Selepas melakukan peregangan gadis itu mulai berlari kecil berlawanan arah dengan laki-laki yang Ia lihat tadi . Kakinya menuntun Diana berlari mengelilingi kawasan perumahan barunya itu . Bisa dibilang , perumahan yang ditinggali keluarga Soeratmaja sekarang cukup besar , Berbanding terbalik dengan kediaman keluarga Soeratmaja di Solo yang letaknya di tengah-tengah perkampungan . Bahkan tidak banyak terdapat rumah disekitarnya . Diana merasa sangat asing dengan lokasi lingkungan sekitar rumahnya . Wajar saja kalau Diana merasa asing . Diana tinggal di rumah itu belum genap satu hari . Rumah besar yang Ia tinggali berada di kawasan perumahan Elit . Suasana sepi sangat terasa di kompleks itu. Walaupun banyak rumah mewah berjajar , berdiri kokoh disana.
" Loh tadi aku lewat mana aja ya ... aduhh gawat " . Terlalu banyak jalan serta tikungan yang telah Diana lewati . Seperti penderita Dyslexia directional lainnya . mereka tak dapat menghafal jalan . Terutama jalan yang belum pernah penderita itu lewati.
Diana mulai merasa kebingungan . Ia berlari memutar arah . Mencoba berfikir mengingat setiap jalan yang telah Ia lewati tadi . Namun Ia tak kunjung menemukan jalan menuju kerumahnya. Semakin Ia kembali menyusuri jejak yang telah dilewati , semakin Diana tersesat . Hingga matanya menemukan sosok seorang laki-laki yang tadi pagi dilihatnya .
Diana mulai berlari mendekatinyan. "Maaf mas boleh nanya ?"
"Iya mba ,silahkan " Ia menwajab dengan nada lembut sembari menoleh ke arah Diana .
"Begini mas , saya baru pindah disini kayaknya saya nyasar terus saya mau pulang tapi lupa jalan mas... kebetulan saya tadi lihat mas waktu keluar dari rumah , jadi saya mau minta bantuan mas buat nunjukin jalan ke rumah saya mas , saya juga gak bawa ponsel jadi gak bisa telfon orang rumah "
"oh.. begitu , ayo mba ikuti saya saja "
Laki-laki itu bersikap sangat sopan . Ia menunjukan jalan menuju rumah Diana sepanjang perjalan mereka hanya terdiam.Diana menatap lurus kedepan memperhatikan jalan . Sampai akhirnya laki-laki berbadan tegap itu mengajak Diana berbicara .
" Mba rumahnya nomer berapa mba ?" Ia melirik ke arah Diana yang sedang berjalan disampingnya .
" Nomer 7 blok A mas ,kalau mas rumahnya nomer berapa ?"
" Saya nggak punya rumah mba "
Mendengar kalimat laki-laki itu . Diana terkejut , menghentikan kakinya lalu Ia menatapnya "Bukannya kamu keluar dari rumah sebelah kiri rumah saya ya ?"
"Itu rumah orang tua saya mba , kalau saya sendiri belum punya rumah mba "
Diana pun tersenyum . "Aku kira beneran mas , ternyata bercanda udah takut tau aku kira mau dibohongi "
" Memang saya ada wajah-wajah jago bohong ya mba ?"
Diana hanya tersenyum lebar mendengar ucapannya. Kini mereka hampir sampai di blok A . Rumah bernomer 7 mulai terlihat dari tempat mereka berada . Mereka berjalan mendekat ke rumah tersebut. Hingga pagar besi berwana hitam berada dihadapan mereka berdua .
"Mba udah sampai rumahnya "
" Iya mas , terima kasih ya" Diana segera bergegas membuka pintu pagar tersebut.
"Nama saya Rio Prasetyo , mba kalau butuh bantuan bisa kok panggil saya saja "
Diana yang tadinya memunggungi laki-laki itu. Kini berbalik menghadapnya dan melempar senyum . "oh iya sampai lupa , nama saya Diana Soeratmaja , panggil saja Diana . sekali lagi terima kasih ya mas Rio " .
"iya , sama-sama"
***
"Gol.... gol aku menang lagi bro !!"
"Emang paling jago kau , bran "
Rumah keluarga Soeratmaja sangat ramai hari ini. Ada beberapa taruna tingkat akhir AAL sedang berkujung . Mereka semua sedang pesiar. Gibran memang senang mengundang teman-temannya untuk berkunjung ke rumah . Bermain playstation adalah hobi mereka saat berkunjung ke rumah bernomor 7 itu.
Seperti kebanyakan orang ,sebagai tuan rumah harus menyiapkan hidangan untuk menjamu para tamunya. Begitu juga Gibran , Ia selalu meminta bi Inah menyiapkan beberapa makanan . hampir setiap pesiar banyak taruna datang berkunjung . Gibran sengaja mengundang mereka karena dahulu ,Ia tinggal sendiri di Surabaya . Hal tersebut menjadi kebiasaan bagi Gibran beserta teman-temannya . sampai pada akhirnya Diana pindah ke Surabaya .
Diana gemar memakai pakaian mini. Ia suka memakai celana pendek pada saat di rumah . bahkan hari ini Ia memakai celana training pendek untuk sekedar berlari pagi. Lama tak bertemu Diana ,membuat kakaknya lupa akan kebiasaan Diana di rumah . Bohong jika sebagai laki-laki normal tidak tergoda untuk melihat kaki jenjang nan mulus milik Diana .
"Bro , siapa tuh cantik bener ...?" Seseorang dari teman Gibran menyadari keberadaan Diana .Matanya tertuju langsung pada gadis berparas cantik itu. Gadis itu melewati mereka menuju tangga . Diana berjalan melewati sekumpulan taruna tanpa menyapa mereka . Ia bergegas naik menuju kamarnya untuk berganti pakaian .
Gibran masih berfokus pada layar televisi itu seakan tidak menyadari kalau adik perempuannya di parhatikan oleh teman-temannya . pada akhirnya salah satu taruna bernama Adipati Bagas menepuk pundak Gibran. " Hey ... bro cewek yang naik ke lantai 2 tadi siapa ?? ....gak mungkin kan pembantu secantik dia ?"
Gibran mengerutkan dahinya .Kepalanya menoleh ke asal suara tadi . Ia berpikir sejenak . " oh... itu adik aku , kenapa ??" . Ia menjawab dengan nada datar .
" Boleh dong kenalin ke aku , bran... hehe "
"Ogah , buaya darat kamu , cuk !!"
" Ayolah bran ... oh bukan, boleh ya kakak ipar ... haha "
" Sekali nggak ya nggak bisa bagas !!"
Adipati Bagas atau biasa dipanggil Bagas. Ia merupakan salah satu pemegang stick master di drum band kebanggan Akademi Angkatan Laut itu . Dapat dibayangkan bagaimana tampilan fisik seorang bagas. Kebanyakan stick master memiliki paras tampan serta tinggi diatas rata-rata taruna yang lain .Mereka merupakan garis depan dari drum band tersebut sehingga tak khayal memiliki tampilan yang menarik . Kebanyakan stick master dari Gita Jala Taruna itu memang banyak digilai kaum hawa . Begitu juga dengan seorang Bagas . Selain tampilan fisik Bagas, Rangkaian kata rayuan yang Ia lontarkan dapat membuat seorang wanita lupa akan daratan. Maka tak heran jika bagas memiliki banyak teman dekat wanita .
" Bran ... beneran kamu nggak mau ngenalin aku ke adikmu ?" desak Bagas . Ia ingin mengenal gadis cantik yang menarik perhatiannya tersebut.
"No.. no.. no , TIDAK BISA ....!!!" . Gibran menjawab dengan nada ketus
"Bran sama temen sendiri pelit banget !!"
" Gas , kalau mau cari mangsa lihat-lihat juga orangnya jangan adik ku juga dong !!"
"hehe... tenang kalau yang ini aku bakal seriusin bran " . Bagas masih terus merayu kakak laki-laki gadis tersebut .Bagi seorang Bagas sosok Diana sangat menarik untuknya .Ia tak ingin menyia-nyiakan kesempatan ini . Tetapi Gibran masih tetep menolak permintaan Bagas .
Gibran sangat mengenal bagaimana sifat bagas. Ia dan Bagas merupakan teman dekat . Dari mulai tingkat satu di AAL hingga tingkat empat mereka masih sangat dekat. Seperti seorang kakak lainnya, Gibran tak ingin adiknya dipermainkan oleh Bagas . Sehingga Gibran bersikeras untuk tidak mengenalkan Diana pada teman dekatnya tersebut.