"Sayang kenapa?" tanya Yunki panik dan menepi di pinggir jalan sambil mengelus-elus perut Yura.
"Perut aku sakit, kayak mau lahiran," lirih Yura.
"Yaudah tahan ya, kita ke rumah sakit saja!" Yunki semakin panik.
Yura menganggukkan kepalanya dan Yunki kembali mengemudi menuju rumah sakit, Yunki sedikit mengemudi dengan kecepatan tinggi, karna Yura terus-menerus merintih kesakitan.
"Nak tahan ya," batin Yura sambil mengusap-usap perutnya.
Satu menit kemudian.
Kring.
Ponsel Yura berdering, dan ponsel itu tiba-tiba jatuh ke bawah kaki Yunki lalu Yunki mengambil tanpa menepi ke pinggir jalan. Yunki tau pasti yang telepon adalah Yuna adik istrinya itu, lalu saat Yunki ingin mengambil ponsel itu.
"S ... sayang, a ... awas itu ada mobil di depaaaaaaaaaaaaan!" teriak Yura sambil memegangi perutnya yang semakin sakit.
Dan.
Brug!
Brug!
Brug!
Yunki menabrak mobil yang ada di depannya, dan mereka mengalami kecelakaan.
Beberapa menit setelah kecelakaan ...
"S ... sayang," lirih Yunki sambil memegangi kepalanya.
"Ah, dia sadar, cepat telepon ambulance," ucap seseorang.
"Y ... Yura," lirih Yunki menatap Yura yang sudah penuh darah di wajah dan di kakinya, lalu perlahan-lahan Yunki mencoba bangun dan menghampiri Yura.
"Yura, bertahan sayang," lirih Yunki sambil mengusap kepala dan perut Yura secara bergantian.
Beberapa menit kemudian.
Ambulance datang, lalu Yunki dan Yura di bawa ke rumah sakit. Yura enggak sadarkan diri dan denyut jantung semakin melemah. Yunki sudah sangat panik melihat Yura yang seperti itu.
"Tuhan, tolong selamatkan istri dan anakku," batin Yunki.
Sampai di rumah sakit.
Mereka masuk ke ruangan berbeda, Yura ke ruang persalinan dan Yunki ke ruang perawatan untuk mengobati luka dan mengecek lainnya. Sejam setelah Yunki di obati, keluarga Pratama dan keluarga Bagaskara datang, wajah mereka sangat pucat mendengar dan melihat kecelakaan anaknya masing-masing. Yunki langsung ke luar ruangan untuk melihat kondisi istrinya, tidak lama dokter datang ke ruangan Yunki.
"Dok, bagimana keadaan istri saya?" tanya Yunki dengan sangat cemas.
"Kondisi nyonya Yura sangat lemah, dan saya harus memilih salah satu dari mereka," jawab Dokter dengan nada lirih dan menundukkan kepala karna ini kabar buruk.
"APA MAKSUD NYA? PILIH SALAH SATU? SAYA MAU ISTRI DAN ANAK SAYA SELAMAT! SAYA TIDAK BISA MEMILIH!" teriak Yunki sedikit kesal dengan ucapan Dokter itu.
"Tapi kondisi nyonya Yura sangat lemah, kalau hidup kemungkinan koma dan tidak tau kapan akan sadar, karena benturan di kepalanya sangat keras," ujar Dokter yang menjelaskan.
"Dok, tolong selamatkan menantu dan cucu saya, tolong Dok!" Nyonya Pratama sambil menangis.
"Betul, selamatkan kakak aku!" tegas Yuna yang ikut menangis.
"Tolong Dok, selamatkan anak dan cucu saya," ucap kompak nyonya dan tuan Bagaskara.
"Tolong Dok selamatkan dua nyawa yang berharga untuk keluarga kami," ucap tuan Pratama dengan tangisan.
Keluarga Pratama dan keluarga Bagaskara sangat tau seberapa Yunki dan Yura saling mencintai, mereka selalu bersama di mana berada, cinta mereka yang selalu tulus dan selalu jujur satu sama lain.
"Baiklah, saya akan usahakan untuk menyelamatkan nyonya Yura dan bayi dalam kandungan, tapi kalau ada salah satu yang pergi tolong jangan salahkan saya, saya sudah mencoba jelaskan semuanya pada kalian," ujar Dokter dengan tegas.
"Siap Dok, segera selamatkan mereka," ucap semua dengan kompak dan di iringi tangisan mereka masing-masing.
"Baiklah saya akan memulai proses persalinan untuk menyelamatkan bayi dan operasi pada kepala nyonya Yura," ucap Dokter sambil menatap semuanya secara bergantian.
"Boleh saya ikut masuk ke dalam ruang operasi?" tanya Yunki menatap Dokter.
"Boleh hanya satu keluarga saja yang boleh masuk dan itu juga saat proses persalinan saja," ucap Dokter.
"Ya Dok tidak apa-apa yang penting saya bisa di samping istri saya," ucap Yunki dengan wajah sembabnya.
Dokter menganggukkan kepalanya dan melangkah berjalan ke luar ruangan menuju ruang persalinan di ikuti Yunki di belakangnya dan semua keluarga nya juga ikut, tetapi keluarganya nunggu di luar ruang persalinan.
"Tuhan, selamatkan kakak," batin Yuna.
Dan persalinan di mulai, Yura melahirkan dengan cara Caesar karna Yura masih tidak sadarkan diri. Yunki berada di samping Yura sambil menggenggam tangan Yura dan meneteskan air matanya kembali.
"Sayang bangun, katanya mau liat anak kita lahiran," lirih Yunki dengan isak tangis.
Tiba-tiba.
"Dok sebentar, boleh tidak persalinan ini di rekam? Yura ingin dokumentasi kan persalinan pertamanya," ucap Yunki sambil menatap Dokter.
Seketika Dokter dan beberapa Suster lainnya terheran-heran dengan ucapan Yunki.
Lalu. "Baiklah boleh, karna nyonya Yura pasien VVIP di sini," ucap Dokter sambil menghampiri Yunki.
Yunki mengambil kamera dan di berikan pada Dokter, lalu Dokter mengambilnya dan menyuruh suster lain untuk merekam persalinan itu. Suster itu mulai merekam, dan awal rekaman pada wajah Yunki yang sembab.
"Halo," sapa Yunki pada kamera.
"Ini persalinan pertama istriku Yura dan anak pertama kita, semoga lahir dengan sempurna tidak ada kurang apapun, maksudnya tubuhnya lengkap," ucap Yunki dengan isak tangis.
Yunki sudah banyak bicara di awal rekaman itu, lalu suster itu mulai merekam persalinan, tetapi tidak semua hanya beberapa saja.
"Sayang, bangun," lirih Yunki sambil menciumi tangan Yura.
"Bentar lagi anak kita lahir, katanya mau punya anak kembar perempuan biar mirip kamu!"
"Sayang ayo bangun, Tuhan pasti kabulkan keinginan kamu," lirih Yunki yang semakin nangis.
Yunki sudah berusaha memohon untuk Yura bangun dan sadar, namun sang istri belum juga sadar.
Sejam kemudian, terdengar suara tangisan bayi.
"Selamat Tuan Yunki, anaknya kembar perempuan dan sangat cantik mirip nyonya Yura," ucap Dokter sedikit tersenyum.
"Sayang, lihat!"
"Tuhan mendengar keinginan kamu, ayo bangun!"
"Anak kita kembar yeoja mirip banget kamu, ayo sadar sayang!" ucap Yunki yang sangat bahagia saat ini karna Yura sudah melahirkan namun hati Yunki sangat sakit, sangat.
Lalu ke dua suster yang ada di ruangan itu langsung memandikan bayi kembar mereka, tiba-tiba Yunki duduk di lantai karena tidak berdaya melihat Yura yang masih tidak sadarkan diri di ranjang persalinan, semua keluarganya masuk ke dalam dan menguatkan Yunki untuk sabar. Beberapa menit kemudian bayi kembar selesai di mandikan, Yura di pindahkan ke ruang operasi. Yunki tidak bisa ikut masuk dan semuanya nunggu di luar ruang operasi, lalu bayi kembarnya di pindahkan ke ruangan VVIP.
"Tuhan, sadarkan istriku, Yura!"
"Bayi aku sangat membutuhkannya," batin Yunki.
3 jam kemudian, operasi selesai.
Dokter langsung keluar dari ruangan operasi dan menghampiri keluarga pasien.
"Operasi berjalan lancar, namun nyonya Yura masih tidak sadarkan diri dan nyonya Yura segera di pindah kan ke ruang VVIP," ucap Dokter menatap semua nya.
Semua menganggukkan kepalanya masing-masing dengan wajah kecewa, dan matanya sembab, karna mereka terus-menerus menangis. Yura sudah di pindahkan ke ruang VVIP dan semuanya sudah di dalam ruangan itu, di sana juga ada bayi kembarnya yang sedang tidur pulas.