Arga baru saja memarkirkan mobilnya saat handphone-nya bergetar, sebuah alarm pengingat ulang tahun menyala.
Arga menyetel alarm tiga hari sebelum ulang tahun Mika, beruntung dirinya sudah berada di Jakarta sekarang ini, setelah beberapa hari melakukan perjalanan bisnis ke Singapure,
Pria itu masuk ke dalam rumah, dan berjalan gontai menuju kamarnya, di ruang tamu, ia bertemu Rian. Adik kesayangan yang pasti aku mengusik malam tenangnya itu.
"Hoi, Bang!" teriak Rian.
"Paan?" Arga pun duduk sejenak di sofa besar berwarna putih di ruangan itu untuk mengobrol sejenak dengan Rian.
"Mana oleh-oleh?" todong Rian tanpa basa-basi.
"Gue pergi bukan buat seneng-seneng! Pakai tanya oleh-oleh!" semprot Arga.
Rian langsung menyunggingkan senyuman tanpa dosanya ke arah Arga.
"Bang, kemaren gue main game di laptop lo yang ada di kamar, dan lo belum log out akun lo! Coba tebak apa yang gue temuin?!"
Arga menghela napas berat. Ia sudah terlalu lelah dengan perjalanan bisnisnya itu, kini ia harus bermain tebak-tebakan bersama Rian? Ayolah!
"Paan?" tanya Arga enggan.
"Gue mencium bau-bau perselingkuhan!" seru Rian penuh dengan penekanan.
Yah, si konyol itu mulai lagi.
"Selingkuh pala lo! Lo mau bahas soal akun yang namanya Mimi, 'kan?!" seloroh Arga kesal.
Rian memicingkan matanya curiga menatap Arga.
"Lo nggak seharusnya baik banget gitu sama perempuan lain! Kalo naksir, berabe nanti!"
"Berabe pala lo?! Lo nggak lihat foto profilnya?!" Kini Arga benar-benar merasa kesal.
"Kucing, 'kan? Kenapa?"
"Itu kucingnya Mika!"
"Tahu darimana lo?"
"Gue ke rumah Mika nggak cuman sekali atau dua kali! Udah ah, capek gue! Jangan ganggu!"
Rian menghentikan langkah Arga ketika pria itu berniat beranjak dari sofa.
"Kenapa lagi?"
"Ini jadinya lo nyamar jadi orang lain? Secara Mika nggak tahu gitu kalau itu lo!" seru Rian bingung.
Arga menggeleng pelan.
"Siapa tahu, kita bisa temenan, dan gue bisa tahu Mika jauh lebih baik dari pertemanan virtual itu! Udah, lo mingkem aja, nggak usah berisik!"
Rian melongo mendengar jawaban Arga. Darimana abangnya bisa mendapatkan pemikiran seperti itu?
"Oh iya, bentar lagi Mika ulang tahun, bagusnya gue kasih kado apa, ya?!"
Rian hanya melirik sekilas saat mendengar pertanyaan Arga, ia berpikir sejenak lalu kemudian kembali mendekat ke arah abangnya itu.
"Dia pernah ke perpus buat nyari novel romance! Gue rasa, sesuatu seperti itu cukup spesial buat perempuan." bisik Rian.
Ya, itu masuk akal. Ada beberapa postingan mengenai buku di stargram milik Mika.
"Apa hanya itu? Gue cuma kasih dia buku?" tanya Arga ragu.
"Lo bisa tambahin beberapa aksesoris lucu. Perempuan biasanya suka barang imut yang gak penting. Kayak gantungan kunci, gelang, jepit rambut, atau entahlah, banyak! Lo cari aja sendiri!"
Arga berpikir keras. Dari semua benda yang disebutkan Rian, ia hanya berani mencarikan salah satu di antaranya, gantungan kunci. Ayolah, pria mana yang sanggup masuk ke toko aksesoris dan membeli jepit rambut?
"Ri, temen lo yang kribo itu pernah jualan gantungan kunci acrylic custom, 'kan? Yang lo pernah pesen ganci foto muka lo?"
Rian berpikir sejenak lalu mengangguk pelan.
"Calling temen lo dong, minta dia buatin gue gantungan kunci foto kucingnya Mika!"
Rian tersenyum tertahan. Sepertinya Mika memang bukan orang sembarangan. Belum pernah ia melihat Arga seperti ini.
"Oke. Dan buku? Gue bisa memberi beberapa rekomendasi novel romansa yang lagi populer saat ini!" tawar Rian.
"No, dia pasti udah punya novel yang lagi populer. Gue akan cari kisah romansa yang manis buat dia."
Rian mengangguk pelan, ia menepuk lengan Arga, memberi pria itu semangat sebelum beranjak pergi.
Arga pun ikut beranjak meninggalkan ruang tamu dan menuju kamarnya. Ia langsung menghempaskan tubuhnya di kasur begitu masuk ke dalam.
Tangannya meraih handphone di saku jaketnya, ia mengetikkan sesuatu di mesin pencari dan memilih dengan seksama begitu hasil pencariannya keluar.
'Novel romansa kontemporer'
"Tunggu, Mika itu suka kisah cinta klasik atau modern? Hum, mungkin modern aja, ia gak kelihatan seperti perempuan kuno. Tapi kepolosannya memang membuat tercengang. Mungkin sebaiknya gue kasih romansa klasik aja." Arga terus bermonolog.
Arga membaca blurb setiap buku demi mendapat cerita yang sesuai dengan keinginannya. Sesuatu yang manis dan ringan. Tidak semua kisah romansa harus memiliki konflik yang berat, hidup ini sudah cukup berat, apa lagi Mika yang telah kehilangan orang tuanya. Dia butuh sesuatu yang ringan dan menghibur, tapi ceritanya harus manis.
"Apa ada romansa-komedi?" Arga terus bergumam dengan tangan yang tak pernah berhenti menjelajahi web demi web yang memberi review jujur berbagai jenis novel.
Pria itu tercengang mendapati beberapa buku adult romance, ia pun terkekeh pelan.
"Ternyata ada juga buku seperti ini." gumamnya lalu terkekeh pelan.
"Ah, sepertinya ini cocok." pekik Arga dengan semangatnya.
Ia terus mencari, membuka cover dan membaca blurb setiap novel yang sepertinya menarik. Cukup lama ia terjaga seperti itu. Lalu pilihannya jatuh kepada kisah seorang gadis petualang yang bertemu cintanya saat sedang naik gunung.
Arga pun mencatat judul dan nama penulisnya. Ia langsung bangun dan menyambar kunci motornya untuk pergi ke toko buku.
Di sana, ia terus mencari di rak buku romansa. Namun sepertinya mendapatkan buku itu tidak semudah yang ia kira.
Arga harus keluar masuk beberapa toko buku yang ia tahu untuk mencarinya. Tidak mudah untuk mencari buku lama seperti itu. Tapi ia tidak menyerah.
Pria itu kembali memasuki sebuah toko dan tersenyum dengan bodohnya saat melihat buku itu ada di rak paling bawah di ujung ruangan.
"Tenang, buku usang, aku akan membawamu pergi dan memberikanmu tuan baru. Dia pasti akan menjagamu!" Arga masih suka bermonolog. Ia mengambil buku itu dan meniup covernya.
Saat tersadar, ia langsung merengut. Ia merasa ada yang tidak beres dengan otaknya. Kenapa ia begitu senang untuk sesuatu seperti ini?
Oh sial!
Arga segera membawa buku itu ke meja kasir dan bergegas kembali ke rumah setelahnya.
Ia bersandar pada kepala ranjang, kemudian mengotak-atik handphone-nya lagi.
Ia mencari beberapa rekomendasi tempat yang cukup bagus untuk merayakan ulang tahun.
Pria itu terkekeh pelan mendapati dirinya yang terlihat begitu bersemangat.
"Aku cukup tampan, tidak ada yang perlu di khawatirkan. Aku cukup tinggi dan hidungku cukup mancung. Ayo Ga, jangan gugup seperti ini. Ada apa denganmu!" Arga mengusap kasar wajahnya dengan kedua tangannya.
Membayangkan pertemuan keduanya saja sudah membuatnya panas-dingin seperti itu. Bagaimana jika bertemu nantinya?
Arga menggelengkan kepalanya cepat, sebelum kepalanya di penuhi dengan gambaran wajah Mika, ia memutuskan untuk bermain satu putaran dengan Camael di handphone-nya.
Lagi-lagi ia terkekeh geli melihat Srikandi yang sedang online.
"Aku membuka game untuk menghindari gadis ini. Siapa sangka ia juga sedang bermain?" Arga bergumam pelan.
Arga tidak bisa mencegah jemarinya untuk mengirim pesan kepada Mika, Dan seperti yang ia harapkan, gadis itu membalas pesannya dengan sangat cepat.