Chereads / Harta, Tahta & Diana / Chapter 3 - Bab 3

Chapter 3 - Bab 3

Tidak ada yang istimewa dari panggilan kakak laki-lakinya . tetapi panggilan itu justru membuat Diana termotivasi untuk melakukan diet . Kelas 1 SMP merupakan titik awal Diana mulai melakukan diet. Di mulai dari jogging setiap pagi , mengurangi porsi makan , menambah makanan yang kaya akan serat serta mengurangi makanan yang digoreng . Diana juga membeli buku untuk menunjang program dietnya. Seakan tidak ingin adik perempuannya kurus .Timbul sebuah ide jahat dari otak jahil Gibran . Hampir setiap hari Gibran selalu menggoda Diana dengan makan-makan berlemak , Gibran sering membeli bakso daging sapi . Dengan memakan bakso dihadapan Diana , Gibran merasa puas melihat adiknya tersiksa tidak dapat memakan makanan seenak bakso .

" Ayah kapan berangkat ke Australia ?" . Suara Gibran memecah keheningan disela-sela acara makan malam keluarga Soeratmaja.

" Kemungkinan hari senin depan , nak kalau nggak ada perubahan "

" Berarti gembul di rumah sendiri dong" Matanya mulai melirik ke arah adiknya . senyum jahil terhias di wajah laki-laki yang usianya empat tahun diatas Diana itu.

Sebuah tatapan sinis Diana berikan pada kakak laki-lakinya . Sebagai sebuah balasan atas tingkah Gibran merusak suasana hati Diana di saat makan . Dengan nada yang sedikit kesal . Ia berkata " Apa sih kak , godain aja terus ...!!!"

" Ciee .. gembul marah , jangan marah dong nanti mas temenin kalau mas mu ini pesiar , cantik " . Ia berucap sambil mencubit pipi kanan Diana .

" Janji ya mas , aku kan belum tau Surabaya , boleh ya sekali-kali ajak aku jalan-jalan mas"

" iya adikku sayang " . laki-laki itu menatap adiknya sambil tersenyum manis menyanggupi perminatan Diana .

Bisa dibilang sudah cukup lama keluarga kecil Soeratmaja tidak berkumpul bersama . Menikmati makanan bersama atau sekedar bercengkrama . Senyum Seoeratmaja terlukis sepanjang mereka menikmati makan malam tersebut . sudah lama Soeratmaja tidak merasakan kehangatan keluarga . Melihat seorang Gibran menggoda Diana mengingatkan Soeratmaja pada almarhumah istrinya . Terkadang Soeratmaja berandai-andai jika almarhumah istrinya masih hidup menemaninya. melihat tingkah lucu dari kedua putra maupun putrinya . Hati sang ayah terkadang menangis menyaksikan kedua anaknya tumbuh tanpa didampingi seorang ibu .

Apalagi Diana , putri kesayangan Soeratmaja tersebut harus tumbuh mandiri tanpa Ayah yang dapat mendampinginya setiap saat . Peran nenek dari almarhumah sang ibu sangat penting dalam tumbuh kembang Diana .Ayah Diana tidak ingin anaknya tumbuh bergantung pada sang nenek sehingga pada usia yang dirasa cukup . Soeratmaja memindahkan Diana dan Gibran dari rumah neneknya ke rumah Soeratmaja. Gadis itu di asuh neneknya hingga usia 11 tahun . Tahun-tahun berikutnya Diana mengurus segala keperluannya sendiri dibantu oleh Gibran .

Seperti kebanyakan pengusaha sukses lainnya . Semua usaha dimulai dari titik paling rendah begitu juga Soeratmaja . Merintis karir pada saat itu tidaklah mudah . Banyak rintangan menerpa Soeratmaja . Demi berfokus pada karirnya . Soeratmaja kerap meninggalkan Diana dan Gibran sendiri .Bukan berarti sang kepala keluarga melupakan tanggung jawabnya untuk mengurus Diana dan Gibran. Hanya saja Soeratmaja ingin memberikan kehidupan yang layak bagi malaikat-malaikat pelengkap hidupnya itu. Laki -laki dengan usia lebih dari setengah abad itu merasa bahwa uang dapat membahagiakan keluarga kecil Soeratmaja .

Ambisius merupakan salah satu sifat bapak Soeratmaja Hadiningrat. Ia akan terus berusaha tanpa kenal lelah . Banyak usaha yang Ia geluti berhasil karena ketekunannya. Malam ini pandangan akan uang dapat membahagiakan anak-anaknya seakan sirna . Soeratmaja menyadari waktu dan kebersamaanlah membuat keluarganya bahagia . Uang memang diperlukan . Bukan berarti banyak uang tanpa kebersamaan menjadikan sebuah kebahagiaan . Sejak itu,Ia menyadari bahwa dengan makan malam bersama itu lebih dari cukup . Daripada materi yang terus menumpuk tanpa adanya kebersamaan.

Uang bukanlah pedoman tolak ukur dalam sebuah kebahagiaan

Soeratmaja Hadiningrat

***

Sinar mentari mulai memasuki kamar gadis itu . Menembus celah-celah kain korden berwarna pastel . Mata berbentuk almond yang tadi masih terpejam, kini mulai tebuka . Tangan kanannya meraih gadget di sebelah bantalnya . Waktu di ponselnya menunjukan pukul setengah enam pagi. Seperti teringat akan sesuatu Diana terperanjat dari tempat tidurnya . Membuka korden ,membuka lemarinya , mengganti piayama dengan setelan baju traning .

Kini setelan baju training berwarna merah muda dengan celana pendek melekat pada tubuhnya . Ia bersiap meninggalkan ruangan berwarna biru pastel itu ,menuju keluar rumah . Saat kaki Diana menyentuh anak tangga pertama Ia teringat akan Gibran . Kamar Gibran berhadapan dengan kamar Diana . Segera Ia menarik kakinya mundur lalu berpindah haluan . Diana melangkah ke kamar kakak laki-lakinya itu. Gibran memang menginap dirumah karena hari ini dia libur .

"Mas... bangun temenin aku yuk jogging muter-muter komplek aja " . Ia berdiri di depan pintu kamar gibran sambil tak henti-hentinya mengetuk pintu.

" Gembul aku masih ngantuk kamu jogging sendiri aja !" . Tanpa membuka pintu kamar ,gibran menjawab adiknya.

" Tapi kalau nanti aku nyasar gimana mas ... masak mas tega sama aku ??"

"Sama ayah sana kalau enggak sama bi Inah "

" Nggak mau mas , ayah kalau di ajak jogging pasti malah jalan ... ayo mas Gibran aja "

"Mas itu masih ngantuk Diana .. udah jangan ganggu mas !!" . Gibran semakin kesal . Ia berteriak kepada Diana.

Muka Diana masam mendengar jawaban Gibran. Ia kesal menendang pintu kamar yang masih tertutup rapat itu . " ya udah deh aku pergi sendiri aja , dasar pemalas! "

Gadis itu menuju tangga rumahnya . Satu persatu anak tangga Ia turuni . .Sebelum Ia keluar rumah . Diana menyempatkan diri untuk mampir ke dapur mencari bi Inah . "Bi , ayah belum bangun ya.....kok belum kelihatan ?"

"Sudah keluar non tadi pagi-pagi sekali bapak bilang mau ke bandara "

"Loh kebandara bi ?.. bukannya berangkat ke Australia besok senin ya bi ?"

"Kurang tau non , tadi bapak bilang mau ada dinas ke luar negeri tapi bibi nggak tau ke negara mana"

" Ayah kok nggak pamit sama aku ya bi ?"

" Kata bapak jangan bangunin non Diana sama den Gibran kasihan katanya "

Diana menghela nafas . " iya deh bi , bi Inah mau nggak nemenin aku jogging ?" . Mata gadis itu menatap bi Inah dengan dalam . Seakan matanya berbicara memohon kepada bi Inah .

"Maaf non , bibi nggak bisa nemenin non Diana , bibi harus nyiapin makanan tadi den Gibran bilang temen-temennya mau main ke rumah "

" Bi kalau aku jogging sendirian nanti kesasar gimana ? aku belum hafal daerah sekitar komplek disini bi ...Mas gibran juga belum bangun kan bi ?

"Sudah bangun non tadi den Gibran bangun setelah bapak berangkat . Den Gibran minta bibi buat masakin makanan sama cemilan , soalnya temennya yang taruna-taruna itu pada mau main ke rumah."

"Hiss mas gibran nih... ya udah bi kalau gitu aku keluar ya , mau jogging" . Diana bergegas meninggalkan bi Inah . Ia masih bertelanjang kaki . Kebetulan rak sepatu dan sandal di rumah itu berada di dekat pintu garasi rumahnya.

Timbul sebuah ide gila dari pikiran Diana setelah memakai sepatu. Rasa kesal terdahap Gibran masih ada . Diana mengambil sepasang sepatu orang yang Ia panggil mas Gibran. Ia berlari sambil membawa sepatu berwarna hitam dengan sedikit corak putih itu. Sesampainya Ia di depan rumah , Ia berbalik menghadap atap rumahnya . Sedikit tertawa sinis terlihat di wajah Diana .Sepasang sepatu yang dibawanya tadi Ia lempar ke atas rumahnya . tanpa pikir panjang lantas Diana berlari keluar pagar .

Seperti kebanyakan orang sebelum jogging melakukan sedikit pereganggan .Menggangguk serta memiringkan kepala ia lakukan . Saat kapalanya menoleh ke arah kiri , Ia melihat seorang laki-laki dengan setelan training dan berlari meninggal rumah . laki-laki itu berparas tinggi , badannya sedikit berisi dengan potongan rambut cepak seperti kakaknya.

Jogging di pagi hari seperti rutinitas rutin bagi Diana. Sekedar lari memutar lapangan kompleks maupun hanya sekedar lari-lari kecil Ia biasa lakukan . Trauma akan badan yang gempal menjadikan Diana terus menjaga bentuk tubuhnya. Meskipun sekarang tidak menjalani program diet , tetapi Ia merasa tetap harus berolahraga .