Hari ini, Panji dan Melody bersama dengan beberapa keluarga yang akan hadir di acara pernikahan keduanya sudah berada di sebuah villa milik keluarga Panji yang terletak di Bandung. Suasana kekeluargaan dan private seperti keinginan Melody akan Panji wujudkan dalam acara tersebut.
"Villanya bagus, Mas. Terima kasih sudah undang saya dan istri kesini." Yudi dan istrinya diberangkatkan dari Malang khusus untuk menghadiri pernikahan Melody.
"Terima kasih, ini milik Almarhum Papa, kalau weekend memang suka kesini," jawab Panji.
"Oh, jadi villa keluarga ya, Mas?" tanya Yudi lagi. Keduanya sedang berjalan-jalan di sekitar villa.
"Betul Pakde, mohon maaf saya sengaja ngajak ngobrol sambil keliling seperti ini," kata Panji meminta maaf.
"Tidak masalah, saya paham karena situasi Mel dan Santi juga tidak bagus, Pras memang tidak pernah datang lagi ke Malang setelah mereka berpisah," kata Yudi mulai bercerita.
"Apa seburuk itu hubungan Mel dan Pak Pras. Jujur saya agak asing dengan namanya, tapi saya akan coba cari tahu setelah acara selesai. Mel beneran gak mau ketemu ayahnya, saya kasian karena dia terlihat tertekan ketika membahas hubungannya dengan Pak Pras," kata Panji memberitahu Yudi.
"Kalau bisa untuk sekarang jangan ditekan, Mas. Saya tahu betul masa kecil Mel yang sering diledekin karena gak ada ayahnya," ucap Yudi memohon.
"Baik, Pakde. Terima kasih. Semoga betah disini, memang tempatnya agak masuk tapi lumayan untuk beristirahat sejenak." Panji mengajak Yudi kembali masuk ke dalam villa.
Malam harinya, Panji mengadakan acara makan malam bersama dengan seluruh keluarga yang hadir. Acara yang akan diselenggarakan untuk lebih mendekatkan kedua keluarga. Melody sebagai bintang pada acara tersebut tampak malu-malu di hadapan keluarga.
"Mel, kalau dimarahi Panji gak usah takut, kamu punggungin aja udah adem lagi," kata Devina menggodanya.
"Gak boleh, itu dosa. Mama gak bisa kayak gini, Ma." Panji menggelengkan kepala tidak setuju dengan saran Devina.
"Sudah, Mas. Mama cuma bercanda itu, gak usah dimasukin hati," ucap Melody memegang lengan Panji menenangkan.
"Kamu jangan kayak gitu, aku gak suka." Panji memang menyukai Melody yang sering menyentuhnya dengan lembut. Untaian cinta yang tak terungkap dengan kata-kata begitu manis diwujudkan dalam sebuah tindakan sederhana namun bermakna. Melody menjadikan dunia Panji lebih berwarna. Hidupnya tidak melulu diisi tentang laba rugi dan rutinitas duniawi lainnya, namun Melody mengajarkan arti kehidupan yang sebenarnya, tidak terbatas pada harta dan kekuasaan.
Acara bakar ikan dan temu kedua keluarga dijadikan Panji untuk mengungkapkan rasa cintanya sekali lagi, melalui sebuah kalung emas bertahtakan berlian, ia menyatakan kesungguhannya.
"Dengar, kamu memang bukan satu-satunya dalam hidupku, tapi cinta untukmu bukan cinta pura-pura," kata Panji yang malam hari itu memakai kemeja putih.
"Terima kasih," kata Melody singkat. Disaksikan keluarga, Melody menerima kalung tersebut lalu dibantu memakainya oleh Panji.
Dan, keesokan harinya adalah puncak acara yang ditunggu. Acara akad nikah yang sudah dipersiapkan sedemikian rupa oleh Devina memang sesuai impian Melody. Sederhana dan private.
"Sudah siap, Nak. Ayo duduk disini dulu. Kita lihat dari layar monitor ini dulu. Setelah sah, kita temui Panji di tempat acara." Santi mengajak anaknya duduk di depan layar. Melody sudah selesai di make-up. Tampilan anggunnya ketika memakai kebaya berwarna putih membius sang MUA yang memuji kecantikannya.
Melody dan Santi ditemani oleh istri Yudi duduk menyaksikan prosesi akad nikah di tempat yang sudah ditentukan. Mereka duduk mengapit Melody yang terlihat gugup.
"Tenang, Nduk. Berdoa yo, semoga lancar." Santi berusaha menenangkan anaknya.
"Iya, Bu," jawab Melody patuh. Ia tak bisa memalingkan wajahnya dari layar monitor yang dipersiapkan pihak wedding organizer. Hingga kata SAH terucap dari sekian tamu yang hadir dalam prosesi tersebut membuatnya menangis haru lalu memeluk sang ibu. Melody kini resmi menjadi istri Panji.
Melody diapit oleh Devina dan Santi berjalan menghampiri tempat acara dimana Panji mengucapkan ikrarnya menjadikan Melody istri. Ia duduk disamping Panji dan mencium punggung tangan pria yang kini sah menjadi suaminya.
Tak ketinggalan perwakilan dari PP Engineering pun turut hadir dalam acara tersebut dan memberikan ucapan selamat kepada kedua mempelai. Acara pun berlanjut dengan jamuan makan siang dan berswafoto.
"Mbak, selamat yah. Sorry Papa lagi drop jadi gak bisa datang." Reza mewakili ayahnya datang ke acara Melody.
"Iya, makasih lho udah datang." Melody menerima jabatan tangan dari Reza. Reza sekaligus memberitahu jika hadiah pernikahannya dari PP Engineering sudah dikirim ke rumahnya.
"Maaf ya Mbak, kadonya nyari buru-buru. Teteh juga lagi hamil jadi riweuh," kata Reza.
"Udah, gak harus segitunya. Ayo makan sana, have fun yah," ucap Melody kepada Reza yang berpamitan untuk menikmati hidangan.
Sementara itu, Panji sedang berbincang dengan Joni dan Santi sambil menikmati hidangan yang sudah disediakan.
"Boleh saya cari tahu siapa pengirim buket bunga itu, Bu?" tanya Panji hati-hati.
"Sejujurnya tidak terlalu penting, tapi ibu sama Mel juga penasaran. Sudah, itu kapan waktu dibahas lagi, hari ini acaranya beda. Ibu serius nitip Melody," ucap Santi.
"Pada rame disini, bahas apa kok kayaknya seru," kata Melody datang menghampiri setelah menyalami beberapa kerabat yang datang menyusul.
"Bahas makanan, kamu belum makan lho, ayo makan dulu." Panji tanpa basa-basi menyuapi Melody kue yang belum sempat ia makan.
"Mulai, banyak orang Pak. Nanti aja di kamar," lekde Joni kepada atasannya.
"Berisik, sana ambilin minum!" usir Panji kepada Joni. Pria itu langsung menghilang dari pandangan Panji ketika mendapatkan tatapan tajam.
"Jangan gitu, Mas. Gak enak lah," kata Melody meminta Panji tidak semena-mena terhadap asistennya.
"Bukan semena-mena Joni udah biasa sama saya yang seperti ini. Kamu masih mual? Kedinginan apa gimana?" Panji memberondong Melody dengan beberapa pertanyaan.
"Masih, tapi udah mendingan. Aku makan dulu deh, Mas mau diambilkan apa?" tanya Melody kepada suaminya.
"Gak usah, ini masih banyak. Kamu makan aja," jawab Panji menunjukkan piringnya yang masih utuh.
"Ibu juga, anaknya datang malah kabur," gumam Melody ang juga mencari keberadaan ibunya.
Dengan berakhirnya acara jamuan makan siang tersebut, berakhir juga rangkaian acara pernikahan keduanya. Sebagian kerabat Panji dan Melody yang hadir sudah berpamitan ke kota asal.
"Kamu istirahat saja. Kalau pusingnya belum hilang, nanti kita panggilkan dokter," pinta Panji kepada istrinya.
"Iya, Mas mau kemana?" tanya Melody yang melihat Panji akan keluar kamar.
"Ngobrol sama yang lain, kamu tiduran aja dulu. Mulai pucat juga," ucap Panji kepadanya.
"Iya, Mas." Melody merebahkan tubuhnya di ranjang. Setelah membersihkan make-up dan membersihkan diri, kepalanya terasa semakin berat. Efek sibuknya dia mempersiapkan diri sebagai istri seorang Panji memang tidaklah mudah dan menghabiskan banyak tenaganya, ditambah lagi ia harus memiliki mental yang kuat karena berstatus istri kedua.