Chereads / Harta, Tahta & Diana / Chapter 13 - Bab 13

Chapter 13 - Bab 13

Setelah mobil itu terpakir . Beberapa orang berpakaian adat jawa turun dari mobil tersebut . Salah satu dari empat orang itu membawa amplop coklat besar di tangannya . Mereka segera memasuki rumah besar bergaya kolonial itu .

Bi Inah menyambut mereka dengan ramah. Mempersilahkan mereka masuk serta menghidangkan minuman . Wanita paruh baya itu kemudian duduk menjamu mereka . Bi Inah segera memberikan beberapa pertanyaan . "Mohon maaf , ada keperluan apa bapak-bapak ini datang kemari ? Kebetulan pemilik rumah ini sedang tidak ada di rumah , ada yang bisa saya bantu mungkin ? "

"Kalau saya boleh tau ibu ini sebagai apa disini" . Tanya salah satu lelaki yang duduk di sofa itu

"Saya Inah , pembatu sekaligus pengurus rumah ini pak "

"Begini bu Inah , kami merupakan utusan dari pihak keraton jogjakarta ingin menyampaikan sesuatu bagi Diana Soeratmaja yang merupakan putri dari almarhum Bendara Raden Mas Soeratmaja Hadiningrat " . ucap salah satu pria tersebut .

"Dengan tidak mengurangi rasa hormat , apakah saya boleh mengetahui apa sesuatu hal itu?"

"Baik saya akan jelaskan secara singkat ya bu , jadi begini bu sesuai dengan perintah kanjeng sultan bahwa Diana Soeratmaja berhak atas pengakuan dan pemulihan gelar kebangsawanannya dengan catatan Diana pindah ke keraton dan semua peninggalan dari almarhum Bendara Raden Mas Soeratmaja Hadiningrat diambil alih oleh keraton Jogjakarta . Kehidupan Diana akan dijamin oleh pihak keraton , sebenarnya hal ini berlaku untuk kedua anak dari almarhum berhubung Gibran merupakan calon abdi negara maka hal ini tidak dapat berlaku untuknya". Jelas pria yang memegang amplop

Bi Inah sedikit kaget mendengar penjelasan itu . Ia segera menghempaskan nafas kuat. "Jadi non Diana akan mendapatkan hak atas gelar kebangsawanannya , tapi harus rela tinggal di keraton ?"

"Iya betul bu , maka Diana akan bergelar Raden Ajeng Diana Soeratmaja" .

"Baik akan saya sampaikan pada non Diana nanti "

"Iya bu , tolong apabila Diana setuju dengan hal tersebut mohon dapat menandatangi beberapa berkas ini , setelah itu silahkan Diana dapat menelepon nomor yang tertera pada berkas tersebut . selanjutnya pihak keraton akan mengutus perwakilan untuk menjemput Diana " . ucap pria tersebut sembari memberikan amplop .

***

*Pukul 16.00 WITA ( Bandara I Gusti Ngurah Rai , Bali)

Raut wajah gadis itu terlihat bahagia . Terlihat jelas dari caranya tersenyum sepanjang perjalanan ke Bandara . Sepertinya pertemuannya dengan beberapa koleganya berjalan dengan sukses. Sempat gadis itu tersenyum beberapa kali ke arah sekertarisnya . Perjalanan Diana di Bali harus berakhir . Diana harus terbang kembali ke Surabaya guna mengikuti kuliah esok harinya . Pesawasat yang akan membawa gadis itu akan lepas landas pada pukul 16.15 waktu setempat .

"Selamat ya mbak , pertemuan kali ini sukses... hebat mbak Diana walaupun pertama kali tapi gila keren banget cara ngomongnya " . Ucap pak sekertaris

"hehe ..ahh bapak bisa saja , semua juga berkat bantuan bapak dan tim lainnya , kalo saja tadi bapak enggak bantu saja buat mengambil alih sebentar mungkin bisa berantakan pak "

"Iya mbak , lagi pula ujian juga penting ya mbak "

"Betul pak , sekali lagi saya ucapkan terima kasih ya pak " .

Kini aku tau tak ada yang tak mungkin , Karena pasti akan ada pelangi nan indah setelah datangnya badai hujan .

Diana Soeratmaja

***

*Pukul 20.00 WIB ( Rumah keluarga Soeratmaja ,Surabaya)

Bi Inah sudah menghidangkan beberapa menu makanan dimeja makan . Diantaranya ada nasi rawon , perkedel kentang dan buah semangka. Bi Inah menyiapkan semua itu dengan serapi mungkin untuk gadis yang baru saja pulang dari perjalanan bisnisnya . Dengan sabar bi Inah duduk di salah satu kursi meja makan . Bi Inah selalu melakukan hal tersebut untuk menemani Diana agar tak kesepian menyantap makan malamnya .

Diana segera keluar dari kamarnya di lantai dua . Gadis itu baru saja selesai membersihkan tubuhnya . Terlihat dari rambutnya yang basah dan dibungkus dengan handuk . Gadis itu menggunakan piayama berwarna biru tua . Dengan lengan baju piayama yang pendek serta celana pendek diatas lulut . Diana segera menuruni anak tangga . Berjalan menuju meja makan guna menyantap makan malamnya.

"Hei bi ". Sapa Diana pada Bi Inah sembari menarik kursi meja makan

"Iya non , silahkan non ... bibi ambilin nasinya ya" . jawab bi Inah . Bi Inah segera menyiapkan satu piring makanan untuk Diana

"Makasih bi "

"Gimana tadi pertemuannya di Bali"

Mendengar pertanyaan bi Inah gadis itu langsung tersenyum . Ia menghentikan sejenak suapan makanannya . " Wahh seru banget bi , tegang , deg degan pokoknya ... dan Alhamdulillah lancar bi . mereka bisa nerima aku sebagai pimpinan Soeratmaja grub yang baru terus mereka mau perpanjang kontrak kerjasamanya juga , seneng banget aku bi "

"Iya non Alhammdulillah ya pasti tuan Soeratmaja di surga bangga sama non"

"Tapi ada apa bi , kok kelihatan gugup gitu dari tadi ?" . tanya Diana dengan penuh rasa penasaran

"Emm.. begini non ... ada.. yang mau ..bibi sampaikan sama non Diana ". Ucap bi Inah dengan sedikit terbata-bata.

"Iya bi, ngomong aja santai " .

Bi Inah menghepaskan nafas berat. "Begini non tadi pagi setelah non Diana berangkat ada beberapa orang utusan dari keraton yang datang kerumah "

"lalu kenapa bi ?"

"Emm.. gini non .. gimana ya bibi bingung ngomongnya dari mana dulu non " . Bi Inah mengeluarkan amplop dari laci meja dapur .

"Bikin penasaran aja bi , ada apa sebenernya ?" . Diana menatap bi Inah yang sedang memegang amplop coklat di tangannya.

"Ini non tadi mereka kasih amplop ini " . Bi Inah menyerahkan amplop coklat

Diana segera mengambil amplop coklat itu . Ia menghentikan makannya sejenak . Membuka amplop itu dan membaca secarik kertas yang berada di dalamnya . Perlahan raut wajahnya berubah. Matanya hanya tertuju pada tulisan di atas kertas itu . Hingga beberapa saat kemudian Ia meletakkan surat tersebut diatas meja .

"Non ... gimana ? non Diana ?" . Tanya bi Inah khawatir

Diana menghela nafas . "Bi aku udah selesai makannya , aku mau ke kamar dulu ya "

"Tapi non makanannya belum habis?"

Putri bungsu Soeratmaja tak menghiraukan kata-kata bi Inah . Diana pergi begitu saja meninggalkan meja makan . Gadis itu melangkah menuju kamarnya dengan tangan membawa surat dan amplop tadi . Sesekali dirinya terlihat memijat pelipis kepalanya. Wajahnya nampak bingung dan sedih .

Diana menaiki anak tangga sedikit lebih cepat . Ia sesegera mungkin masuk kedalam kamarnya setelah kakinya menginjak lantai dua rumah tersebut. Gadis itu menutup pintu kamarnya dan mengempaskan diri keatas kasur . Kembali Ia memandangi isi surat itu . Mencoba mencerna apa yang dimaksud pihak keraton melalui surat tersebut.

"Apa maksud dari semua ini ? Setelah sekian lama sekarang mereka ingin mengakui keberadaanku dan mas Gibran ? Menggembalikan gelar kebangsawananku ? Bagaimana mungkin ? Mereka tidak menyetujui pernikahan ayah dengan bunda dulu ...sekarang mereka ingin mengakui lagi darah bangsawan ayah lagi ? Dan apalagi syarat konyol ini .. Menyerahkan seluruh perusahan ! bagaimana mungkin seluruh kerja keras ayah aku berikan pada orang lain? Ditambah lagi bagaimana bisa aku memutuskan untuk tinggal di keraton sedangkan dari lahir hingga sekarang belum pernah kakiku ini menginjak lantai keraton itu ! Sungguh gila ini semua !. Gumam Diana