Chereads / Harta, Tahta & Diana / Chapter 12 - Bab 12

Chapter 12 - Bab 12

Semua taruna tingkat III sudah bersiap untuk menjalankan Lattek Kartika Jala Krida selama 96 hari . Kapal yang akan di tumpangi adalah KRI Bimasuci . Sedangkan rute yang akan ditempuh para taruna adalah Surabaya – Manila – Jepang – Korea – China – Brunai Darusalam – Malaysia – Thailand – Myanmar – Padang – Australia – serta kembali lagi ke Surabaya. Lattek merupakan singkatan dari Latihan Pratek . Setiap taruna Akademi Angakatan Laut harus melalui pratek ini guna mengasah mental , jiwa raga untuk menjadi seorang prajurit yang tangguh .

Raut wajah Gibran tak dapat di kelabuhi . Terlihat sesekali Gibran mengerutkan dahinya . Pelepasan kapal akan di adakan dalam beberapa menit lagi . Gibran hanya menatap ke arah laut tanpa memperhatikan sekitarnya. Bagas yang melihat kondisi Gibran segera berjalan menghampiri laki-laki itu .

"Bran aku tau kamu lagi sedih , tapi usahin jangan sampai kelihatan kayak gitu , rileks bro " sembari memegang pundak Gibran

"Oke gas , thanks .. aku lagi kepikiran Diana gimana dia nanti apalagi dia masih sedih atas kepergian ayah kita "

"Etss tenang kakak ipar , kesayanganku pasti baik-baik aja "

"Eh.. gas aku belum setuju ya kamu deketin adikku "

"Wahh... santaii bro"

Gibran tersenyum mendengar kata-kata Bagas itu . Kini raut khawatir sejenak pergi dari wajah Gibran . Ia mulai mencoba menenangkan dirinya agar Lattek kali ini dapat berjalan lancar .

***

Setelah beberapa berkas Diana tanda tangani . Kini Ia telah resmi menjadi pimpinan dari Soeratmaja group . Semua bisnis almarhum ayahnya kini diambil alih oleh Diana . Sesuai surat wasiat ayahnya bahwa seluruh aset perusahan akan jatuh ke tangan Diana . Almarhum ayah Diana tidak punya pilihan lain karena anak pertamanya harus menjadi abdi negara yang notabenya tidak memiliki waktu cukup untuk mengurus bisnis .

"Oke nona Diana pertemuan selanjutnya kita adakan di Jakarta dan Bali " .kata sekertaris almarhum Soeratmaja

"Emm apa enggak bisa di adakan di rumah saja seperti saat ini "

"Tidak bisa non karena besok merupakan acara rapat pemegang saham , dimana kantor pusat berada di Jakarta dan untuk di bali kita harus menemui investor dari Australia "

"Hmmm ... baik nanti saya pikirkan , saya ada jadwal kuliah juga soalnya"

"Baik kalo begitu saya pamit dulu , permisi nona Diana"

Diana tak ingin memberitau tentang kekurangannya itu kepada orang lain . Ia juga tak ingin orang mengasihani dirinya karena gangguan directional dyslexia yang di idapnya . Diana tidak mungkin untuk membatalkan semua jadwal bisnis tersebut kecuali Ia ingin Soeratmaja groub bangkrut . Sementara itu Diana juga masih harus kuliah agar dapat lulus tepat waktu.

Gadis itu beranjak dari ruang tamu . Ia berjalan menuju kamarnya . Wajahnya nampak bingung . Sesekali Diana memijat pelipis kepalanya perlahan .

Kasur berada di hadapannya . Tanpa ragu Diana menghempaskan badanya ke kasur . Mencoba berfikir agar mendapat solusi dari kondisinya saat ini .

"Andai mas Gibran di rumah pasti bisa aku ajakin diskusi soal ini" . Seakan teringat sesuatu Diana terbangun dari tempat tidurnya . Segera Ia mengambil ponselnya .

Diana mencoba menelfon Rio . Beberapa kali panggilan ke Rio Diana lakukan . Beberapa teks singkat juga Diana kirim kan . Namun tak ada satupun yang dibalas oleh Rio

"Kemana sih mas Rio kenapa gak angkat telfonnya , kenapa gak bales juga .. ini kan udah malem pasti gak ada kegiatan kan di asrama" .

Rasa cinta pada ayahku sama besarnya dengan tekadku menggapai citaku , maka tugasku membuat keduanya berjalan dengan selaras

Diana Soeratmaja

***

Ragaku memang setangguh prajurit lainnya, namun aku tetap seorang hamba yang menangis , menjerit diruang hati , saat orang yang aku sayangi pergi menghadap-Nya

Gibran Soeratmaja

Suasana berkabung masih menyelimuti rumah Soeratmaja . Rumah kokoh tersebut nampak sepi tak seperti biasanya . Putri bungsu dari keluarga itu masih berada di kamarnya . Tak seperti biasanya , Diana selalu bangun pagi . Kini waktu telah menunjukkan pukul delapan pagi tetapi belum ada tanda-tanda bahwa gadis itu sudah bangun .

Bi Inah yang kala itu sedang memasak di dapur , merasa sedikit gelisah memikirkan Diana . Sesekali Bi Inah menengok ke arah tangga. Memastikan apakah gadis itu sudah bangun dan keluar dari kamarnya. Bi Inah tak ingin mengganggu Diana sehingga dirinya menahan diri untuk pergi ke kamar gadis itu.

Sementara itu didalam kamar , Diana duduk di ujung tempat tidur sembari kedua tangannya menengadah menutup mukanya. Gadis itu nampak tak dalam keadaan yang baik . Dia terdiam tanpa suara . Meski ponselnya berdering berulang kali di sebelahnya . Tertera beberapa panggilan di ponsel tersebut . Serta beberapa pesan yang masuk .

Almarhum ayahanda Diana merupakan pebisnis yang sukses . Dia memiliki berbagai jaringan di berbagai kota . Soeratmaja juga bekerjasama dengan berbagai restauran di Bali sebagai penyuplai daging import dari Australia . Pada hari ini Diana harus terbang ke Bali guna membahas kontrak kerjasama antara Soeratmaja grub dengan para pemilik restauran tersebut sebagai pimpinan baru dari kerajaan bisnis peninggalan ayahnya itu.

Walaupun pagi ini Diana terlihat tak baik . Sebenarnya dirinya telah bersiap untuk pergi menyelesaikan beberapa urusan mengenai bisnis ayahnya itu . Gadis itu mengenakan setelan jas hitam untuk perempuan dan sepatu high heels berwarna merah . Entah apa yang membuat hatinya ragu untuk pergi tetapi kemungkinan itu sesuatu yang berat bagi Diana .

"Tringggg..." . Sekali lagi ponsel Diana berdering . Menyadarkan gadis itu . Diana segera bergegas bangkit . Mengemasi barang-barangnya lalu pergi meninggalkan kamarnya .

Gadis itu nampak tergesa-gesa menuruni anak tangga . Seperti berlari diatas angin , dalam sekejap Diana sudah duduk di kursi meja makan . Raut wajahnya nampak bingung dan gelisah . Bi inah yang melihat hal tersebut segera menghampiri dirinya . "kenapa non ? ada masalah ? "

Sembari mengambil roti tawar dan selai coklat , Diana menjawab pertanyaan wanita paruh baya tadi "iya bi .. aku bingung hari ini , aku harus ke Bali sementara di kampus ada ujian , kalo aku ke Bali aku gak bisa ikut ujian bi gimana ?" .

"itu mah gampang non, gak usah bingung "

"Kok bisa bi ? Gimana caranya ?"

"Non sekarang berangkat ke kampus saja dulu ujian ngerjainnya cepet aja , habis itu langsung dari kampus ke bandara terus cuss ke Bali "

Raut wajah Diana kini berubah setelah mendengar penjelasan bi Inah tersebut. Gadis itu nampak tersenyum kini . " Oh iya bener juga ya bi , nanti pak sekertaris aku suruh gantiin aku dulu disana sebentar sampai aku datang ya bi ? "

"Iya non bener , gitu"

"oke.. oke , makasih ya bi , aku berangkat dulu " . Gadis itu bergegas berangkat ke kampus sembari membawa roti selai yang belum sempat Ia habiskan tadi .

***

Beberapa jam setelah Diana pergi meninggalkan rumah . Nampak ada satu mobil sedan berwarna hitam memasuki pekarangan rumah Diana . Mobil tersebut berplat AB yang berarti bukan merupakan mobil yang berasal dari Surabaya. Sepertinya ada tamu dari luar kota yang mengunjungi kediaman Soeratmaja .