Chereads / Harta, Tahta & Diana / Chapter 17 - Bab 17

Chapter 17 - Bab 17

*Surabaya , Kediaman Rio Prasetyo .

"Mau kemana nak , kok udah nyiapin mobil pagi-pagi ?" . Tanya ibu Rio

"Ini mah , aku mai ke Jogja hari ini" . Jawab Rio

"Enggak naik pesawat aja apa kereta ? Nanti capek loh nyetir sedirian "

"Enggak mah , udah lama enggak nyetir aku kangen mah , hehe"

"Iya deh , Hati-hati ya "

"Iya mah , Aku pamit ya " . Rio mencium punggung tangan ibunya

***

Diana membalas senyumnya . "Mau jalan-jalan aja" . Laki-laki itu segera mengejar Diana yang berjalan melewati dirinya . Andrew menarik tangan Diana "Boleh aku temani ?" . Diana membalikkan badannya , melepaskan tangan Andrew perlahan dan tersenyum "Gapapa aku sendirian aja". Diana segera berlalu meninggalkan Andrew .

Andrew kembali mengejar Diana. Ia berdiri menghalangi Diana yang hendak pergi . "Aku memaksa tuan putri !". Andrew memberi wajah seriusnya pada Diana .

Diana menghela nafas kuat . "Okelah "

"Yes .. aku bakalan jadi tour guide hari ini, hehe" . Ucap Andrew .

Entah apa yang dipikirkan kala itu. Andrew terlihat sangat senang . Laki-laki itu tersenyum sekali lagi, berjalan dan menggandeng tangan Diana . Andrew berencana mengajak keliling kota Jogja hari ini .

Sebelumnya dia mendengar dari abdi dalem dikraton, bahwa Diana meminta sarapan didalam kamar . Andrew sempat menanyakan alasan mengapa Diana meminta hal itu ,tetapi abdi dalem justru berbisik . "Mba Diana mau jalan-jalan hari ini mas , jadi sengaja ngehindar biar gak ikut kegiatan dikraton" . Dari sanalah Andrew mendapat sebuah ide. Andrew segera berganti pakaian . Ia menunggu Diana diluar pagar setelah itu . Andrew tetap menunggu meski dirinya tidak tau pasti apakah Diana akan keluar dari kraton atau tidak.

Lembut tutur katamu , indah senyummu merupakan merangkap ! Harusnya aku tak perlu mendekati itu , tapi sekali lagi ...senyummu bagai candu tak dapat hilang meski tak berjumpa rupa.

Andrew Leopold

***

Andrew berjalan melewati lorong- lorong di bangunan kraton . Sesekali laki-laki berusia dua puluh dua tahun itu tersenyum, sembari menundukan kepalanya . Nampak setelan beskap masih memeluk tubuhnya erat . Blangkon yang tadinya dia kenakan kini berpindah diantara permainan jari jemarinya .

Makan malam seluruh anggota keluarga itu bisa dikatakan kacau . Sekar bertindak diluar dugaan , akibatnya semua orang tidak mendapatkan makan malamnya termasuk Andrew Leopold . Semua orang kini kembali keruangan mereka dan meminta para abdi dalem menyiapkan makanan dikamar masing-masing . Sebuah acara yang seharusnya menjadi suka cita dan berkumpulnya seluruh bangsawan kini jadi momen yang memalukan , mungkin kejadian ini akan menjadi makan malam terburuk sepanjang sejarah keluarga ini.

Ibunda dari Andrew berjalan dibelakang Andrew , Ia sedari tadi memperhatikan sikap putranya yang sedikit aneh . Bagaimana tidak ? makan malam yang kacau , perjodohan yang tidak jelas tetapi putranya malah terus tersenyum setelah keluar dari ruang makan . Ibunda Andrew terus mengikuti putra semata wayangnya hingga memasuki kamarnya .

Andrew menghempaskan tubuhnya keatas kasur , dia menatap langit-langit kamar dan sekali lagi tersenyum . Ibunda Andrew yang berada di ambang pintu kini makin mantap untuk melangkahkan kakinya berjalan mendekati Andrew . "Nang , ada apa kok dari tadi senyum- senyum terus bukannya harusnya sedih karena makan malamnya kacau ?" .

Andrew segera bangkit . "Eh bun hehe ... itu bun senyumnya kayak candu bun , langsung bikin nyess gitu " . Andrew kembali melukiskan senyum di wajahnya .

Ibunda Andrew kini duduk disamping Andrew , memberikan tatapan heran . "Senyumanya yang bikin anak gantengnya ibunda ini jadi kayak gini" . Ia mmelanjutkannya dengan mengacak lembut rambut Andrew .

Wajah Andrew memerah , senyumnya semakin merekah . Tangan Andrew mengambil tangan ibundanya dan menaruhnya ditengah genggaman tangan Andrew . "Siapa lagi bun , kalau bukan calon mantu ?"

Ibunda Andrew terkekeh . Ia menarik tangannya dan memukul lembut tangan Andrew . "Oh jadi gitu ... sekarang kamu setuju !? terus kenapa kemarin pakai cara ngambek dulu gak mau ke Jawa ! bikin repot ibunda mu saja !"

Andrew tertawa . "Senyumnya tuh ,bun.. bagai candu , aduhhh cantiknya Diana kalo tau gitu kenapa gak dari dulu aja sih dijodohinya ?!"

"Anak ini malah ngelunjak ya ! sudah, nanti ada abdi dalem yang anter makanan , langsung dimakan ya terus baru kamu istirahat !" . Ibunda Andrew segera bangkit dan meninggalkan kamar Andrew .

Andrew meletakkan tangannya dipelipis , tanda memberi hormat pada Ibundanya yang berlalu pergi dari kamarnya . "Siap , ibun !"

***

Keesokan harinya Andrew bersiap , berpakaian semenarik mungkin . Hari ini Andrew ingin menarik perhatian dari seorang Diana Soeratmaja . Semalam Andrew gelisah , membayangkan jelita tanah jawa yang dijodohkan dengan dirinya itu . Andrew tak dapat memejamkan matanya walau sejenak hingga pada akhirnya ayam jantan berkokok dan dia belum tidur sama sekali . Namun, Andrew tak merasa lelah justru dirinya merasa sangat bersemangat .

Ia mulai berjalan dengan sedikit berlari di lorong keraton menuju ruang makan . Sesekali senyuman Andrew terlihat diwajahnya . Tergambar dengan jelas bahwa laki-laki itu sedang memikirkan Diana . "Uhh sial ! wajahnya nempel terus di otak" .

Suasana ruang makan sudah ramai dengan beberapa orang disana . Andrew segera duduk dan mencari sang pemilik candu tersebut . Mata Andrew mulai menjelajah setiap sudut ruang makan itu , namun tak ada Diana Soeratmaja disana .

"Ohh mungkin dia belum bangun " . Andrew mencoba menenangkan dirinya . Tangan kanan Andrew meraih sendok yang berada disebelah piring lalu dengan perlahan menyuapkan makanan kedalam mulutnya .

Beberapa menit kemudian , silih berganti setiap orang meninggalkan ruang makan . Andrew masih menghabiskan sarapannya perlahan sembari menunggu Diana keluar dari kamarnya . Suap demi suap hingga suapan terakhir masuk ke mulutnya Diana belum terlihat . Andrew mulai terlihat kesal dan menyudahi sarapannya tersebut.

Andrew kembali ke ruangannya dengan perasaan kesal serta kecewa . "Sia-sia aku udah rapi dari pagi , sial !" .

Seorang abdi dalem sedang membersihkan tempat tidur Andrew. Abdi dalem tersebut juga telah menyiapkan pakaian yang harus Andrew kenakan hari itu diatas meja . "Den bagus , nanti akan ada beberapa acara jadi mohon bajunya yang sudah saya siapkan bisa dikenakan!" . Sembari menunjukan satu setel pakaian dengan beragam aksesoris yang harus dikenakannya .

"Baiklah" . Andrew duduk dan menyandarkan kepalanya , sejenak laki-laki itu memejamkan mata . Sementara itu , wajah Diana Soeratjama mulai tersenyum dan terus-menerus muncul dalam pikirannya . "Ahhh.." . Andrew membuka matanya dan segera bangkit .

Abdi dalem yang menyadari kegelisahan Andrew segera menanyakan apa yang sebenarnya terjadi . "Wonten nopo, inggih ?" .

Andrew menghempaskan nafas kuat lalu menguatkan gigi-giginya , mengacak rambutnya dengan kasar . "Diana, kemana ya ?" . Andrew menatap wanita tua itu penuh harap .

Abdi dalem berjalan mendekati Andrew , kemudian berbisik . "Non , Diana minta sarapan di kamar , Den ... hari ini non Diana mau jalan-jalan dan enggak ikut kegiatan kraton katanya".

Andrew mulai tersenyum . "Ok kalo gitu hehe... sekarang mbok keluar dulu ya !" . Andrew mendorong abdi dalem tersebut keluar kamarnya lalu menutup pintu rapat.

Laki-laki segera bersiap , menganti pakaiannya dan segera berjalan keluar kraton . Andrew berencana menunggu Diana diluar kraton.