"Yura, apa kamu sudah membenciku? kamu sudah tidak mencintai aku lagi?" batin Yunki dengan isak tangisnya.
"Yunki, kau harus kuat," ucap nyonya Pratama selaku ibu kandungnya Yunki.
"Bagaimana bisa aku kuat?" tanya Yunki dengan isak tangisnya dan matanya yang sembab.
"Kakak jahat," batin aku.
"Bagaimana bisa keinginan terakhirmu seperti itu," batin aki sambil menatap Yura yang sudah meninggalkan semuanya.
SEBULAN KEMUDIAN ...
Yura sudah tenang, sudah berada d irumah abu, dan semua keluarga yang di tinggalkannya masih dalam keadaan duka dan sangat sedih terutama Yunki sebagai suaminya Yura.
"Yura, aku tidak percaya semua ini akan terjadi," batin Yunki.
Hidup Yunki semakin tidak karuan, ia juga sering pulang larut malam ke rumah, ia sering mabuk dan sering ke klub lalu banyak melamun dan semakin dingin dengan semua orang. Ke dua anak kembarnya di rumah nyonya Pratama dan di urus dengan ke dua baby sister, sesekali Yunki melihat anak kembarnya namun tidak sering ia melihatnya karena kalau melihat anaknya selalu menangis dan selalu ingat Yura.
Hari ini Yunki ke rumah ibunya untuk meliat ke dua anak kembarnya.
"Yunki, makan sup ini, jangan banyak minum alkohol danjaga kesehatan kamu," ucap nyonya Pratama sambil membawakan sup padanya.
"Hem." Yunki hanya berdehem sambil menatap anak kembarnya yang berbaring di atas kasur sambil tersenyum padanya.
"Aduh," ucap nyonya Pratama sambil menghampiri Yunki dan kembar. "Itu lihat Yunki, anakmu bahagia meliat kamu," lanjut nyonya Pratama sambil memberikan sup pada sang anak.
"Mereka bahagia, tapi aku tidak," cuek Yunki sambil mengambil sup dari sang ibu.
"Apa yang kau bicarakan!" ucap nyonya Pratama sedikit kesal.
"Yuraa udah tenang! saatnya kau bahagiakan anak-anak kalian!" tegar nyonya Pratama.
"Tuhan pasti berikan tempat yang nyaman untuk Yura!" tegas nyonya Pratama lagi.
"Ibu tau kalian saling mencintai tapi Yura pasti sedih kalau melihat kau begini Yunki," ucap nyonya Pratama sambil menatap Yunki dengan mata berkaca-kaca.
"Maafkan aku bu," lirih Yunkii sambil menundukkan kepalanya.
"Kau sudah datang?" tanya tuan Pratama yang sudah masuk ke dalam kamar.
Yunki hanya menganggukkan kepalanya lalu tuan Pratama duduk di sampingnya.
"Yunki, ayah mau bahas sesuatu," ucap tuan Pratama sambil menepuk bahu sang anak dengan pelan.
"Bahas apa?" tanya Yunki lalu sekilas menatapnya.
"Lebih baik bahas itu nanti saja, Yunki masih belum bisa kontrol emosinya dan suasana hatinya masih belum stabil," celetuk nyonya Pratama sambil menatap suaminya.
"Bahas saja, aku bisa jaga emosi aku," ucap Yunki.
"Baiklah, jaga emosi kamu," ucap tuan Pratama sambil menatap sang anak dan menepuk bahunya.
Dan Yunki hanya menganggukkan kepalanya.
"Minggu lalu keluarga Bagaskara datang ke rumah, ia membahas masalah keinginan terakhir Yura saat di rumah sakit dan mereka ingin kabulkan keinginan Yura itu," ujar tuan Pratama yang belum selesai namun sudah di potong terlebih dahulu.
"Sampai kapan pun aku tidak akan menikahi wanita lain karena istri aku hanya Yura seorang, walaupun Yura sudah meninggal dan ia meninggalkan kita semua tapi Yura tidak pernah meninggalkan cintanya di dalam hati aku! tegas Yunki dengan nada sedikit kesal.
"Ibu tau kau cinta banget sama Yura tapi ini keinginan Yura bukan keinginan yang lainnya, apa kau tidak mau mengabulkannya? kalau kau nikah dengan Yuna akan ada yang mengurusmu dan ke dua anak kembar kamu," ujar nyonya Pratama mencoba menenangkan sekaligus membujuk sang anak.
"Bener Yunki biar hidup kamu kembali normal seperti dulu dan Yuna juga siap menikah dengan kamu demi kabulkan keinginan Yura, yang penting Yura bahagia di sana dan keluarga Bagaskara juga masih ingin mempunya menantu seperti kamu dan keluarga Bagaskara juga ingin cucunya selalu bersama ibunya walau pun bukan ibu kandung. Setidaknya Yuna adik kandung Yura, keluarga Bagaskara tidak mau kau menikah dengan wanita lain karena tidak rela anak-anak Yura di urus dengan wanita lain," jelas tuan Pratama.
"Bener juga, aku juga tidak mau anak-anak aku di urus dengan wanita lain, nanti anak-anak aku malah tidak di urus. kalau Yuna sudah pasti dia bakal urus ke dua anak kembar aku dengan baik seperti Yura kalau masih hidup," batin Yunki.
"Bagaimana?" tanya kompak kedua ortunya.
"Biar aku pikir dulu," jawab Yunki dengan cuek.
"Berapa lama mikirnya?" tanya nyonya Pratama mencoba menenangkan suasana dan sekaligus menghibur.
"10 tahun," celetuk Yunki
"Astaga," ucap tuan Pratama sambil tepok jidatnya sendiri.
"Beri aku waktu seminggu," singkat Yunki.
Lalu tuan dan nyonya Pratama hanya menganggukkan kepalanya masing-masing dan Yunki memakan sup yang tadi di bawa sang ibu.
"Bukannya Yuna mau menikah sama siapa tuh calonnya?" tanya Yunki menghentikan makannya.
"Katanya di batalkan karena kepikiran dengan keinginan Yura," jelas nyonya Pratama.
"Oh gitu, umur dia berapa? apa dia bisa urus suami dan anak-anak?" tanya Yunki yang mulai kepo dengan Yuna.
"Sepertinya bakal ada yang setuju nih," goda tuan Pratama.
"Udah tidak usah di jawab," ucap Yunki agak kesal dengan godaan sang ayah.
"Gitu saja marah," goda tuan Pratama sambil tertawa kecil.
"Kalau Yuna belum bisa kan kamu harus ajarin dia Yunki, bimbing dia biar bisa jadi istri dan ibu yang baik untuk kamu dan kembar," ucap nyonya Pratama.
"Lagi pula ibu yakin kalau Yuna akan mirip banget sama Yura, dia bisa mengurus kamu dan kembar," lanjut nyonya Pratama.
"Bener, ayah juga merasakan itu," sambung tuan Pratama.
"Ya biar aku pikirkan dulu," singkat Yunki lalu melangkah keluar kamar.
Lalu tuan dan nyonya Pratama hanyamengangkat kedua bahu sambil bertatapan dengan tertawa kecil.
"Hana dan Hani tolong do'akan ayah kalian semoga ayah mau menikah dengan Yuna," ucap nyonya Pratama yang berbicara dengan kembar yang belum tau apa-apa.
Tiba-tiba kembar hanya tersenyum menatap nyonya Pratama dan sedikit tertawa, seperti mereka tau apa yang di ucapkan nyonya Pratama dan mereka juga seperti berharap ayahnyanya segera menikah.
"Wah kembar ngerti ya?" tanya tuan Pratama.
SEMINGGU KEMUDIAN..
"Sayang, kapan kamu mau menikahi Yuna? aku mau lihat anak-anak aku dan suami aku di urus sama Yuna," ucap Yura sambil menggenggam tangan Yunki dengan erat.
"Tidak akan, sampai kapan pun aku tidak mau menikahinya," singkat Yunki sambil menepis tangannya.
"Kau egois Yunki, kau sudah tidak cinta sama aku," lirih Yura.
"Kau yang tidak cinta aku!" tegas Yunki.
"Kau egois tidak bisa merelakan aku," lirih Yura.
"Ya aku tidak bisa merelakan kamu!" tegas Yunki.
"Kau harus relakan aku dan terima kenyataan, klau begini terus aku tidak akan bisa tenang meninggalkan kamu," ucap Yura sambil nangis-nangis.
"Ajak aku sayang," ucap Yunki yang ingin memeluk Yura.
"Belum waktunya aku mengajak kamu dan sekarang waktunya kamu bahagiakan anak-anak aku dan Yuna, please!"
"Apa kau bahagia dengan semua keinginan mu?"
"Sangat bahagia, Yunki!"
"Kalau kamu tidak kabulkan, aku sedih dan aku bakal benci diri aku sendiri," ucap Yura dengan isak tangis.
HENING ...
"Ya sudah kalau kamu tidak mau kabulkan, aku pergi dengan rasa bersalah yang tiada akhir," ucap Yura seperti mengancam.
Saat Yoongi ingin memeluk Yura, Yura menghilang begitu saja ...
"YURAAAAAAA!" Yunki berteriak sambil bangun dari tidurnya dengan nafas tidak karuan.