"Kijo ...!" teriak Cecep memanggil Tukijo.
"Gue minta beliin susu rasa semangka, kenapa lo kasih yang stroberi?!" Cecep melempar susunya mengenai wajah Tukijo sampai botol susunya penyok. Hidung yang pesek, bertambah rata dan membengkak berwarna biru.
"Ugh," rintih Tukijo memegang wajahnya.
"Goblok! Udah miskin, dekil, tolol pula!" cecar Cecep menjambak rambut Tukijo yang cukup panjang.
Tukijo hanya menunduk dengan rambut yang berantakan. Dia mengenakan baju lusuh sambil menahan rasa sakit di wajahnya. Akan tetapi, wajah Tukijo yang dekil, berhasil menutupi memar di hidungnya.
"Pokoknya, lo utang sepuluh ribu ke gue, ngerti lo!" Cecep pergi ke luar kelas.
Tukijo menengok ke sana ke mari memastikan Cecep pergi, anak dekil itu bersorak, "Yes! Aku bebas!" Dia mengangkat tangannya.
"Cih! Dasar Cecep tolol! Tukang nyontek! Goblok kuadrat! Cuih!" cibir Tukijo tanpa membuang ludah.
Pada kenyataannya Tukijo hanya diam dan menyetujui perkataan Cecep, saat berada di depannya.
Tukijo adalah anak miskin yatim piatu yang diasuh oleh neneknya sejak kecil. Ibunya meninggal ketika dia berumur delapan tahun, dan dia tidak mengetahui di mana ayahnya berada.
Dia cukup pintar, sehingga bisa masuk ke SMA N 1 Maos yang katanya termasuk sekolah favorit di kotanya, Cilacap. Untuk membiayai keperluan sekolahnya, dia bekerja sebagai pelayan di Restoran Mas Agus.
Cecep terkenal dengan julukan si pembuat onar. Dia ini peremannya kelas dua belas. Wajahnya yang terlihat garang dan sangar serta tubuhnya yang besar dan kekar membuat teman-teman sekolahnya bertekuk lutut. Tentu saja dia tidak hanya sekali dua kali mendapat teguran dari guru BK. Namun, teguran itu hanya berpengaruh sementara baginya.
...
Suara bel berbunyi dua kali bertanda masuk kelas untuk pelajaran pertama. Guru Killer Fisika yaitu Ibu Sulastri sedang berjalan di lorong kelas menuju kelas XII IPA 2.
Setelah wanita paruh baya itu berada di ambang pintu, sorot matanya yang tajam menatap setiap sudut kelas yang berdebu lalu beralih ke jendela kaca yang kusam. Kemudian ia menatap langit-langit dan mendapati banyak sarang laba-laba bergelantungan.
"Ini kelas, atau gudang?!" semprot Bu Lastri. "Cepat bersihkan!"
Bu Lastri menyipitkan matanya dan berjalan mengelilingi tempat duduk yang berjejer dengan barisan 5×6. Ia berhenti di salah satu tempat duduk bagian belakang, yaitu milik Cecep. Ia mengorek laci mejanya dan menemukan sampah yang menumpuk.
"Meja siapa ini?" tanya Bu Lastri.
"Tukijo Bu!" sahut Cecep cepat.
"lho, ini kan ..." ucapan Tukijo terpotong karena Cecep mengacungkan jari tengahnya. Kode itu memiliki arti 'Mau mati lo?' yang dimaksud adalah mengajak berantem.
Tukijo seketika hanya bisa diam dan menggerutu, "Gendeng¹!"
"Bersihkan!" perintah Bu Lastri.
Tukijo pun segera membersihkan laci meja Cecep.
"Sekarang, siapapun yang membuang sampah di laci akan dikenai denda seratus ribu," cetus Bu Lastri tegas.
"Baik Bu," jawab murid-muridnya menyetujui.
Sebagai wali kelas XII IPA 2 yang sangat mencintai kebersihan, setiap hari Jum'at ia selalu memeriksa kebersihan kelas.
Bu Lastri mencari-cari sesuatu, tampaknya ia lupa membawa buku pelajaran yang akan diajarkan. Lalu dia berkata kepada murid-muridnya, "Ibu mau ke ruang guru dulu untuk mengambil buku dan lembar kertas ulangan harian. Setelah ini, kalian boleh belajar selama sepuluh menit."
Siapa yang menyangka bahwa hari ini akan ada ulangan harian mendadak.
Selesai membersihkan jendela kaca dari luar kelas, Tukijo kembali ke kelas. Dia berjalan ke tempat duduknya. Tanpa dia sadari, seseorang mengulurkan kaki membuat Tukijo jatuh tersungkur mencium lantai.
"Sory sory ... sengaja. Kekeke ...." Udin terkekeh.
Berbeda dengan Cecep yang suka berbuat ulah, Udin adalah anak teladan yang menyandang sebagai juara pertama di kelas. Ayahnya adalah seorang karyawan di perusahaan terbesar di Indonesia yaitu Perusahaan Gaje. Wajahnya yang lumayan, membuat dia selalu percaya diri dengan penampilannya. Sifatnya angkuh, sombong dan suka merendahkan orang.
"Kurang asem²!" gerutu Tukijo.
Melihat tingkah Udin, Tukijo merasa kesal. Dengan hati yang mendongkol, dia bangkit mengepalkan kedua tangan dan berjalan ke tempat duduknya.
"Hei Jo! Jangan pelit-pelit ya," ucap Tiyem berada di sebelah kanan Tukijo.
Tukijo hanya terdiam, hatinya masih terkoyak oleh sifat Udin yang menyebalkan.
"Bodo amat!" batinnya.
"Woy! Tukijo! Awas kalau gue kode, lo gak respon ya ... gue santet lo!" teriak Cecep berada di seberang. Tempat duduknya di sebelah kanan Tiyem.
Cecep dan Tiyem adalah murid yang suka menyontek. Apakah Tukijo akan memberikan contekan kepada mereka?
__________
1. Gendeng = gila
2. Kurang asem =sialan