Chereads / Kazuya x Chinatsu (21+) / Chapter 8 - Bab 8.

Chapter 8 - Bab 8.

Debar-debar di dalam dada kembali terasa saat ia ada disisiku. Pernah membencinya karena salah pahamku dulu, yang mulai kusadari karena dendam ini kumengerti kalau aku sangat mencintainya. Kugenggam erat tangannya agar ia tetap disini, jangan pergi lagi meninggalkanku. Sejak kapan dirimu menjadi begitu berarti bagiku ini. Chinatsu, kamu sangat mengesalkan, tapi jujur dibalik kesalku ada sisi rindu yang sangat dalam.

Semua akan kita mulai dari awal, melanjutkan kisah yang berlangsung 2 hari. Begitu rapuh, hubungan kita yang kupikir dulu hanya main-main saja. Kamu bercerita bahwa dirimu hanya sendiri. Tidak ada siapapun disetiap langkahmu, aku melangkah bersamamu sekarang. Apa kamu senang dengan awal kisah kita ini dimulai dari awal lagi?

Mengangkat tangan menujuk ke arah bintang di langit malam. Dirimu tersenyum menunjukan rasa senang. Sampai kulupa apa kumasih membencimu sekarang? Bintang yang kamu tunjuk yang paling terang dan terlihat indah namun bagiku masih lebih indah ketika diriku melihatmu tersenyum padaku. Ketika kamu bersandar di pundak, menutup mata menikmati hari kita bersama. Aku paham kamu begitu hangat karena perasaan ini yang memberiku penjelasannya. Aku tidak percaya jika aku hanya suka padamu Chinatsu.

"Kazuya, diam dulu, ya."

Kamu masih memejamkan mata. Wajahmu melukiskan ketenangan yang sampai di hatiku. Sejak kita berkenalan bertegur sapa, aku tidak memiliki perasaan apapun padamu. Namun ketika kamu bilang menyukaiku tetap saja itu menjadi perasaan yang sama. Bangku taman di taman yang sepi, angin malam begitu dingin. Dibalik rangkulan tangan ini kuharap kamu tidak merasakan dingin malam hari ini, teruslah memejamkan mata menghilangkan lelahmu, yang kamu rasakan begitu lama. Semoga hilang semua rasa pahit dalam hidupmu. Aku akan menganti pahit itu dengan caraku sendiri yang mungkin sedikit membantu.

***

( Sudut pandang Chinatsu. )

Aku tahu pasti dirimu sangat membenciku. Aku senang jika kamu menerima penjelasanku sekarang, yang mungkin masih belum bisa menyembuhkan rasa kecewamu itu. Dulu kamu hanya seorang remaja yang menghabiskan waktu sendiri. Kucoba untuk mengenalmu mempertaruhkan segalanya yang menganggu sisi perasaanku, mengawasimu dari jauh sangat menyenangkan, tapi kuharap kubisa lebih dari hanya bisa mengawasimu dari jauh. Kata cinta yang kukatakan awalnya memang hanya ucapan yang menjadi kenyataan namun hilang karena kebodohanku, dan kesalahpahaman.

Sejak saat itu aku kehilangkanmu begitu lama, kuhanya bisa berjalan disisi sudut jalan yanglain darimu. Ketika kumenemui jalan buntu, jalan awalku kembali kuinjak untuk melangkah. Kini kita berjalan bersama dengan arah yang sama dengan langkah yang beriringan nada. Kamu hanya diam namun aku merasa dibalik diam itu ada yang ingin disampaikan. Ketika kutunjuk bintang yang paling indah dan terang, kamu hanya melihatnya sembari tersenyum. Aku tersenyum bersandar di pundakmu, mata terpejam penuh ketenangan. Entah kenapa perasaan dan pipi ini menghangat bersamaan. Aku tidak mengerti? Aku yakin bukan perasaan penasaran ataupun hanya sekedar suka kepadamu.

"Kazuya, diam dulu, ya."

Begitu tenang disisimu, kamu bagaikan malaikat penjaga bagiku. Semakin kumemikirkanmu, ada yang menganjal di lubuk hatiku, yang menjelaskan semuanya 'rindu' perasaan ini begitu merindukanmu biarpun aku memiliki salah kepadamu. Apakah aku bisa didekatmu seperti ini untuk selamanya?

***

Di rumah yang terbilang sangat mewah, Tabe Handa, sedang menikmati kesehariannya dengan menulis novel. Dia hampir tidak percaya karena yang di sebelah adiknya saat ini adalah Chinatsu. Tabe Handa melangkah menuruni anak tangga, dia begitu senang terlihat dari senyumannya, ia hanya bisa memberikan sambutan hangat untuk Chinatsu yang pernah menghiasi kehidupan adiknya walaupun untuk sesaat.

"Lama tak jumpa, ya," kata Handa ketika ia menjabat tangan Chinatsu.

"Iya, cukup lama sekali."

"Mau sampai kapan kalian jabatan tangan."

"Kamu kenapa kesal begitu?" tanya Handa sambil terkekeh geli.

Di ruangan utama mereka duduk di sofa berwarna hitam. Kazuya menatap tegas ke arah kakaknya, agar mendapatkan restu agar ia bisa bersama Chunatsu selamannya. Tabe Handa menghela nafas, dia tidak setuju dengan hubungan mereka berdua sampai membuat kesal Kazuya. Chinatsu kelihatan begitu kecewa namun Tabe Handa hanya tersenyum tipis. Entah apa yang dipikirkan penulis terkenal itu, ia seperti sedang ber-drama di depan mereka berdua.

"Kalau kamu tidak setuju tidak apa. Aku tetap akan menikah dengan, Chinatsu!"

"Kamu tidak boleh menikah tanpa restuku. Aku sebagai pengantin orang tua kita."

"Cih, laki-laki tidak perlu wali. Jadi tidak perlu restumu juga!"

Chinatsu berpikir mungkin Handa tidak suka padanya, karena kejadian dimasalalu sampai membuatnya kesal. Kazuya mengandeng Chinatsu, menuju ke arah pintu keluar rumah yang megah itu. Dia tidak peduli izin dari kakaknya, yang begitu ia harapkan izinnya sebagai sosok kakak yang dia hormati.

"Hahaha... Aku hanya bercanda!"

Tabe Kazuya menoleh ke belakang ketika diambang pintu. Dia sangat kesal dengan keisengan kakaknya yang disengaja. Chinatsu menarik nafas lega karena Tabe Handa, hanya bercanda yang hampir menghancurkan hatinya.

***

Ketika pintu dibuka, sosok pria berambut hitam bermata biru cerah, berdiri sembari menatap dengan tegas. Masashiro Tatsuya, mengenggam kedua tangan Chinatsu dengan tiba-tiba, raut wajah pria itu menunjukkan rasa penyesalannya.

"Aku minta maaf. Aku bukannya segaja menjauhimu! Ini karena perjodohan yang tidak bisa aku tolak!"

"Iya, aku mengerti. Tidak apa lagian, kan sudah jadi keputusan orang tuamu," kata Chinatsu menenangkan.

Di ruangan utama rumah yang sederhana. Mereka berdua mengobrol dengan canggung. Chinatsu mengangguk paham setiap Tatsuya meyakinkannya dengan penjelasan panjang lebar yang amat tegas.

"Chinatsu, aku tetap mencintaimu. Aku hanya suka dengannya, tapi orang tuaku menganggap aku ini mencintainya."

"Sudahlah Tatsuya, aku tidak ingin membahas ini lagi. Kamu lama tidak mampir ada perlu apa?"

"Aku berniat menikah denganmu, dan meninggalkan tunanganku!"

"Apa kamu sudah gila! Kamu bisa berpikir semudah itu! Kamu tidak berpikir bagaimana perasaan tunanganmu, hah!" bentak Chinatsu.

"Aku minta maaf, tapi jujur saja pikiranku tidak pernah bisa melu-."

"Aku akan menikah dengan Kazuya. Aku dari dulukan cuma menganggapmu sebagai teman."

"Kazuya, maksudmu, Tabe Kazuya saat SMA dulu?"

"Aku paham maksud kamu datang. Dan aku sudah memberitahumu apa yang kupilih untuk masa depanku. Kamu lanjutkan saja pertunanganmu, lupakan aku, hapus ingatanmu tentang diriku, Tatsuya," kata Chinatsu dan menatap tegas.

"Tapi, China, aku menci-."

"Aku tidak mencintaimu! Kamu pergi saat kamu dapat yang baru! Dan sikapmu berubah padaku! Sikapmu itu tidak mencerminkan cintamu itu Tatsuya!"

"... Maaf..."

Chinatsu mengantar Tatsuya menuju pintu keluar rumah. Chinatsu menutup pintu ketika Tatsuya keluar rumah dengan lesu. Chinatsu bersandar di pintu, tersenyum sembari menghusap airmatanya, dia bisa bernafas lega dan yakin kehidupan barunya akan segera dimulai.