Chereads / Yuana, Stay With Me / Chapter 20 - Yoseph Si Playboy

Chapter 20 - Yoseph Si Playboy

"Masa udah mau nyerah? Cewek biasa jual mahal, Yos. Cari cara dong, biar kamu bisa mendapatkannya." Rio menantang Yoseph.

"Menurutmu?" Yoseph mengerutkan kening, meminta penjelasan.

"Kok kamu kayak ga pernah deketin cewek aja? Ajak nonton kek, belikan barang branded, apalah ..." tukas Rio.

"Hee ... hee ... iya ya ... kenapa otak kayak tumpul gini?" Yoseph menggaruk kepalanya meskipun tidak gatal. Merasa bodoh saja dengan dirinya.

"Tapi sama Yuan mungkin harus slow ... ga usah buru-buru." Rio memberi saran.

"Oke ... aku coba dah." Yoseph memandang ke arah Yuana.

Yuana sudah menyiapkan catatan dan alat tulisnya. "Aku tahu Yoseph ga akan berhenti hari ini. Playboy macam dia akan hilang akal buat menaklukkan cewek. Aku harus hati-hati sama dia," batin Yuana.

"Awas kamu, Yuan. Besok kita lihat saja, kamu ga akan bisa menolak aku," geram Yoseph dalam hati.

Dari pintu dosen masuk, dengan tergesa-gesa, karena sudah terlambat sepuluh menit.

"Pagi semua. Maaf, saya tadi mampir ke rumah sakit dulu, jadi sedikit terlambat. Oke, kita langsung mulai saja." Dosen itu segera membuka catatannya dan mengajar. Yuana lega. Dia bisa alihkan pikirannya pada pelajaran hari itu.

*****

Benar saja! Keesokan harinya Yuana lagi-lagi dikejar Yoseph.

"Yuan!"

Yuana menoleh. "Apa lagi, Yos?"

"Nanti malam ada film bagus. Nonton, yuk ..." ajak Yoseph. "Kasih tau alamat kamu, nanti aku jemput."

"Ini malam minggu, kan? Hm, ga usah. Cewek-cewekmu sudah menunggumu pasti," kata Yuana tenang.

"Hei, ini cuma antara kita berdua. Kalau kamu mau, aku bisa putusin mereka hari ini juga." Yoseph mengulurkan tangan, ingin memegang lengan Yuana.

Yuana bergerak cepat, mundur dua langkah.

"Kamu bisa mikir ga, sih?" Yuana langsung marah. "Segampang itu mutusin cewek. Kamu bermain dengan hati orang lain? Senang melihat mereka sakit hati? Dan aku tidak mau terlibat menyakiti orang lain. Kamu pikir menyenangkan tertawa di atas luka orang lain? Aku ga sejahat itu, Yos." Yuana meninggalkan Yoseph dan pergi menemui Manfred yang dilihatnya sedang akan meninggalkan kampus.

"Hai, Fred!" panggil Yuana.

"Yuan? Mau pulang?" Manfred tersenyum manis, tampan.

"Ya. Bisa bareng?" Yuana berhadapan dengan Manfred.

"Mau latihan sama band." Manfred mengenakan helm di kepalanya.

"Ooh, iya. Kalian sudah mulai sering tampil, jadi latihan terus." Yuana mengangkat kedua bahunya.

"Lumayan. Nasib kami cukup baik. Sudah bisa tampil rutin di salah satu hotel. Kami dijadwal seminggu dua kali di sana." Manfred menjawab dengan suara renyah, karena gembira.

"Hebat, dong. Sesekali mau lihat gimana kalau kamu nyanyi. Pasti keren dan gagah." Yuana tersenyum. Ya, meski bagus main gitar dan keyboard, Manfred lebih jadi vokalis di band.

"Gitu deh, kan aku memang tampan." Manfred tertawa. "Ayo, kuantar pulang baru aku latihan ke tempat Andre."

Yuana naik di belakang Manfred. Perlahan motor itu menjauh, meninggalkan kampus. Dari jauh Yoseph terus memperhatikan.

"Pantas. Dia sudah punya cowok. Bule lagi," gumamnya. Yoseph ke tempat parkir, masuk mobilnya saja meninggalkan kampus.

Ketika di kelas esok harinya Yoseph menemui Yuana lagi. Yuana kesal juga karena cowok itu tidak ada niatan berhenti mengganggunya. Apa lagi yang cowok itu mau?

"Apa susahnya sih, jalan sekali aja sama aku," bujuk Yoseph. Dia bukan ingin memaksa Yuana, dia mau Yuana jujur soal kekasihnya.

"Sudahlah, jangan ganggu aku." Nada suara Yuana mulai ketus. Yuana mengeluarkan peralatan dari tas, tidak memperhatikan Yoseph.

Yoseph tersenyum tipis. Yuana sama sekali tidak bisa sok baik. "Sorry kalau kamu jadi terganggu. Kamu menolak aku karena sudah punya cowok kan?"

Yuana melirik Yoseph. Playboy itu mengira Yuana punya pacar? Pacar yang mana?

"Kenapa ga bilang saja? Bule fakultas hukum itu kan?" Yoseph memberi clue siapa cowok yang dia maksud sebagai pacar Yuana.

"Manfred." batin Yuana. Yuana cuma tersenyum. Dia tidak mau berkata tidak biar Yoseph tidak terus mengganggunya. Dia juga tak mau mengiyakan, karena dia akan bohong. Sampai sekarang Manfred belum pernah meminta Yuana jadi kekasihnya.

"Kamu tahu yang aku suka darimu, Yu? Ada sisi misterius sama kamu. Dan andai belum ada cowok, aku akan kejar kamu terus," ujar Yoseph.

"Coba saja, ga bakalan bisa," sahut Yuana.

"Pede banget nih, cewek." Yoseph tertawa lebar. Kali ini dia dipaksa mengalah pada seorang gadis!

Hari-hari berikut Yuana dan Yoseph malah bisa berteman. Ternyata playboy itu tinggal dengan ayah dan adik perempuannya. Ibunya sudah lama meninggal. Ayahnya yang selalu sibuk tidak bisa memperhatikan dia dan adiknya. Itulah yang membuat dia kurang kasih sayang.

Yuana akhirnya sampai pada kesimpulan, sikap arogan dan sok keren, bangga jadi playboy muncul karena Yoseph ingin diperhatikan. Sayang cara yang salah yang Yoseph pilih.

Di sisi lain justru Manfred malah sering membuat Yuana kesal. Belakangan ini dia seperti menghindari Yuana. Yuana hampir yakin penyebangnya adalah seorang cewek. Seperti siang itu, Yuana ketemu Manfred di dekat perpustakaan. Yuana melihat Manfred mau pulang, dia ada di parkiran.

"Manfred!" panggil Yuana. Yuana mendekatinya. "Bareng yuk?"

"Sorry, Yu ... aku ga bisa." Manfred menoleh pada Yuana.

"Ada latihan lagi?" Yuana memastikan.

"Bukan. Aku ditunggu temanku." Manfred naik ke atas jok motornya.

"Ooh, oke." Yuana menjawab malas. Sedikit kesal di hatinya.

Manfred meninggalkan Yuana. Tak lama Yuana melihatnya berboncengan dengan seorang cewek, cewek yang sama dengan hari sebelumnya. Yuana ingat nama gadis itu Pritta. Memang cantik, orang tuanya salah satu konglomerat di kota ini. Pritta cukup popular di kampus itu.

Yuana sangat dongkol. Ternyata Manfred jahat juga padanya. Manfred dengan tegas berkata dia sayang Yuana. Lalu nyatanya apa? Yuana justru merasa seperti disisihkan. Yuana benar-benar marah. Dalam hati dia menetapkan dirinya akan membuat perhitungan dengan Manfred. Ternyata sifatnya yang satu ini belum berubah. Manja, suka mau menang sendiri! Hati-hati, Fred, ada yang marah besar. Dan dia gadis cantik yang kamu sayang!

*****

Selama beberapa hari Yuana tak mau tahu soal Manfred. Dia cuek pada cowok itu. Dia yakin Manfred pasti mencarinya. Benar saja, setelah seminggu nggak jumpa Yuana, Manfred bingung. Dia kirim chat, Yuana tidak membalas. Ditelpon juga tidak pernah diangkat. Dicari di kampus nggak juga ketemu.

"Kenapa sih, anak ini? Ke mana saja coba. Biasanya juga dia mencariku. Pagi dijemput sudah berangkat. Pulang, disamperin di kelas, udah hilang. Pasti ada sesuatu ini," kata Manfred.

Manfred mencoba telpon lagi. Malah HP Yuana tidak aktif. Akhirnya Manfred menelpon ke rumah Yuana. Ira yang menerima.

"Mbak, Yuana ada?" tanya Manfred.

"Ini mas Manfred, ya?" Ira bicara dengan suara khasnya.

"Iya, Mbak. HP Yuan ga aktif. Makanya aku telpon rumah." Manfred menjelaskan situasinya.

"Sebentar, Mas." Ira berniat memanggil Yuana yang ada di kamarnya.

"Bilangin penting, Mbak," Manfred berpesan.