"Yuan ... maafkan aku..." batin Manfred. Dia ambil buku itu lalu keluar kamar.
"Ketemu sesuatu?" tanya Ira, berharap Manfred mendapat sebuah petunjuk.
"Nggak, Mbak. Aku ambil HP dan buku ini saja. Terima kasih," kata Manfred pelan. Dia tunjukkan apa yang dia ambil dari kamar Yuana. Pilu melanda hati cowok bermata biru itu.
Seperti saat naik ke kamar Yuana, perlahan-lahan mereka turun lagi ke lantai satu, terus keluar rumah.
"Mbak Ira setia sekali sama Tuan Hardani." Manfred memandang rumah besar yang sudah sangat akrab dengan dirinya itu.
"Ga betah, Mas. Dari dulu bertahan karena aku sayang Non Yuana. Sekarang dia sudah pergi. Aku mau berhenti. Habis gajian ini aku pulang kampung saja," kata Ira. Nada suaranya terasa ada kesedihan di sana.
"Oo ..." Manfred manggut-manggut.
"Abis nyonya muda cerewet, jutek, judes, pokoknya gitu deh ..." keluh Ira.
"Takut kesaingan kali, Mbak." Manfred tersenyum, berusaha bercanda meski tidak pas rasanya.
"Ah, Mas bisa aja." Ira ikut senyum.