Sebelum melakukan rencana selanjutnya, Daniel menyiasati waktu.
Sengaja ia berkelok ke arah menuju rumah Bunda Laura. Dengan perasaan rindu yang menggunung, dia tak sabar ingin segera sampai.
Untuk menutupi silau dari matahari yang menyorotinya, Daniel mengenakan kaca mata hitam sambil santai melajukan mobil yang seharusnya di pakai oleh Natasya.
"Hihi, maafin kakak ya dek' kapan lagi kakak ke Birmingham. Kesempatan kakak di sini hanya beberapa hari saja 'kan, jadi harus efektif dong...!" Kekehnya berbicara sendiri sambil membelok di pertigaan jalan.
Betul saja yang di perkirakan Daniel sebelumnya, belum sampai dua puluh menit dia mengemudikan mobil itu, dering telpon masuk dengan tulisan My honey.
My honey untuk kali ini tiada lain kalau bukan Natasya adiknya. Senyumnya melebar semakin terkekeh saat ia membuka bingkai matanya melihat jelas penelpon di balik handphone-nya itu.