Chereads / LOVE AFFAIR ( I'M DIMITRI ) / Chapter 5 - OPEN OR I KILL YOU, OSBORNE!

Chapter 5 - OPEN OR I KILL YOU, OSBORNE!

Chapter 5

^^

"Ayo pergi. Aku sudah tidak sabar memulai petualangan baru kita!"

Senyum tipis tersungging dibibir Kai saat pria muda itu berdiri dan menyambut uluran tangan kekasihnya yang terlihat bersemangat. Hampir tengah malam. Panggilan untuk penerbangan terakhir ke Argentina baru saja diumumkan. Mereka harus pergi meski sebagian diri Kai merasa sangat bersalah. Tidak seharusnya dia diam dan meninggalkan Lucien yang sudah banyak membantunya untuk menanggung semua yang tidak sepantasnya diterima sahabatnya itu.

Apalagi saat ini Lucien berada ditangan Dimitri Petrova, bajingan kejam yang merupakan rival abadinya. Manusia tak berhati yang bahkan tanpa ragu sedikit pun menjebak dan membunuh sepupunya sendiri!

"Dengar, Taem...Aku..."

"Tidak! Kau yang harus mendengarkanku, Kai-ssi!" sela Taemin cepat, tajam.

Hanya dengan melihat ekspresi kaku dan sikap Kai yang sedikit gelisah, Taemin tahu pasti apa yang sedang dipikirkan pria yang sudah menyeretnya dalam kehidupan yang penuh dengan bahaya ini. Pasti tentang pembunuh bayaran yang sekarang jatuh ditangan Dimitri Petrova. Bajingan bodoh yang sudah berani merebut perhatian Kai yang biasanya hanya terfokus pada darinya.

"Hentikan semua pikiranmu tentang mau menyelamatkannya!" desis Taemin dingin, sedikit kasar seraya mencengkram kuat lengan Kai yang dirasanya menegang. "Ingat! Ini adalah Rusia dan menerobos markas utama Petrova tanpa bantuan dari Pewaris Kim sama saja dengan bunuh diri!" Mengabaikan rasa bersalah yang menyusup dihatinya, Taemin menjatuhkan fakta tak terbantahkan jika mereka tidak akan berhasil menyelamatkan Lucien.

Lembut Taemin mengusap wajah Kai yang tampak muram, mengecup kuat bibirnya yang terkatup rapat. Menghela nafas panjang saat menyatukan jemari mereka. "Aku tidak mau kau terluka. Mengertilah, Kai. Jangan buat aku takut!" bisiknya dengan tatapan memohon sebelum memeluk erat tubuh tinggi Kai yang langsung balas mendekapnya hangat.

Semua yang dikatakan Taemin benar. Rusia adalah wilayah kekuasaan Petrova. Saat ini Kai tidak punya pilihan selain berangkat ke Argentina. Perlahan dia menunduk untuk memangut ringan bibir sensual Taemin yang sedang tersenyum lebar. "Aku yakin Lucien akan baik-baik saja. Dia pria yang kuat." Mendengar pujian setengah hati itu, Kai tersenyum geli sebelum mengusak rambut pirang Taemin yang sedikit berantakan.

Walau terkesan tidak peduli pada keselamatan Lucien, sebenarnya Kai tahu sosok cantik dalam pelukannya ini hanya khawatir dan takut sesuatu terjadi padanya. Baik Pewaris Kim maupun Dimitri Petrova, keduanya tidak mungkin diam dan membiarkan Kai berbuat seenaknya.

"Baik, ayo pergi."

Tanpa mengatakan apapun lagi, putra Duta Besar Korut itu merengkuh lembut bahu ramping sosok cantik yang selalu berdiri disampingnya. Tanpa ragu mendukung setiap pilihan hidupnya, segila apapun itu. "Aku berjanji akan kembali, Luc. Kuharap kau bisa bertahan sampai waktunya tiba." Batin Kai tegas seraya menatap gelapnya langit Rusia ditengah malam yang dipenuhi hawa sedingin es.

.

.

Mengabaikan tatapan membunuh dari pria yang dulu dikenal sebagai pembunuh bayaran terbaik di dunia, Dimitri dengan kasar menarik kuat kedua kaki Lucien hingga terbuka lebar, menahannya kuat dengan kedua tangannya. Sesuatu yang mungkin adalah kepuasan bercampur gairah memenuhi tubuh besar Dimitri saat dia melihat kejantanannya Lucien yang sudah menegang sempurna hanya karena sentuhan tangannya tadi.

"Selamat menikmati...." gumam Dimitri penuh arti sambil mengedipkan matanya pada Lucien yang sepertinya terlalu terkejut hingga tidak mampu mengeluarkan suara.

Jilatan pertama pada ujung penisnya sontak mengoyahkan pertahanan Lucien. Membuat setiap bagian tubuhnya gemetar hebat. Desahan tajam lolos dari belahan bibirnya dan tanpa sadar Lucien sudah menarik kuat rambut pirang Dimitri. Dan, seolah sentuhan nakal dan jilatan sialan itu belum cukup, hisapan kuat dari mulut sepanas api itu seperti menggoncang dunianya. Menggaburkan keinginannya untuk terus melawan dan tidak membiarkan Dimitri menang dalam permainan ini.

"Akhhh....."

Tubuh Lucien menegang dan sedikit melengkung. Dia merasa panas. Kakinya yang berada dibahu kekar Dimitri juga terasa seperti jelly. Sex dan gairah bukan sesuatu yang baru dalam hidup Lucien. Dia sudah tidur dengan puluhan wanita dan mungkin melakukan sex oral ratusan kali, namun baru kali ini Lucien merasa dia ingin memenggal kepala seseorang.

Seseorang yang sambil menatap wajahnya terus mengisap dan mengulum kejantanannya dengan gerakan pelan yang membuat Lucien frustasi. Baru saja dia akan menarik kuat kepala Dimitri agar pria itu mengisap lebih kuat dan cepat lagi, memuaskan tubuhnya yang seperti terbakar, borgol ditangannya berbunyi nyaring saat membentur tiang tempat tidur dan itu sontak menyadarkan Lucien.

Ini salah. Seharusnya aku melawan. Dimitri tidak boleh menyentuhku seperti itu. Semua kegilaan ini akan menghancurkan harga diriku sebagai seorang pria, Ditengah serbuan gairah yang menggodanya untuk menyerah, Lucien mulai memberontak lagi, mengabaikan luka ditangannya yang sudah dipenuhi darah.

"Stop! Cukup! Lepaskannn...Bajingan terkutuk, jangan cium aku disana!"

"Ya, aku memang terkutuk." Setuju Dimitri ringan dengan senyum lebarnya sebelum kembali memainkan lidahnya dengan gerakan menggoda, "Dan, jangan bermimpi aku akan berhenti sekarang!" Dengan cepat pria Rusia bertubuh tinggi besar itu membuka semua pakaiannya dan melemparnya asal.

Bahkan Dimitri tidak peduli pada suhu di kamar menara ini yang semakin dingin atau pun lantainya yang kotor. Hasratnya sudah mencapai puncak dan gairahnya yang terus mendesak tidak bisa ditahan lagi. Dia membutuhkan pelepasan dan bukan salahnya jika saat ini yang ada didepannya adalah Lucien Osborne, sang mantan musuh yang akan segera menjad penghias tempat tidurnya.

Tawanannya!

"D! Please, stop! Kau normal!" Seraya mengabaikan semua kemarahan dan ketakutannya yang sudah bercampur, Lucien masih mencoba untuk menghentikan Dimitri yang sepertinya sudah dikendalikan nafsu jika dilihat dari seringai kejam yang terukir dibibir pemimpin Petrova itu. "Aku ini musuhmu! Kau membenciku, bukan?" teriaknya lagi, mengingatkan sambil terus menghindar dari sentuhan tangan Dimitri yang berusaha melebarkan kakinya lagi.

"Buka kakimu atau akan kubunuh kau, Osborne!"

Entah darimana sebuah pisau kecil sudah mengarah di nadi leher Lucien dan membuatnya tidak berani bergerak sedikit pun jika masih ingin hidup. Seharusnya dia tahu Dimitri adalah bajingan licik yang tidak bisa dipercaya. "Aku ini pria, bajingan tolol!" ulang Lucien tanpa bosan dengan mata yang terus mengawasi pisau kecil yang terlihat tajam dan berbahaya itu.

"Aku hanya akan memintanya sekali lagi, buka kakimu!" desis Dimitri dingin sementara lidahnya mulai menjilat sisi leher Lucien yang terlihat mengundang. "Hm, pisau ini beracun dan hanya dengan satu goresan, kau akan mati!" Dengan seringai dingin disudut bibirnya, Dimitri mendekatkan pisau ditangan kirinya tepat di tengah leher Lucien.

Ujung pisau yang dingin itu terasa dikulitnya dan Lucien tahu Dimitri tidak akan ragu untuk membunuhnya. Bahkan mungkin akan menyiksanya dulu, seperti yang dilakukan iblis ini pada Katherina. "Tidak! Aku bukan pemuas nafsumu, bangsat! Bunuh saja aku!" Akhirnya Lucien memutuskan jika harga dirinya lebih penting daripada nyawanya. Lebih baik dia mati daripada harus melayani nafsu gila seorang pria.

Alis Dimitri sedikit terangkat sebelum dia mulai terkekeh geli. Lumayan kagum dengan sikap keras kepala Lucien yang sedikit berlebihan. "Ya, kau akan jadi pemuas nafsuku!" bisiknya dingin dengan sorot keji yang berkilau dimatanya. "Karena kau terus melawan, jangan salahkah aku jika kau kesakitan!" Dengan kasar dan tanpa aba-aba, tiba-tiba saja Dimitri menarik kuat kedua kaki Lucien hingga terbuka lebar dan langsung memosisikan dirinya tepat di hole sempit yang terus berdenyut, seperti menunggunya untuk masuk.

Dalam sekejab Lucien duduk diatas pangkuan bajingan terkutuk yang malah tersenyum lebar. Sepertinya sangat menikmati dengan semua perlawanannya. "Akhhhh....Mati saja kau, Dimitri Petrova! Keluarkan! Shit! Kubunuh kau, iblis sialan!" raung Lucien tertahan dengan bibir terkatup rapat menahan sakit saat penis besar penuh otot itu masuk dalam tubuhnya dengan begitu kasar, tanpa persiapan sedikit pun.

Setiap hujaman kasar dan gerakan cepat itu membuat seluruh tubuh Lucien lemas, bagian bawahnya seperti dibakar, mungkin sudah robek dan berdarah. Namun, semua itu tidak lebih sakit dari pada harga dirinya yang seolah tercampak ke dasar jurang. Penghinaan dan rasa malu yang harus ditanggungnya. Bayangkan saja, saat ini musuhnya, pria yang paling dibencinya sedang memasuki dirinya dengan penuh nafsu dan gairah sedangkan dia tidak dapat melakukan apapun untuk menolak, apalagi melawan.

"Hmmm, sempit sekali....Damn! Jangan ketatkan, Osborne!"

Sambil menarik kuat tubuh telanjang Lucien yang sedikit berkeringat hingga jatuh dalam pelukannya lagi, Dimitri bergerak semakin cepat, nafasnya sedikit memburu. Baru kali dia merasakan sex panas yang membuatnya ingin berteriak lantang. Kehangatan hole Lucien yang terus meremas penisnya mulai membakar sisa logikanya. Gairah Dimitri meledak bagaikan percikan api ditengah dinginnya udara Rusia yang membeku.

Dimitri adalah pria normal, tapi harus diakui, ini adalah sex terhebat dalam hidupnya!

Mengabaikan tatapan penuh dendam Lucien yang tidak mau bergerak sedikit pun dibawah kukungan tubuh besarnya, Dimitri menyeringai lebar, puas sebelum menarik kuat kepala pria tampan itu hingga wajah mereka berdekatan. "Kau tidak akan bisa lari dariku, Lucien Osborne. Sampai mati kau akan ada ditempat tidurku. Melayaniku! Memuaskanku!" Usai mendesiskan ancaman sinis itu dengan nada ramah yang menipu, Dimitri langsung melumat kuat bibir sensual Lucien yang sudah membengkak dan sedikit berdarah.

"Aku bersumpah akan membunuhmu dengan cara terkejam, D!"