Chereads / SECRET WIFE / Chapter 26 - Dia Istriku

Chapter 26 - Dia Istriku

Dan keesokan harinya, Melody benar-benar diminta Panji datang ke kantor Kayana. Sebelum makan siang, ia sudah bersiap bersama dengan Joni yang sudah menjemputnya.

"Makan siang di luar, nanti sama saya dan mereka," kata Panji kepada istrinya melalui pesan singkat.

"Iya, Mas," jawab Melody melalui pesan singkat kepada suaminya. Melody mencari keberadaan ibunya, ia menghampiri Santi yang sedang berbincang dengan dua orang asisten rumah tangga yang dipekerjakan di rumah tersebut.

"Bu, Mel jalan dulu, nanti jadi jalan sama Mama?" pamitnya kepada Santi.

"Iya, lagi tunggu dijemput, kamu hati-hati." Seperti biasa, Melody selalu mencium punggung tangan ibunya.

Melody dan Joni meluncur ke gedung Kayana, sedangkan Panji sedang melakukan internal meeting dengan jajaran Manajer dan Direksi untuk koordinasi proyek di Batu.

"Masih meeting mungkin Mbak, kita ke ruangan Bapak saja," ucap Joni kepada Melody.

"Gakpapa ya?" tanyanya ragu.

"Kan sudah istrinya, kemaren-kemaren kesini kan suasana kerja, jadi dibiasakan saja mulai sekarang," kata Joni terkekeh melihat ekspresi wajah Melody yang tidak enak hati masuk ke ruangan Panji.

"Astaga, hampir lupa," ucap Melody terkekeh.

"Kalian sudah datang, ngapain disini, ayo masuk." Panji meminta Melody dan asistennya masuk ke ruangannya.

"Mbak Mel nya sungkan mau masuk, Pak." Joni membukakan pintu ruangan dan mempersilahkan Melody dan Panni untuk masuk duluan.

"Makasih, Pak Joni." Melody berjalan di belakang suaminya, memasuki ruangan orang nomor satu di Kayana Group. Pria yang menurut Melody akan jauh dari jangkauan wanita biasa sepertinya. Dalam hati, ia tidak menyangka bahwa sekarang bahkan menjadi istrinya.

"Disinilah ruanganku, selama ini kamu dan tamu-tamuku hanya di ruangan sebelah. Sebentar lagi kamu akan sering kesini, jadi tidak perlu merasa tidak enak." Panji meminta Melody membiasakan diri.

"Pelan-pelan ya, Mas. Tapi kalau saya kesini mewakili PP tetap di sebelah ya?" tanya Melody kepada Panji dan Joni.

"Gimana, Jon?" tanya Panji kepada asistennya.

"Itu terserah Bapak, saya hanya pelaksana," jawab Joni mengedikkan bahunya.

"Eh, itu ada yang ketuk pintu, Mas." Melody menyadari ada yang mengetuk pintu beberapa kali.

"Sebentar, Mbak." Joni beranjak dari duduknya dan mengambil remote untuk membuka pintu.

"Maaf, Pak. Saya mengganggu." Manager Marketing Kayana Group masuk ke ruangan Panji.

"Kemarilah, mana data yang kutanyakan tadi?" Panji mempersilahkan sang Manager duduk.

"Makasih, Pak." Pria itu masuk dengan membawa beberapa lembar kertas permintaan Panji.

"Besok jalan ke Batu dengan tim, kamu laksanakan sesuai instruksi saya tadi. Jika sukses dan sesuai, promosi kamu akan saya percepat," ucap Panji kepada mantan pacar istrinya.

"Baik, Pak. Saya full tim akan melakukan yang terbaik," jawabnya kepada pemilik Kayana.

"Oke, silahkan kembali ke ruangan kamu," titah Panji kepada bawahannya tersebut. ketika akan meninggalkan ruangan Panji, ia tak sengaja beradu pandang dengan Melody. Suasana kikuk sempat terjadi namun dengan sigap Joni mengalihkan agar tidak terjadi hal yang tidak diinginkan.

"Oiya, ini kenalin Mbak Mel, istri atasan kita." Joni meminta sang Manager untuk menyapa Melody dengan tatapan matanya.

"Ah iya, selamat siang, Bu. Maaf saya kira tidak ada orang di ruangan Bapak," ucapnya kikuk sekaligus tak percaya. Sejak kapan melody menjalin hubungan dengan Panji pun ia tidak pernah mendengar.

"Siang juga, silahkan dilanjutkan," jawab Melody dengan bahasa formalnya.

"Kalau begitu, saya permisi dulu Pak, Bu." Ia segera keluar dari ruangan Panji setelah berpamitan kepada atasannya.

"Silahkan," jawab Panji dengan tenang.

Joni pun tak kuasa menahan tawanya dengan pertemuan Melody dengan mantan terindahnya. Ia tahu betul karena sudah menyelidiki sejauh apa hubungan keduanya.

"Jon, kendalikan dirimu," kata Panji melihat ekspresi kesal Melody.

"Maaf, Pak. Ini kejadian langka, saya gak nyangka bisa menyaksikan ini live di depan mata, maaf ya Mbak Mel." Joni terbahak puas karena ia berhasil mempertemukan Melody dan sang mantan walaupun tidak sengaja.

"Sudahlah, sudah mantan. Gak baik dibahas terus juga," ucap Melody menghentikan keduanya.

"Ya sudah, kita jalan sekarang. Jon, mereka sudah jalan?" tanya Panji yang sudah menyelesaikan beberapa dokumennya.

"Sudah di lokasi, Pak," jawab Joni.

"Oke, kita jalan sekarang." Panji menggandeng Melody yang siang tu memakai dress berwarna pastel motif bunga dengan blazer warna senada. Penampilannya selalu anggun dan mempesona, apalagi sederet barang branded hadiah dari Devina turut membuatnya menjadi pusat perhatian.

Melewati lobby perusahaan dan kembali bertemu dengan sang mantan, namun untuk menghargai suaminya ia lebih memilih menundukkan kepala untuk menghindari bertemu mata.

"Sejak kapan Mel berhubungan dengan Pak Panji, pantas saja gak mau balikan sama gue," gumamnya memandang Melody yang digandeng oleh atasannya.

"Berat, saran saya cari yang lain saja," ucap Joni menepuk pundaknya pelan.

"Yang penting Mel bahagia, Pak. Saya ikhlas," ucapnya memelas.

"Sungguh kuakui keberanianmu, hati-hati besok," ucap Joni meninggalkannya.

"Makasih, Pak."

Bisik-bisik beberapa orang yang mengenal Melody sempat terdengar oleh Panji. Melalui tatapan matanya, ia berhasil membuat kerumunan karyawan yang membicarakannya dan Melody sudah membubarkan diri. Dan Joni yang mengerti maksud atasannya langsung bertindak.

"Beliau istri atasan kalian, hati-hati dan jaga lisan agar jabatan kalian tetap aman," ucap Joni kepada beberapa orang karyawan di dekat meja resepsionis.

"Kapan nikahnya, Pak kalau boleh tahu?" tanya salah satu dari mereka memberanikan diri bertanya.

"Satu minggu yang lalu, dan perlu kalian catat di hati dan otak kalian bahwa rekan yang kalian bicarakan itu menikah secara hukum dan agama yang berlaku, jadi saya harap kedepannya suara-suara seperti tadi tidak ada lagi, itupun kalau kalian masih betah bekerja disini," kata Joni memperingatkan mereka yang mayoritas wanita.

"Baik, Pak," jawab mereka bersamaan.

"Bonus tahunan maju dan kalian akan menerimanya besok, jadi berterima kasihlah pada rekan yang kalian bicarakan tadi." Ucapan Joni sontak membuat mereka bersorak bahagia, Melody secara tidak langsung juga membawa perubahan pada beberapa kebijakan di Kayana. Dan Joni pun turut merasakan dampak baiknya sejak Panji mulai tertarik kepada Melody.

Panji dan Melody yang sudah lebih dulu datang ke restoran sedang berbincang dengan beberapa orang kepercayaan Panji. Mereka tetap menghormati Melody layaknya Felishia yang merupakan istri pertama atasannya.

"Kebetulan saya yang mengawal Bu Mel dari jarak tertentu dan ini memang sesuai standar dari Pak Panji, mohon maaf jika kita pernah bertatap muka, Bu." Salah seorang dari mereka memperkenalkan diri.

"Kamu pernah melihat dia, sayang?" tanya Panji sambil menikmati hidangan pembuka.

"Sepertinya pernah, waktu aku belanja bulanan dan pulang larut karena lembur," jawab Melody.

"Betul itu?" tanya Panji kepada anak buahnya.

"Iya, Pak. Tapi saya menjauh karena takut Bu Mel tidak nyaman," jawabnya jujur.

"Ya sudah tidak masalah, jadi saya harap lakukan tugas kalian seperti biasanya, untuk Feli pun tidak berubah," kata Panji kepada mereka.