Chereads / Harta, Tahta & Diana / Chapter 2 - Bab 2

Chapter 2 - Bab 2

"Silahkan Tuan Soeratmaja " Sambut wanita paruh baya sembari membuka pintu pagar untuk Diana dan Ayahnya .

Mobil Sedan hitam kesayangan Soeratmaja sekarang terparkir di depan rumah bergaya semi kolonial belanda itu. Rumah dengan dua lantai itu merupakan rumah dinas dari Soeratmaja . Bisa dibilang ,rumah itu cukup luas untuk sebuah rumah dinas .terdapat kolam air mancur kecil di bagian depan rumah itu. kurang lebih sepuluh meter jarak dari pagar hingga pintu masuk . Bahkan rumah Soeratmaja di Solo tidak sebesar rumah dinasnya . Bagian belakang rumah terdapat taman kecil , kolam renang tak lupa sebuah gazebo untuk bersantai .

Fasilitas rumah yang didominasi warna putih itu sangat mengagumkan . terdapat enam kamar tidur , satu ruang baca , satu ruang teater, serta satu garasi besar berisi dua mobil ferari berwarna merah dan hitam . Ada dua orang pembatu dan dua orang satpam. kondisi ini sungguh berbanding terbalik dengan rumah keluarga Soeratmaja di Solo. Kediaman Soeratmaja di Solo jauh dari kata mewah. bahkan tak ada satupun pembatu disana . Soeratmaja mendidik kedua buah hatinya dengan cara unik. Kesederhaan memang ditanamkan sejak dini oleh Soeratmaja kepada putra dan putrinya. Gibran maupun Diana tumbuh menjadi seseorang berjiwa mandiri , sopan dan bertanggung jawab. Tak khayal banyak orang mengagumi kesuksesan Soeratmaja tersebut.

Seperti kebanyakan pengusaha lainnya, investasi merupakan pilihan pengusaha dalam mengelola perputaran uang mereka . Laki-laki yang Diana panggil ayah itu memiliki rumah hampir dibeberapa wilayah Indonesia sebagai lahan investasi .

Bukan hanya untuk investasi tetapi juga sebagai rumah dinas bagi Soeratmaja. Ayah Gibran itu sering melakukan perjalan bisnis yang mengharuskan Ia menginap diluar kota.

Soeratmaja Groub adalah perusahan yang bergerak dibidang pembangunan real estate dan apartemen milik Soeratmaja Hadiningrat. Soeratmaja masih keturunan dari anggota kesultanan Ngayogyakarta Hadiningrat. Mendiang ibunda Diana bukan keturunan darah biru seperti ayahnya . Soeratmaja memilih tinggal diluar keraton dengan alasan agar mendiang ibunda Gibran dan Diana tidak mendapat deskrimininasi dari anggota keluarga kesultanan lainnya .Soeratmaja merupakan pebisnis sukses dalam berbagai bidang . Ekspedisi Muatan Kapal Laut (EMKL), hingga eksport import daging sapi juga merupakan bisnis yang digeluti Soeratmaja. Semua bisnis itu juga berada dibawah naungan Soeratmaja Groub .

"yah , ini beneran rumah kita yah ? " . Bola mata gadis itu membulat . Pintu kayu setinggi 2 meter di hadapan Diana tak kunjung dibukanya. Bagai terpaku ,kaki Diana tidak bergerak menjauh dari mobil. Mata gadis berusia 18 tahun itu masih tertegun mengagumi kemewahan. Ketakutan sejenak sirna dari diri Diana. Rumah mewah itu membuat Diana lupa akan apa yang Ia pikirkan .

"Mari non saya bantu , saya antar ke kamar non Diana" . Tawar wanita paruh baya yang membukakan mereka pintu pagar.

" terima kasih"

" Panggil saya bi Inah non , saya sudah bekerja dengan bapak Soeratmaja 7 tahun, saya tugasnya bersih-bersih rumah non"

"oh iya bi , bi Inah aku mau tanya boleh ?"

"Boleh non silahkan"

" Mas Gibran , suka pulang nggak bi ke rumah kalau libur ? "

" Den Gibran kalau pesiar sering ke rumah non , bawa temen-temennya main playstation di ruang tengah "

Mendengar pernyataan bi Inah membuat Diana memiliki harapan baru . Diana merasa bahwa kakaknya akan menemaninya untuk sekedar berjalan-jalan . Sebenarnya Diana sangat ingin mengelilingi kota tempat tinggalnya yang baru itu. Bayangan tersesat dijalan selalu membayangi Diana . Gibran adalah harapan Diana untuk mengenal jalan di Surabaya .

Terkadang mengesampingkan Ego serta berdamai dengan keadaan menjadi keputusan terindah dalam hidupku .

Diana Soeratmaja

***

Malam ini ,Gibran janji pada ayahnya untuk pulang ke rumah . Kakak laki-laki Diana itu memang menantikan kedatangan Diana . Sudah 3 tahun lamanya Gibran tidak pulang ke Solo. Tak dapat dipungkiri kegiatan di Akademi Angkatan Laut membuat Gibran tidak memiliki cukup waktu untuk pulang ke Solo . Tahun ini adalah tahun terakhir Gibran berada di Akademi Angkatan Laut atau biasa disingkat AAL.

Sebagai mana seorang kakak , Gibran Soeratmaja selalu menjaga adiknya . Mengantar maupun menjemput Diana merupakan tugas utama Gibran . Ketampanan Gibran menarik perhatian wanita-wanita di sekolah Diana . Bahkan banyak wanita mendekati Diana karena ingin mengenal seorang Gibran Soeratmaja . Anak laki-laki Soeratmaja itu bisa dibilang tipe ideal untuk di jadikan seorang pendamping . Bagaimana tidak , selain sopan Ia juga memiliki rasa kekeluargaan yang sangat tinggi. Ketiadaan ibu bagi Gibran menjadikan dirinya bertanggung jawab penuh atas Diana . Gibran juga satu-satunya tempat Diana mencurahkan segala isi hatinya.

" Diana ... turun nak , makan malam dulu " . Teriak Soeratmaja dari lantai satu, rumah putih itu. Ayah Diana sengaja mempersiapkan kamar Diana dilantai 2 .Kamar itu memiliki jendela mengarah langsung ke arah taman belakang rumah . Udara segar serta pemandangan yang menyejukan mata terlihat dari ruangan itu . Diana gemar menghabiskan waktu dikamar tidurnya. Anak gadis itu tidak memiliki banyak teman . sifat introvert yang dimiliki Diana membuat gadis itu sering menyendiri . Hal tersebut membuat Ayahnya selalu mempersiapkan kamar Diana senyaman mungkin .

"Iya yah... Diana bentar lagi turun "

Semua makanan sudah tersedia di meja makan . Mulai dari nasi putih , ayam goreng hingga sayur asem kesukaan Diana . Sang kepala keluarga duduk di tempat paling ujung . Bersiap menunggu Diana untuk ke meja makan .

" Ayo yah makan " Ajak gadis berpiayama biru itu . Ia duduk di samping Soeratmaja . Tangan kanannya mulai menggapai baskom nasi berisi nasi putih di tengah meja makan . Belum sempat nasi putih itu sampai ke piring . Ada dua telapak tangan menutup mata Diana . Dengan refleks yang cepat kedua tangan Diana mencoba membuka telapak tangan yang menutup matanya .

" Aku pulang gembul " . Suara laki-laki terdengar dari balik punggung Diana . Tangan gadis itu mulai Ia turunkan . Menghela nafas kemudian tersenyum .Diana sepertinya tau suara siapa yang Ia dengar .

" Mas Gibran , buka nggak gelap nih "

" Kok kamu tau dik, kalau ini mas ?" Gibran mulai memindahkan telapak tangannya dari mata Diana .

Sambil memasang muka masam ."Tau dong , siapa lagi kalau bukan mas Gibran yang panggil aku gembul " .

Gibran terkekeh mendengar celoteh adik kesayangannya . Tangann Gibran mulai mengelus lembut kepala Diana . Setelah itu ,Ia memeluk adiknya dengan erat dari balik punggung Diana . Selama ini komunikasi kedua kakak beradik itu tidak begitu lancar. Hal itu berdampak pada kerinduan mendalam bagi keduanya . Kesibukan adalah faktor utama dari semuanya . Diana sibuk dengan sekolahnya begitu juga Gibran dengan pendidikan militer yang sedang Ia dijalani .

" Mas kenapa masih manggil aku gembul , kan sekarang aku udah kurus mas ? "

" Hehe.. mau kamu kurus , mau kamu gendut , kamu tetep gembul kesayangan mas ". Sembari duduk di sebelah Diana. . laki-laki itu langsung menggambil makanan di hadapannya . Ia tidak ingin berdebat dengan adiknya terlalu lama .

Gembul merupakan panggilan yang Gibran berikan kepada Diana sewaktu Ia kecil . Diana pernah bertubuh gempal dan berisi ketika dirinya SD . Sifat jahil Gibran memang Ia miliki sejak dulu . Ia gemar sekali membuat gadis itu menangis dikamar seharian karena satu kata . Seperti kebanyakan kakak beradik lainnya bertengkar merupakan hal wajar. Walaupun mereka sering bertengkar mereka tetap kompak saling membatu satu sama lain.