"Bunga lily-nya bagus. Boleh gabung di sini?"
Sebelum di perbolehkan, Natasya sudah menggeser kursi duluan. Lengannya cekatan menyeret kursi tanpa mau tahu apa jawaban dari Dr. Azen terlebih dahulu.
"Mhhh, boleh deh!" Bibir Azen masih di rapatkan. Ia menyempitkan semua barang-barang kecilnya menjadi berada di depan pandangannya saja. Termasuk bunga dan dua buah coklat dengan merek yang cukup terkenal.
Natasya selengean mencuri pandang ke arah barang bawaan yang ada di hadapan Dr. Azen.
"Ada yang mau datang lagi?"
"Enggak kok,"
"Itu? Coklatnya ada dua?" Mata Natasya mendongak sempurna.
Dr. Azen terdiam sejenak. Agaknya dia mengamati bunga lily yang sudah kurang segar lagi. Terus pandangannya juga tak luput atas coklat yang berbalut kertas silfer bersegel rapi.
Ia membayangkan kalau-kalau coklat itu luntur dimakan angin malam kalau hanya didiamkan, terus ia juga membayangkan apa nasib bunga lily itu kalau jadinya harus ia bawa kembali ke apartemennya.
