Nares merupakan kakak dari Acio. Bukan tanpa alasan mereka menyembunyikan hubungan kakak beradik mereka.
Alasan pertama adalah kepribadian Acio yang mendekati psikopat, persis seperti yang Galaksi katakan. Dan dia berbeda.
Alasan kedua, dia berasal dari sekolah tempat dimana anak-anak yang memang memiliki sisi buruk dalam diri mereka, makanya perilaku anak-anak disana meresahkan.
Faktanya mereka ramah di dalam lingkungan sekolah, namun dingin di luar. Karena pemikiran mereka sama, [orang-orang tidak akan mau menerima mereka hanya karena perbedaan yang mereka miliki].
Alasan ketiga, Acio tidak mau Nares ikut dibenci orang lain hanya karena dirinya. Acio juga meminta Nares untuk tidak mengenalkannya kepada Tama, sebab Acio pikir belum saatnya Tama tahu kalau ia berbeda dari yang lain.
Di permainan ini, Nares dan Acio berpura-pura tidak saling mengenal. Padahal, diam-diam mereka bertemu setelah mereka menyelesaikan task. Beruntung tidak ada yang lihat.
Berkali-kali Nares meminta Acio untuk jujur saja pada yang lain, tapi Acio menolaknya dengan alasan:
"[Lo kakak gue, lo udah banyak ngelakuin kebaikan buat gue. Tolong... di permainan ini, lo gak boleh mati. Gomawo, Hyung.]"
Nares akhirnya menuruti permintaan sang adik, yang tak disangka adalah permintaan terakhirnya.
•••
Mereka terdiam, syok mendengar fakta yang baru saja diucapkan. Tama yang paling syok mendengarnya, jadi itu alasan mengapa Nares membela Acio terus-menerus...
"Kak Nares, maaf..."
Galaksi merasa bersalah sekarang, penyesalan datang. Pantas saja Nares tidak marah dan tidak mencurigai Acio, ternyata mereka kakak beradik... dan Acio terbukti bukan impostor.
"Maaf?" Nares tertawa remeh. "Lo nyesel? DARI AWAL LO PINGIN DIA MATI, SEKARANG KEINGINAN LO TERKABUL!"
"Kak Nares, gue juga minta maaf..." Cicit Tama menundukkan kepalanya.
"[Cih, jinjja?]"
Asahi melihat semua perdebatan itu dalam diam, dia sebenarnya tahu Acio bukanlah impostor. Kalaupun dia jujur, memangnya dia dapat dipercaya? Semua orang terlanjur mencurigai pemuda berambut merah itu, kalau dia memberi tahu mereka, otomatis Asahi akan ikut dicurigai.
Nanti dia gagal memata-matai yang lain dong...
"Semua ikut sekarang, kita voting disana," perintah Aksa tegas.
Gendra tidak lari, dia tetap ikut karena dia bukan tipe orang yang lari dari masalah. Kalau sudah kalah, ya terima saja dengan lapang dada.
Dasar, padahal itu menyangkut nyawanya.
Diam-diam dia melirik Yetfa yang rupanya sedang meliriknya juga. Yetfa mendengus, lalu membuang muka.
Eh?
Sebagai satu-satunya orang yang terbukti crewmate disini, Aksa merinding dan bingung. Siapa yang harus ia percaya sekarang?
Nares? Sepertinya dia dapat dipercaya, dia bisa berpikir logis dan sangat teliti memperhatikan sekitar, entah dia berhasil menebak semua impostornya atau tidak.
Asahi? Lumayan, dia pandai bersikap dan peka. Kalau ada bahaya, dia bisa bergerak cepat. Dia juga jenius dalam menjalankan task, Aksa melihatnya sendiri, Asahi mengerjakan soal essay yang rumit di lorong sambil tengkurap.
Yetfa? Ah, orang ini terlalu mencurigakan. Sejujurnya, sebelum pengumuman kekalahan Evan, dia melihat Yetfa berdiri di dekat ventilasi sebelum lari.
Galaksi? Dia patut dicurigai. Sejak kematian Mashiho, Galaksi selalu datang terlambat dengan berbagai alasan.
Tama? Dia memang masih kecil... tapi ada kemungkinan, kan? Perilakunya mencurigakan, dia terlihat tahu sesuatu tentang impostor. Atau jangan-jangan dia memang impostornya?
Tau ah gelap.
"Tunggu apa lagi? Semua vote dia!" Seru Nares tak sabar lagi.
"Jangan! Gue mau tanya satu pertanyaan ke Kak Gendra," Cegas Yetfa.
"Ya udah sana, cepetan!"
"Mau mati masih aja ditanya-tanya, ini bukan pengadilan," kesal Gendra.
Yetfa tak peduli. "Siapa aja yang lo bunuh?"
Inilah pertanyaan yang baru saja ingin ditanyakan Aksa, ternyata dia dan Yetfa satu pikiran.
"Yoshi sama Acio doang."
"Doang? DOANG LO BILANG?!"
"Kak Nares, tenang dulu."
"Gue masih belum terima adik gue dibunuh sama dia!"
"Gue mau memperkuat bukti kalau Kak Gendra memang impostornya." Tama angkat bicara. "Kalian inget gak, kemarin tangan dia kesetrum pas disuruh benerin mesin sama Kak Galaksi dan Kak Bara. Setelah itu, dia gak pernah ngerjain task lagi dengan alasan tangannya sakit."
"Wah, ternyata lo tau rencana gue ya, Tam," puji Galaksi tersenyum miring.
Nah kan, apalagi ini.
"Siapa yang bunuh Evan?" Tanya Aksa.
"Gue gak bakal sebutin siapa teman impostor gue. Tebak aja sendiri, bisa mikir 'kan?"
"Oke, Gendra resmi divote sekarang. Maaf Gendra..."
"Gak apa-apa, gue sendiri juga gak srek jadi impostor."
CRASH!
Aksa berteriak. Kali ini, kapak itu tak membelah tubuh menjadi dua. Tapi kapak itu menebas kepalanya!
Sial, Aksa ingin muntah.
"Donahue Nagendra [was] An Impostor."
Mendengar pengumuman itu, senyum lega terukir di bibir Nares.