Setelah selesai memilih gaun yang cocok untuk Kiara, mereka berdua memutuskan untuk pulang terlebih dahulu. Kiara harus mengganti baju seragamnya dan berpamitan ke Ibunya.
"Kiara, nanti 1 jam lagi aku jemput. Kamu harus sudah siap, kita akan berangkat dari rumahku. Mama yang akan membantu kamu untuk berhias diri."
"Iya, aku tunggu," jawab Kiara. Turun dari motor karena sekarang mereka sudah sampai. "Hati-hati di jalan".
"Ok." Bagas melajukan kembali motor kesayangannya untuk pulang.
"Bu, Ibu," panggil Kiara dengan senyum yang merekah. Tangan kanannya membawa paper bag yang cukup besar. Pintu rumah tidak terkunci, Kiara bisa langsung masuk. "Bu, di mana?" panggilnya.
"Di dapur," jawab Ibunya setengah berteriak.
"Lihat Bu, apa yang Kiara bawa." Kiara memperlihatkan paper bag besar.
"Apa itu?" tanya Ibunya mendekati Kiara.
"Gaun untuk nanti malam. Tadi sepulang Sekolah, Bagas mengajakku ke Butik langganan Mamanya."
"Ibu boleh melihatnya?"
"Tentu saja boleh dong Bu. Kita lihatnya di kamar saja." Kiara berjalan ke kamar diikuti Ibunya.
Sesampainya di kamar, Kiara langsung menaruh paper bag di kasur.
"Ibu yang buka, aku mau ganti baju. 1 jam lagi Bagas akan menjemput. Kita akan berangkat dari rumahnya," kata Kiara.
Setelah Kiara masuk ke dalam kamar mandi, Ibu pelan-pelan membuka paper bag. Dikeluarkannya dus packing berwarna putih dengan hati-hati. Dengan perlahan, dus di buka. Sebuah gaun cantik berwarna putih tertata rapih di dalamnya. Di bagian depannya bertaburan batu permata putih yang indah, semakin menambah kesan elegant gaun tersebut. Ibu memandang takjub. "Cantik sekali," gumamnya pelan.
"Indah ya Bu," Kiara ikut menimpali gumaman Ibunya.
"Harganya pasti sangat mahal, kainnya halus sekali," kata Ibu menyentuh lembut gaunnya.
"Aku tidak tahu harganya berapa, Mamanya Bagas yang bayar."
"Mamanya yang bayar?" tanya Ibu mengulang apa yang dikatakan Kiara.
"Iya, begitu menurut Tante Susi pemilik Butik. Mamanya Bagas yang bayar."
"Mereka sangat baik padamu, jangan sampai kamu mengecewakan mereka. Di acara nanti jangan bertingkah yang aneh-aneh. Kalau tidak perlu bicara, jangan sembarangan bicara. Jaga sopan santun kamu."
"Ibu tidak usah khawatir, aku akan bersikap baik," Kiara memeluk Ibunya dengan penuh sayang.
Tidak terasa waktu cepat sekali berjalan.
Terdengar suara klakson motor yang dibunyikan berkali-kali terdengar dari halaman rumah.
"Kiara," panggil seseorang dari teras depan rumah.
"Seperti suaranya Bagas." Kiara cepat-cepat ke luar dari kamar menuju ke teras depan diikuti Ibunya dari belakang.
Kiara mengintip dari balik gorden untuk memastikan siapa yang memanggilnya tadi. "Bagas." Dengan cepat dibukanya pintu rumah.
"Kamu sudah siap?" tanya Bagas setelah melihat Kiara ke luar dari rumah.
"Sudah. Tunggu sebentar aku ambil dulu tasku dan gaunnya." Kiara segera masuk kembali.
"Nak Bagas, masuklah tunggu di dalam," kata Ibu yang baru ke luar dari dalam rumah.
"Terima kasih, biar Bagas tunggu di sini saja. Bu, Bagas sekalian mau minta izin untuk membawa Kiara ke acara perusahaan Papa." Bagas bicara dengan sopan sekali.
"Kamu jaga Kiara baik-baik di sana ya, jangan meninggalkannya sendirian karena Kiara sedikit ceroboh. Ini juga baru pertama kalinya buat Kiara pergi ke acara seperti itu. Ingatkan dia kalau sikapnya kurang sopan."
"Terima kasih Bu, Bagas akan menjaga Kiara baik-baik." Bagas terlihat sangat senang sudah mendapat izin dari Ibunya Kiara.
Tidak berapa lama Kiara muncul dari dalam dengan membawa paper bag. Bagas langsung mengambil paper bag dari tangan Kiara.
"Bu, Kiara berangkat ya. Setelah acara selesai, Kiara langsung pulang. Ibu hati-hati di rumah sendirian. Jangan lupa, kunci pintu dan jendela."
"Jaga dirimu baik-baik, ingat apa yang Ibu katakan tadi." Ibu memeluk Kiara dengan sangat erat, seakan tidak mau melepasnya pergi.
"Bu, Kiara pergi bersama keluarganya Bagas. Jangan khawatir."
Bagas tersenyum melihat mereka berdua. Hatinya sungguh sangat terharu melihat anak dan Ibu itu saling menyayangi, dunia mereka penuh dengan kasih sayang. Hidup yang saling melengkapi.
"Hati-hati," Ibu melepaskan pelukannya, membetulkan poni Kiara yang sedikit berantakan, tersenyum penuh kasih seorang Ibu.
"Kiara berangkat." Kiara mencium pipi kanan kiri Ibunya. "Ayo, Bagas," ajaknya kemudian.
"Bu, pamit dulu. Nanti sepulang acara, Bagas sendiri yang akan mengantar Kiara pulang. Ibu, jangan khawatir," kata Bagas dengan penuh kesopanan.
"Iya, hati-hatilah kalian." Ibu melepas kepergian mereka, sampai mereka pergi dan menghilang. "Tuhanku, lindungilah selalu anakku," ucap Ibu di dalam hati.
Kasih sayang seorang Ibu tidak bisa tergantikan dengan apapun.
Beberapa menit kemudian, Bagas sudah sampai di depan rumahnya. Sebuah rumah yang cukup besar dengan banyak pot-pot tanaman yang terawat dengan baik. Menandakan sang pemilik rumah sangat menyukai tanaman. Harum bunga yang sedang mekar menyambut kedatangan Kiara yang baru saja menginjakkan kakinya di teras rumah.
"Ayo, masuk," ajak Bagas kemudian membuka pintu. "Ayo, kenapa diam saja? Ada Mama di dalam sedang menunggumu."
Kiara perlahan melangkahkan kakinya mengikuti Bagas dari belakang masuk ke dalam rumah.
"Ma," panggil Bagas dengan suara yang sedikit agak kencang. "Mama."
Dari arah belakang muncul wanita setengah baya yang memakai celemek.
"Den Bagas, Ibu sedang berada di kamarnya," katanya.
"Bi Irah, tolong buatkan Kiara jus, sekalian dengan kue-kue."
"Baik Den." Bi Irah kembali lagi ke dapur untuk membuatkan Kiara jus.
"Kiara, tunggu di sini sebentar ya. Aku panggil Mama sebentar," kata Bagas, meletakkan paper bag yang dia bawa di meja lalu melangkah pergi.
Kiara memperhatikan ruangan disekitarnya. "Nyaman sekali di sini, semuanya tertata rapih." Kiara berjalan ke salah satu meja yang berada di sudut ruangan untuk melihat bunga anggrek yang sedang mekar, nampak bergoyang di tiup angin yang masuk dari jendela yang terbuka. "Cantik sekali bunga anggrek ini," gumamnya pelan.
"Bunga anggrek itu cantik seperti dirimu, Kiara," terdengar suara wanita dari arah belakang.
Kiara segera membalikkan badannya dan menghampiri wanita yang sedang tersenyum kepadanya. "Mama." Kiara mencium pipi kanan dan kiri. "Apa kabar Ma?"
"Baik nak, Mama baik-baik saja. Duduklah." Mama mempersilahkan Kiara untuk duduk. "Bagaimana kabar Ibumu?" tanya Mama mengikuti Kiara duduk.
"Ibu sehat," jawab Kiara.
"Masih menerima pesanan kue?" tanyanya lagi.
"Masih Ma, sekarang sedang banyak pesanan kue. Sudah seminggu ini, Ibu banyak menerima pesanan kue," jawab Kiara.
"Syukurlah," ucap Mama. "Bagas," panggil Mama kemudian. "Di mana kamu?"
"Apa Ma," jawab Bagas dari belakang membawa nampan yang berisi jus untuk Kiara. "Bagas dari dapur, habis minum sekalian bawain Kiara jus." Bagas meletakkan jus di meja, depan Kiara duduk. "Minum Kiara."
"Terima kasih Bagas." Kiara tersenyum melihat ke arah Bagas.
"Kamu simpan gaunnya Kiara di kamar tamu, biar nanti Mama yang akan membantunya berhias."
"Siap Mamaku tersayang. Kiara harus jadi wanita paling cantik di acara nanti." Bagas mengambil paper bag yang tadi di simpan di atas meja lalu melangkah pergi ke dalam.
"Nah Kiara, bersiap-siaplah. Kamu sebaiknya mandi dulu. Kamar tamu bisa kamu pakai untuk berganti pakaian. Ayo, ikut Mama." Mama bangun dari duduknya dan melangkah masuk ke dalam diikuti Kiara dari belakang.