Di meja kantornya, Ray terhanyut dalam kejayaan. Rayno mulai mengangkat dagunya sombong. Berhadapan dengan Juita yang masih duduk di atas meja kantoran latar kaca beralas kayu super elegant.
Memang ini bukan pandangan pertamanya terhadap Juita. Tapi, entah kenapa pagi di kantornya itu, sepasang manik mata yang bulat sempurna yang jadi santapan banyak penonton seluruh dunia itu mencuri perhatian Rayno.
Rayno yang saat itu seharusnya menarikan jari jemarinya di atas laptop malah gatal ingin meraba lembut kulit Juita yang nampak terbuka di bagian pangkuannya itu.
"Kamu cantik, dan sangat segar!" Decaknya menggoda Juita.
Dua kata yang sangat umum. Namun gabungan dua kata itu berubah menjadi menarik, indah dan mempesona.
Juita semakin menggila menaikan kaki kanannya jadi semakin bertumpang kaki.
"Iyakah?" Mata Juita mencuri jati diri Rayno yang sebenarnya.