Download Chereads APP
Chereads App StoreGoogle Play
Chereads

My Pregnant

Titin_Kristina
339
Completed
--
NOT RATINGS
132.6k
Views
Synopsis
Menikah adalah sebuah impian para wanita muda di seluruh dunia. Berjalan di altar dengan sorot ribuan mata memandang bergaun putih dan di tunggu mempelai pria di sebrang pelaminan adalah detik menegangkan yang sempat jadi harapan Citra Larisya Bgaskara. Namun semua hanya mimpi belaka. Seorang lelaki di bawah kesadarannya telah merenggut mahkota yang paling ia jaga untuk suaminya kelak. Kehamilan di usia dini tanpa seorang lelaki pendamping jadi kemelut hidupnya. Bagaimana pun ia bersembunyi, tetaplah semua kesalahan itu terus membayangi seperti hantu yang selalu bergentayangan. Banyak cita-cita dan mimpi terhambat karena bejadnya lelaki berdarah dingin itu. Sampai-sampai berulang kali, Citra ingin mengakhiri hidupnya dengan berbagai cara. Untungnya, seorang pria lebih muda darinya berbesar hati menolong dan memberi secercah harapan untuk hidup dan bangkit lagi. Tapi, parahnya lagi, ternyata orang yang menjadi malaikat kecilnya itu adalah adik dari lelaki yang telah menodainya. Siapa yang akan Citra pilih? Adiknya yang jadi malaikat pelindung? Atau kakaknya yang menjadi ayah kandung dari janin yang ada di perutnya? Terlebih di tengah Cinta ketiganya terdapat dendam yang berkobar di hati Citra. Ig. @thinaalamin
VIEW MORE

Chapter 1 - PESTA VS PETAKA

Malam pertama bukan, bercinta dengan suami pun bukan. Nasib Citra amblas setelah tubuhnya tak gadis lagi. Bercak merah itu jadi bukti pasti bahwa dirinya sudah tidak suci.

"Oh... cukup! sshh ini sakit sekali!" desahnya samar dalam keadaan tak sadar diri. Matanya rapat tertutup namun rasa sakit itu sangat menusuk hingga ulu hati.

Malam itu, ternyata jadi malam terakhir kesuciannya. Rasa perih yang membekas di tubuh Citra sangat mengoyak perasaannya. Apalagi setelah ia melihat seluruh tubuhnya tak berbalut busana diranjang yang asing, seketika mimpinya pecah berkeping-keping.

Citra larisya Bagaskara. seorang gadis cantik, lemah lembut dan tak pernah banyak ulah.

Walau dia putri tunggal dari pemilik hotel terbesar di Ibu kota, dirinya sama sekali tak mengenal kata angkuh.

Siang itu, di hotel milik sang Ayah, Citra mengadakan sebuah pesta akhir tahun kelas XII exact di Marta Foundation School.

Pesta taman yang sangat meriah hanya dihadiri oleh separuh teman-teman perempuan saja.

Sesekali segerombolan wanita itu tergelak seru, mengabaikan pandangan dari banyak pasang mata yang ada di sekitar.

Alunan lagu indah nan merdu mengiringi eloknya suasana. Sajian western food melimpah ruah disajikankan langsung oleh captain waiters di tempat itu.

"Hei, Cit! Sini ayo kita foto bareng!" Ajak Kirana melambaikan tangannya di tengah hingar bingar suasana.

Wanita berambut pirang dengan tubuh sedikit gempal itu salah satu teman kepercayaan Citra selama di sekolah. Hubungan yang sangat kental antara kedua saudara sepupu itu, membuat beberapa teman iri pada mereka.

Walau Kirana sadar, dia tidak seberuntung Citra, tapi kirana tak pernah cemburu, senang hati ia tetap berteman baik dengan saudaranya sendiri.

Senyum bahagia terpancar dari wajah teman- teman dan tentunya dari wajah Citra juga.

"Have fun, ya guys!" Citra menaikan cangkirnya untuk bersulang.

Setelah itu, beberapa pose mereka ambil untuk sebuah kenang- kenangan. Dengan mengenakan dress code gaun putih, mereka terlihat sangat elegant.

"Eh, bagaimana kalau malam nanti kita lanjutkan pesta kita ke starbuck pusat kota? Pasti seru tuh?" Ajak salah satu teman lainnya.

"Ayo! Pasti bakalan banyak cowok ganteng di sana?" Sambar Kirana.

"Huft, pikiranmu cowok melulu?" balas teman lainnya.

"Gimana Cit? Ikut yuk?" Kembali ajak Kirana dengan mata memelas.

Senyum Citra melebar, ia mengangguk pasrah tak bisa menolak.

"Aku sih ikut aja, asal ada kalian aku ikut senang." Dengan lembutnya Citra mengedipkan mata halusnya.

Minuman segar lengkap dengan dessert manis legit membuat pesta semakin sempurna.

Perempuan mana yang tak suka di suguhkan dengan makanan serba coklat? Dan dessert yang disajikan bertemakan serba coklat.

Jelas sekali Citra paham wanita ini rata-rata penyuka rasa yang manis-manis.

Karena pada sebuah penelitian membuktikan bahwa, wanita pecinta rasa manis itu terlihat sebagai orang yang ramah, ceria dan optimis dibandingkan penyuka rasa lainnya.

Makanya, Citra membawa tema Cocolate untuk dessert yang ia pilih.

Ia berharap semua temannya pun menyukai pilihannya, walau tak semua wanita satu selera.

***

Di tempat lainnya, Seorang pria tampan dengan aura mematikan berjalan tegak, penuh wibawa di depan loby hotel.

Daniel seorang lelaki bertubuh tegak itu menarik perhatian para wanita sekitar. Berbadan bidang dan berwajah cerah Mode rambut plontos memperlihatkan kesegaran dalam wibawanya sebagai Manager di Perusahaan Medina Cloth.

Daniel sengaja memilih hotel di bawah naungan Katon Bagaskara, karena terkenal dengan spot destinasi yang sangat menawan. Hotel dengan tingkatan tertinggi berbintang lima itu cukup tenar di media sosial, dipasarkan dipasar online terkenal. Dan itu cukup menarik perhatian Daniel untuk memilih post meeting kesekian kalinya.

Tubuh lelahnya terobati setelah turun dari kamar hotel, berniat hati mencari tempat kuliner yang cocok setelah penat bekerja.

"Kuliner enak di kota ini dimana ya?" tanya Daniel pada seorang lelaki berseragam biru di pojok loby itu.

"Tuan, kebetulan sekali salah satu fasilitas hotel kami adalah lestoran yang cukup terkenal dengan ikan bakarnya dan banyak lagi makanan seafood di sini, seperti loabster, kepiting, udang, dan yang lainnya. Tempatnya di samping kiri loby kita, itu tempatnya tuan." Tunjuk seorang room service berseragam serba biru dengan tubuh kecil itu.

Kecilnya hampir separuh dari tubuh Daniel.

"Owh, baguslah! Jadi aku tidak perlu keluar dari hotel ini untuk lunch," balas Daniel meninggikan satu alis kirinya dan semakin menenggelamkan kedua tangannya kedalam saku celana.

Lelaki bertubuh besar itu tak menghiraukan semua pandangan yang tertuju pada dirinya, dan terus melangkah ke arah lestoran yang bersampingan dengan pesta kecil Citra.

Tak terasa beberapa menit duduk di kursi paling pojok, mata nakalnya terus tertuju pada wanita cantik berkain putih dengan rambut tergerai memakai bandana. Dia nampaknya terpesona dengan senyuman Citra yang manis.

Dengan tangan menopang dagu, Daniel seperti tak ingin melewatkan setiap detik senyuman yang terpancar dari wajah Citra.

Gaya Citra yang sangat sederhana memikat hati Daniel, membuat dia tak bisa melepas pandangannya.

Pria yang mengenakan stelan jas hitam itu duduk santai menyilangkan kakinya sambil menyeruput cappucino late di cangkirnya dengan tenang, seakan tak terpengaruh dengan bisingnya suara sekitar.

Hampir tiga jam lelaki berdada lebar itu duduk di tempat yang sama hanya untuk menatap dan melihat pesta kecil itu.

Pesona Citra yang sangat anggun membutakan pandangan Daniel. Matanya hanya tertuju pada satu wanita yang sangat memukau gairah kelaki-lakiannya.

"Pelayan!" Daniel melambaikan tangannya, dan entah gelas keberapa, ia terus memesan minuman segar untuk menemaninya duduknya.

Gelas-gelas kosong itu, habis tak tersisa di tenggak oleh Daniel. Asyiknya ia melamun tentang keberuntungannya hari ini.

"Makanannya Tuan?" Lelah menyuguhkan minuman, waitres itu iseng menyodorkan sebuah kertas tebal dengan rentetan nama makanan di dalamnya.

"Ach, tidak aku sudah kenyang," tepis Daniel masih menatap Citra dan senyumannya.

Pandangannya kabur setelah satu detik ia sibuk bercakap dengan waiters itu. Para gadis itu sudah enyah seperti di lalap dunia.

'Hah? kemana mereka? wanita itu?' bisik hatinya risau dengan mata yang liar.

Lelaki bertubuh proporsional itu nampak kelimpungan, ia meninggalkan meja dengan beberapa lembar kertas berwarna biru sebagai pengganti minuman yang ia tenggak.

Beberapa menit kemudian, ia pun pergi ke sebuah tempat untuk urusan pekerjaan.

Metting yang kurang produktif. Ia memberikan sebuah presentasi di depan para klien dengan kacau.

Publick speakingnya jelas tak beraturan karena walau tubuhnya berada dalam lingkar metting, namun pikirannya melayang mengingat seseorang.

Ketika metting terjeda sesaat, matanya kaku dan kosong, menatap ke arah sebrang dinding jendela dari lantai dua.

"Pak, Pak Daniel?"

Tanya seorang sekertaris. Daniel pun segera terjaga dari lamunannya.

"Oh ya? ada apa?" Matanya melebar.

"Pak, metting kali ini sebaiknya di tunda saja, nampaknya Bapak kurang sehat dan tidak siap?"

"Apa?"

"Besok kita bisa lanjutkan ya pak? saya akan aturkan jadwalnya untuk anda," jelas sang sekertaris berusaha mengambil langkah terbaik untuk menutupi kekurangan atasannya di hadapan para klien.

Daniel pun mengangguk, lalu membenarkan jas hitamnya seraya bangkit dari kursi yang ia duduki.

"Ambil alih mettingnya, aku duluan!" bisik Daniel pada sekertarisnya sambil melebarkan senyuman palsu ke beberapa tamu di hadapannya.

Daniel lekas pergi dengan langkah yang sangat teratur. Gayanya sangat meyakinkan namun pikirannya melayang.

'Aku menyesal belum sempat berkenalan dengan wanita itu. Andai saja ada kesempatan bertemu kembali, aku sangat ingin memilikinya.' Gemuruh hatinya.