dia tidak terlalu tua.

Bahkan ibu-ibu juga tertarik dengannya, Diana mendengus samar.

"Oh, baiklah. Kukira kau salah satu penggemar siswa itu. Wajar saja dia dikerumuni para gadis di depan perpustakaan tadi. Dia punya wajah yang rupawan."

Benarkan. Aku mengakui pemuda itu memang sangat tampan. Itulah alasannya. Mereka mengira bahwa aku masuk ke perpustakaan hanya untuk mengikuti siswa baru itu. Jadi pemuda itu atau murid baru itu melihat aku curiga jika aku salah satu penggemar yang berhasil masuk perpustakaan untuk mengejarnya.

Aku kesal sekaligus kagum dengan pemikiran siswa baru itu yang punya ide masuk perpustakaan untuk kabur dari para penggemarnya. Diana entah harus merasa apa sekarang. Kagum atau kesal?

Setelah men-scan kartu perpustakaan, Diana menyusuri rak untuk mencari buku yang ia perlukan.

Diana melihat buku yang dicari, tangannya bergerak mau mengambil buku itu. Saat tangan Diana menyentuh buku itu di bagian bawah, ada tangan lain yang menyentuh buku itu di bagian atas. Langsung saja pandangan Diana mencari pemilik tangan itu. Selanjutnya Diana terdiam sekaligus terkejut saat mendapati sang pemilik tangan. Dan Diana tambah terkejut lagi mendengar perkataan sang pemilik tangan.

"Aku harap kau melepaskan tanganmu dari buku ini." Diana diam mendengar itu.

Buku itu hanya tersisa satu, kelas Diana memang yang terakhir menerima tugas ini. Kalau saja tidak berebutan dengan pemuda di hadapannya ini maka Diana seharusnya cukup beruntung karena masih sempat mendapatkan bukunya.

"Maksudmu aku harus mengalah padamu, sementara aku yang dulu menemukannya duluan?" balas Diana.

"Aku yang pertama menyentuhnya maka ini adalah hak-ku," ucapnya

Diana yang tidak mau kalah langsung menarik buku itu hingga tergenggam dikedua tangannya.

Pemuda itu berkata, "Hei, apa yang kau lakukan? berhentilah mencari perhatianku dengan melakukan ini?"

"Apa?!" sepertinya pemuda itu masih salah paham, dan Diana menyadari itu. Diana merasa sangat kesal tapi berusaha menahannya, ia harus bersikap tenang.

"Kuberi tahu ya, aku tidak mencari-cari perhatian seperti yang kau katakan. Dan kau sudah salah paham." kata Diana.

"Begitukah?" Pemuda itu mengangkat sebelah alisnya.

"Baiklah terserah kau saja." Diana berkata sambil mengambil salah satu tangan pemuda itu. Pemuda itu awalnya kaget dan hendak menjauhkan tangannya, tapi Diana sudah menyentuh tangan pemuda itu. Diana lalu menarik tangan pemuda itu ke atas. Pemuda itu bingung dengan apa yang dilakukan Diana.

Ternyata Diana menaruh buku yang mereka rebutkan di atas tangannya.

"Kalau memang kau lebih membutuhkannya, maka aku mengalah. Kau bisa meminjamnya lebih dulu. Tapi pastikan lusa kau sudah mengembalikannya ke perpustakaan." Diana menunjuk tempat buku yang berbeda, ia ingin buku itu nantinya tidak diambil siswa lain lagi. Makannya menaruh ditempat yang berbeda agar tersembunyikan.

Setelah memberikan buku itu Diana berjalan melewatinya, "Karena aku juga memerlukannya untuk tugas sekolahku," lanjut Diana mulai menjauh.

*****