Chereads / Kazuya x Chinatsu (21+) / Chapter 7 - Bab 7. ( Sudut pandang Chinatsu )

Chapter 7 - Bab 7. ( Sudut pandang Chinatsu )

Namaku Nagasawa Chinatsu, dulu aku anak yang punya kehidupan mapan tercukupi semuanya, namun sejak orang tuaku meninggal saat aku baru lulus SMA semua kehidupan yang kujalani berubah.

Usiaku sekarang sudah 28 tahun status single, aku pekerjaan di toko buku milikku sendiri. Aku mulai suka membaca karena dengan membaca aku selalu bisa ingat dengannya. Dia yang aku maksud adalah Tabe Kazuya, aku dengar kalau Kazuya, telah menjadi pengusaha yang sukses.

Seminggu lagi mungkin toko buku ini akan tutup. Jujur saja usahaku ini sama sekali tidak berkembang di zaman sekarang, mana ada yang mau membeli buku ini karena sekarang lebih memilih membaca di smartphone, lewat internet.

Aku memiliki sahabat yang dulunya ia bilang mencintaiku? Itu dulu setelah kuliah di luar negeri, sikapnya mulai berubah apalagi sekarang ia sudah dijodohkan oleh orang tuanya sungguh menyedihkan bukan? Aku selalu ingat satu kejadian itu ketika SMA, aku berbuat satu kebodohan yang tidak bisa kulupakan mungkin sampai mati akan terus aku ingat. Aku paling suka membaca buku karya Tabe Handa. Karya yang satu ini ceritanya sangat tidak asing bagiku dengan judul, 'cinta yang menyakitkan.' Pasti inspirasi dari hubunganku dengan Kazuya? Mungkin aku hanya merasa begitu.

Aku mulai menutup toko yang hanya buka sampai sore hari, ketika aku akan membalik papan tulisan di pintu kaca ada seseorang yang berdiri diluar pintu. Aku terkejut siapa yang kulihat sekarang ia menatapku dengan tatapan tajam seakan tidak suka denganku.

"Masih buka?"

"Se-sebentar lagi akan tutup."

Dia tidak asing...

Aku mempersilahkannya masuk, ia melihat suasana toko milikku. Dia melihat-lihat buku novel hingga komik tersusun di rak. Mungkinkah dia? Aku tidak salah ini pasti dia, lebih baik aku diam saja lagipula mungkin dia sudah lupa denganku.

"Aku akan membeli tempat ini sebut saja berapa harganya."

"Maaf, saya tidak menjualnya."

"Apa?"

Dia menatap dengan tegas lalu tersenyum. Wajah yang tetap sama biarpun usianya tidak jauh denganku. Kamu jauh berbeda dibanding dulu saat SMA, apa mungkin ia masih ingat kejadian itu, ya?

"Toko ini sepi, tidak ada pengunjungnya, lebih baik kamu jual saja."

"Sekali lagi saya katakan, tidak dijual meskipun sepi bahkan mau bangkrut sekalipun," tegasku.

Dia memintaku untuk berpikir dulu jika nanti akan dijual agar menemuinya. Kartu nama ia berikan dengan senyum ia pamit dari toko. Senyuman yang aneh seperti ada sesuatu yang mengajal ditambah lagi sikapnya sangat dewasa, aku hampir tidak bisa percaya bahwa ia Kazuya yang aku kenal dulu, setelah aku membaca kartu namanya, ternyata memang dia, pemilik perusahaan Blue Sky.

Seminggu berlalu, toko yang kupertahankan dengan uang keluargaku, tepatnya warisan, kini bangkrut tidak bisa kupertahankan lagi dan tinggal rumah sederhana saja yang kumiliki. Niatku juga sekarang lebih baik aku jual pada Kazuya saja. Aku menemuinya di kantor yang sangat elit ini. Dia benar-benar banyak berubah terlihat dari sikapnya yang jelas terlihat seperti orang berpengalaman dalam pekerjaan dengan status sebagai bos.

"Bangkrut?"

"Iya, Tuan..."

Aku sudah mengurus semuannya, dia membaca dan menanda tangani kertas yang aku berikan, besok toko itu akan menjadi miliknya. Aku jadi ingat kalau Kazuya dulu seorang Otaku, apa dia masih suka baca komik, ya?

"Ini cek-nya, jumblahnya bisa kamu lihat sendiri."

"Sa-satu milyar!"

"Aku beli segitu, lebihnya untukmu, Chinatsu..."

Deg!

Padahal harganya hanya 500 juta, dia beli lebih dari harganya, dan dia masih ingat aku? Rasanya senang sekali jika dia masih mengenalku, tapi kenapa tatapannya itu kelihatan tidak suka?

"Tapi, lebihnya itu bisa juga kamu anggap aku membelimu."

"Hah?"

Apa maksudnya?

Dia beranjak dari tempat duduk lantas mendekat padaku. Mundur berberapa langkah kebelakang, aku tidak mengerti ada apa dengannya tersenyum seperti itu?

"Akhirnya aku menemukanmu, jalang."

"Eh?"

Srk.

Dia merangkul dengan tangan kiri. Tangan kanannya meraba pipiku, jarak wajah semakin dekat, ia menatapku dengan kebencian. Kata-kata yang kulupakan terulang lagi sampai tubuh ini gemetar mendengarnya.

"Murahan, kamu kelihatan sangat menyedihkan."

"Maaf, kalau kamu masih ingat kejadian itu," gumamku.

"Aku meminta pengawaiku tidak ada yang masuk kesini, jadi kamu tidak usah sungkan tunjukkan sikap murahanmu itu, Chinatsu."

Plak!

"Aku minta maaf soal kejadian saat SMA dulu. Maaf juga sudah menamparmu, kamu harus tahu, aku tidak seperti yang kamu pikirkan!"

"Hah, kamu pikir aku percaya..."

Dia melihatku dari atas sampai bawah, penampilanku pasti bisa membuatnya yakin. Kaos polos berwarna putih, celana jeans biru tua. Aku bisa dibilang lebih mirip seperti berpenampilan biasa saja tidak ada yang menarik diusiaku sekarang.

"Kekasihmu, benar-benar tidak mengurusmu dengan baik."

Salah paham itu mungkin masih ada sampai sekarang. Aku menatap tegas ke arah matanya, ia tersenyum angkuh. Kazuya yang kukenal ternyata sudah berubah sampai seperti ini, aku merasa sangat bersalah padanya.

"Dia bukan siap-siapaku. Dulu kita hanya berteman masalah yang dulu itu salah paham. Di juga sekarang sudah punya pacar bahkan sudah tunangan."

"..."

"Pasti kamu masih membenciku, ya? Aku sangat minta maaf, padahal kita pacaran baru 2 hari...tapi, aku serius tentang hubungan kita waktu itu."

"Omong kosong."

Dia memalingkan wajahnya. Aku membimbingnya agar melihatku, aku harap ia akan memaafkanku, entah kenapa aku sangat bersalah sampai membuat dia seperti ini.

"Kamu mau memaafkanku, kan?"

"Ya, asal kamu mau tidur denganku."

"Apa!"

"Aku yakin kamu pasti sudah tidak perawan..."

"Baik," balasku. "Tapi, kamu harus tanggung jawab kalau ternyata aku masih perawan."

"Ba-baiklah..."

Aku memeluknya, tubuhnya hangat dan nyaman, aku sangat merindukanmu yang pendiam namun baik. Bukan sikap seperti ingin kulihat sekarang.

Sepertinya dia sedih pelukannya begitu erat, seakan tidak ingin melepasku. Kamu tahu tidak? Sampai sekarang aku selalu memikirkanmu. Aku hanya bisa terpojok di sofa, ia menghirup sampai mengecup bahkan melumat leherku. Aku hanya bisa memejamkan mata pasrah entah apa yang akan terjadi selanjutnya. Lumatan di bibir yang lembut, aku sadar ini kedua kalinya aku berciuman setelah kejadian itu. Sejak kapan kamu seperti ini? Dia pandai berciuman, aku bisa tahu dengan caranya memperlakukanku mungkin dia sudah banyak berubah mungkin dia yang kukenal dulu sudah hilang. Aku merindukannya yang dulu jika boleh jujur, hatiku sakit jika yang kupikirkan benar kalau dia suka bermain wanita. Kazuya sudah berbeda bukan Otaku pendiam lagi.