"Flora, semua kita pernah ada merasakan masa luka dan marah dengan hidup. Tapi, kita tidak perlu lari. Hadapi. Aku juga pernah terpuruk, sangat buruk. Walau begitu, Baskara memilih bangkit. Mendaki bukit terjal itu dan sampai di puncak, meski tertatih-tatih dan hampir tak sanggup rasanya."
Baskara memandang ke mata bening Yuana. Dia merasa iba dengan gadis cantik di depannya itu.
"Semua perjuangan tak ada yang sia-sia, Nak. Baskara akhirnya berhasil. Tanpa mengganti dirinya menjadi Arman, atau Faris, tidak. Tetap dengan identitas yang sama."
Yuana merasa kelembutan pria setengah baya yang selama ini dikenalnya sebagai pimpinan. Kali ini Yuana merasa sedang berhadapan dengan ayah yang sayang pada putrinya.
"Jadilah Yuana kembali. Buatlah Yuana berhasil dan bahagia." Senyum manis menguntai bibir Baskara.
"Tapi ..." Ada keraguan di mata Yuana. Ini tidak mudah. Semua orang mengenal dia sebagai Flora. Yuana terkubur dalam dan tak pernah terpikir akan muncul lagi.