Rombongan kirap mulai memasuki gedung balai kota Surabaya . Tampak beberapa atraksi di tunjukan oleh para personil Gita Jala Taruna drum band . Dari mulai para stick master yang melempar tongkatnya . Sampai atraksi mengangkat drum menggunakan gigi oleh para taruna.
" Gibran ... boleh tanya gak ?" Bagas mendekati Gibran yang tengah duduk beristirahat .
"Boleh mau tanya apa ? "
" Ngomong-ngomong adikmu kuliah dimana ?"
"Wah kenapa nih tiba-tiba nanyain adikku !!" tatapan sengit diperlihatkan Gibran pada Bagas .
"Eitsss .... tunggu sabar bosku , tadi waktu kirap di jalan aku lihat adikmu bran , serius bening banget , cantiknya tuh beh sampai tumpah-tumpah .. hehe "
"Dasar perayu ulung mulutmu udah kayak bank kata banyak banget kata-kata manis ... Adikku lagi kuliah . Dia di Universitas Airlangga jadi gak mungkin ada di jalan ngaco kamu, gas !"
"Oh di UNAIR , ambil jurusan apa ?"
" Dokter gigi "
"Tapi serius bran tadi aku lihat adikmu , coba tanya junior tuh yang namanya Rio Prasetyo soalnya tadi sempat lihat dia ngobrol sama adikmu "
" Ahh yang bener mana Rio sekarang !!"
Saat Gibran dan Bagas berada di dalam perdebatan . Rio berjalan di hadapan mereka . Tanpa ragu Gibran memanggil juniornya tersebut untuk dimintai keterangan . Bukan apa-apa ,tetapi Gibran merasa khawatir jika benar yang dilihat Bagas itu adiknya . Maka sebagai seorang kakak yang adiknya menderita Dyslexia directional pasti akan langsung berpikir kalau adiknya tersesat . Gibran merasa bahwa rute yang Ia tunjukan sebelumnya tidak melewati rute kirap hari ini.
" Rio kemari " Panggil sang stick master yang duduk di samping Gibran
Rio berjalan mendekat ke arah mereka berdua . Memberi hormat pada kedua taruna senior yang sedang duduk beristirahat . Dengan lantang dan tegas " Siap , senior ?" .
" Kamu tadi ketemu adik saya waktu kirap ?"
" Siap , iya saya bertemu Diana "
"Ohh jadi namanya Diana ya bran .. namanya cantik juga kayak orangnya" . Celetukan Bagas memecah percakapan Gibran dan Rio
" Diem dulu gas , terus Diana sekarang dimana ?"
"Siap sudah saya antar pulang , tadi Diana tersesat jadi saya tolong untuk menunjukan jalan pulang "
Gibran menghela nafas. Seluruh rasa khawatir tentang Diana hilang saat mendengar jawaban Rio. Wajah pucat Gibran yang tadi khawatir seakan luruh perlahan . " Oke Makasih bro "
" Siap Senior "
" Kamu tau gak apa kesalahanmu sama saya !!" Sela Bagas ditengah-tengah membicaraan mereka . Tatapan mata tajam Bagas perlihatkan pada Rio . Sedikit rasa kesal Bagas meluap, mengetahui bahwa juniornya itu sudah terlebih dahulu mengenal Diana .
"Siap , tidak "
"Kamu itu salah karena mendahului saya mengenal adiknya si Gibran , paham ...hehe !!" Tawa Bagas mencuat saat melihat Rio kebingungan . Ternyata Bagas hanya mengertak Rio karena Ia mengenal Diana . Walaupun Bagas kesal tapi Ia menyadari jika itu bukan kesalahan Rio sepenuhnya .
***
Makanan sudah siap semua di meja makan . Hari ini bi Inah memasak semur daging dan sop ayam . Disana terlihat Diana yang sedang duduk menyandarkan kepalanya di kusi .Ia menatap langit-langit rumahnya . Sesekali senyumnya merekah membayangkan laki-laki tampan penolongnya .
Bi Inah sedang sibuk mencuci piring di dapur . Ia juga memperhatikan sikap Diana dalam beberapa hari terakhir berbeda . Gadis itu nampak selalu gembira . Bi Inah pun tergelitik untuk bertanya pada nona muda rumah itu. "non kok bibi perhatikan dari beberapa hari non Diana senyum-senyum sendiri , ada apa non ?" .
"Enggak bi , lagi seneng aja " . Gadis itu menoleh ke arah bi Inah . matanya terlihat berbinar menandakan kegembiraan .Bibir merah mudanya sesekali Ia gigit saat dirinya tertawa gemas membayangkan Rio . Tangan kanannya memainkan sendok yang ada di atas meja makan .
" Bibi tau nih pasti di kampus ada kejadian lucu ya non "
" ahh .. bibi sok tau hehe " . Gadis itu tertawa renyah . Didalam pikiran Diana Ia masih membayangkan sosok taruna tampan beseragam tadi . Ia tak sadar bahwa pipi putihnya kini merona kemerahan .
Bi Inah yang menyadarinya langsung tersenyum manis . Dirinya langsung mengetahui isi pikiran Diana . " Pasti gara-gara mas Rio ya non" . Tembakan Bi Inah langsung tertuju pada tetangga yang mengantarkan Diana pulang tadi.
" Loh bibi kenal Bi ?"
" Ya pasti kenal dong non , bibi kerja sama pak Soeratmaja sudah lama non ... mas Rio juga tetangga non pasti bibi tau "
"Iya bi ganteng ya bi , menurut bibi mas Rio gimana orangnya ?"
"Ganteng non , baik , mas Rio juga sering main ke rumah kok non kalau pada temen-temennya den Gibran pada ngumpul "
" Iya bi .. bibi tau nggak kalau mas Rio itu ternyata taruna juga kayak mas Gibran ?"
" Jelas tau dong non , mas Rio adik tingkatnya mas Gibran jadi lebih muda dari mas Gibran mungkin sama non Diana selisih 3 tahun non"
" Oh gitu ya bi "
"Iya non dan mas Rio itu jomblo loh non"
" Ahh ...bibi ini suka ngarang, nggak mungkin cowok secakep mas Rio nggak punya pacar" . Diana memalingkan wajahnya . Ia mulai mengambil nasi dan lauk yang tersedia di meja makan .
" Betul non bibi nggak ngarang , non Diana bakal jadi dokter pas non sama mas Rio serasi gitu kayak drama korea gitu "
Gadis itu tertawa geli mendengar ucapan bi Inah , tanpa sadar Ia hampir tersedak karena tertawa. Segera Ia menelan makanan yang ada di mulutnya . lalu dirinya meminum air untuk melegakan tenggorokan . "ahhh... bibi ini bisa aja kalau ngomong". Diana melanjutkan melahap makanannya dan Bi Inah melanjutkan mencuci piring kotor.
***
Gibran pulang ke rumah . Hari ini merupakan hari dimana Ia pesiar . Sebelumnya seperti biasa pagi-pagi sekali, Gibran berpesan pada bi Inah untuk memasakan makanan untuk para tamunya nanti . Setiap pesiar adalah jadwal dimana Gibran membawa seluruh pasukannya memadati rumah .
Para taruna itu bermain playstation atau sekedar berenang, mengobrol seharian penuh . Para lelaki calon abdi negara di masa depan itu gemar bersantai berada di rumah Soeratmaja . Selain fasilitas rumah yang sangat memadai , tidak adanya orang selain pembantu dan para satpam. membuat rumah itu terasa nyaman untuk mereka berkumpul .
Ayah Gibran juga sudah mengetahui hal tersebut. Ia merasa kebiasaan anak sulungnya itu bukan sesuatu yang buruk . Soeratmaja justru merasa senang anaknya mengisi waktu libur dengan hal yang positif . Tetapi hal ini berbanding terbalik dengan adik perempuan Gibran . Gadis itu belum mengetahui kebiasaan kakak laki-lakinya itu.
Saat mengetahui bahwa teman-teman Gibran akan ke rumah Diana sengaja pergi ke supermarket di depan kompleks . Diana mengetahui hal tersebut dari bi Inah yang sudah sibuk di dapur dari pukul 5 pagi . Dirinya yang kala itu baru keluar kamar ,merasa sedikit ingin tau apa yang dimasak bi Inah hingga terlihat sangat sibuk . Di tengah-tengah kesibukannya bi Inah menjelaskan bahwa putra sulung Soeratmaja memiliki kebiasaan mengundang teman-temannya berkumpul saat pesiar. Setelah mendengar penjelasan dari bi Inah , Diana memutuskan untuk keluar rumah sendirian . Gadis itu tidak terbiasa ada banyak laki-laki di rumahnya .Ia tak terlalu khawatir pergi sendirian karena jarak yang harus Ia tempuh tidak terlalu jauh .