"Mana berani gue bohong sama lo Incess. Cari mati kalo gue bohongin lo." Dina bicara selembut mungkin.
Dina berusaha menyembunyikan kemarahannya. Jika waktu kehancuran Gunawan dan Rara datang Dina bersumpah menjadi orang pertama yang mentertawai mereka.
"Tatjana anak pertama Pak Gunawan datang ke kantor. Dia datang melabrak Bapaknya. Mereka bertengkar hebat dan Tatjana memukul kepala Pak Gunawan pake asbak rokok hingga berdarah." Dina melanjutkan ceritanya.
Darah Rara mendidih dan murka pada Tatjana. Rara mengepalkan tangan emosi. Beraninya Tatjana menyakiti Gunawan. Tanpa peduli sedang dalam masa observasi Rara meninggalkan klinik dan bergegas menuju rumah sakit.
Rara segera menuju rumah sakit menjenguk Gunawan. Ia sangat khawatir dengan kondisi Gunawan. Rara penasaran kenapa Tatjana bisa memukul Gunawan hingga berakhir di rumah sakit. Gunawan saja KO, apalagi dia. Rara tak bisa membayangkan situasi yang terjadi jika bertemu Tatjana. Membayangkan kebrutalan Tatjana membuat bulu kuduknya merinding.
Rara tak sanggup bertatap muka dengan Tatjana. Ia berharap mereka tak akan bertemu. Rara kerja di TA setelah Tatjana resign sehingga mereka berdua tak saling kenal.
Rara mencak-mencak di mobil karena macet. Semakin lama ia bertemu Gunawan untuk memastikan keadaan sang sugar daddy. Dering Iphone mengusik ketenangan Rara. Wanita itu mengambil headset. Tidak mungkin menelpon sambil nyetir jika tak ingin kecelakaan.
"Kenapa lo telpon gue?" Tanya Rara tanpa basa basi. Sang penelpon salah satu anggota geng Rara di TA.
"Ya ampun Incess galak banget," balas lelaki kemayu. Tio seorang pramugara, teman dekat Rara. Tio, Rara dan Dina satu geng. Mereka selalu terbang bertiga. Kehebatan Rara, bisa menentukan dengan siapa ia terbang. Tio memang laki-laki tapi melambai. Bencong-bencong gitu dech gayanya.
"Lo ngapain nelpon gue," nada bicara Rara masih ketus. Ia kesal terjebak macet sehingga melampiaskan kekesalannya pada Tio.
"Ampun Incess nge-gas aja ngomongnya. Jangan marah-marah ntar cantiknya ilang lo." Tio berusaha menenangkan Rara.
"Lo ngapain telpon gue? "
"Gue nanyain kabar Incess aja. Kabarnya lo berantem sama istrinya Pak Gunawan. Dia nonjok hidung lo. Kasian hidung mahal lo. Masa hidung semahal itu ditonjok. Gue khawatir sama lo. Daddy lo masuk rumah sakit karena dihajar Tatjana. Duh gue ga nyangka Tatjana barbar kayak gitu. Setahu gue dia anak baik, pendiam dan ramah. Entah apa yang merasukinya hingga kayak gitu."
"Lo kenal sama Tatjana?" Rara antusias mendengar cerita tentang Tatjana.
"Kenal. Gue dan dia satu angkatan masuk TA."
"Trus kenapa dia berhenti jadi pramugari?"
"Gimana gue ngomong ya." Tio menggaruk kepalanya yang tak gatal. Tio takut menyampaikan penyebab Tatjana resign karena tak mau menyinggung Gunawan atau Rara. Tio masih ingin bekerja dan tak mau di grounded jika membicarakan Tatjana.
"Bencong kenapa diam aja?" Rara menghardik Tio. Siapa suruh dia cerita tentang Tatjana. Tio harus menuntaskan rasa kepo Rara tentang Tatjana.
Tio terdiam dan tak berani bicara. Ia menyalahkan bibirnya yang keceplosan. Andai tidak membicarakan Tatjana mungkin ia tidak akan kesulitan menjawab pertanyaan Rara.
"Bencong lo dengar gue ga sich?" Rara mencak-mencak. "Lo kalo cerita ga sampai selesai ga usah cerita. Kampret banget lo. Kalo lo permainkan gue kayak gini mau gue PAPUAKAN?"
"Jangan Incess. Jangan Papuakan gue Incess sayang. Ntar gue makan apa," kata Tio memelas.
"Kalo ga mau gue PAPUAKAN cerita sekarang!" Perintah Rara jutek.
"Incess sebelum gue cerita lo janji ya ga marah sama gue dan ngadu ke Pak Gunawan?" Tio berusaha bernegosiasi.
Tanpa banyak pikir Rara mengiyakan ucapan Tio.
"Incess janji ga bakal marah?" Tio meyakinkan Rara sekali lagi.
"Pegang omongan gue. Rara Rinjani selalu komit dengan ucapannya."
"Gue takut ngomong karena serba salah Incess. Gue ga mau menyinggung perasaan lo."
"Udah lo cerita aja. Jangan bertele-tele."
"Tatjana resign karena malu sama kelakuan Pak Gunawan," ucap Tio perlahan - lahan.
"Kelakuan apa?"
"Pak Gunawan itu Ramah alias RAjin menjaMAH. Dah rahasia umum Pak Gunawan genit dan sering jadiin pramugari cem-cemannya. Jadi Tatjana malu punya Bapak buaya darat. Simpanan Pak Gunawan banyak."
"Dasar bencong sialan. Ngomong gitu aja pake takut." Reaksi Rara diluar dugaan Tio. Lelaki kemayu itu menyangka Rara akan marah besar tapi kenyataannya tidak.
"Takut dong Incess. Masa gue gibah dirut gitu. Gue masih sayang sama kerjaan gue."
"Daddy gue emang mata keranjang kok. Gue tahu. Ga usah takut kalo ngomong. Tapi itu dulu sekarang hanya gue wanita daddy."
"Itu kehebatan Incess. Gue takjub sama lo. Semenjak sama lo Pak Gunawan ga pernah lirik pramugari lain. Pantes aja lo dibilang ratu TA sama teman satu kantor. Lo emang jago naklukin Pak dirut Ncess. Bangga gue jadi teman lo." Tio memuji Rara setinggi langit. Hidung Rara kempas kempis mendengar pujian Tio.
"Pelayanan kalo memuaskan mana mau yang lain," ucap Rara sensual.