Azura Foster menggigit bibirnya. Dia meminta kepada Grritus untuk menjaga Pangeran Ansel. Secara langsung. Ulangi, secara langsung. Ya Tuhan! Astaga. Apakah dia salah bicara?
Ya! Tentu saja! Bagaimana mungkin, dia seorang perempuan asing yang semula hidup di bumi, lantas muncul di dunia antah berantah ini, dengan percaya dirinya, dia mengatakan … UNTUK MEMBANTU PANGERAN ANSELL?
Padahal, hidupnya saja sudah tidak benar! "Ya ampun, ya ampun, ya ampun!! Apa yang aku pikirkan?! Kenapa aku sampai segila ini?" tanya Azura sambil menggigiti ujung kukunya sendiri. Dia kaget sendiri karena permintaannya kepada Grritus kemarin. Sehingga, di sepagi ini, sekitar pukul enam, Azura sudah membuka matanya, dan dia terkejut! Matanya langsung terbelalak, merasa gila dengan permintaannya kepada Grritus!
"Oh Tuhan, oh Tuhan! Bagaimana? Apa yang harus kulakukan? Aku bukanlah seorang tabib. Aku juga bukan dokter. Dan tak pernah memasuki sekolah kedokteran. Dan wabah Horrendum ini adalah wabah termisterius sepanjang masa!"
Ketika Azura masih terjebak dalam pikirannya sendiri, Azura mendengar suara tapak langkah kaki seseorang. "Jangan-jangan, itu Grritus?"
Jantung Azura langsung deg-degan. Rasanya mau lompat. Mau pergi dari tempatnya!
"Jangan bilang itu Grritus!!"
Azura naik lagi di atas tempat tidur. Dia berpura-pura tidur lagi! Gadis itu masuk ke dalam selimut, menarik selimut sampai ke matanya.
Dan ternyata apa… Dugaan Azura benar! Ya! Lelaki itu adalah Grritus!!
Grritus pun berdeham. "Kukira, tadi aku mendengar sesuatu? Aku kira Azura sudah terbangun. Ternyata hanya perasaanku saja."
Azura mengintip dari balik selimut. Gadis itu berharap kalau Grritos cepat-cepat pergi. Tetapi, apa yang terjadi??
Lelaki itu malah mendekat… dan…. MEMBANGUNKANNYA! Mem-ba-ngun-kannya!
"Azura… Bangunlah…"
'Kenapa dia membangunkanku segala sih?' batin Azura.
Gadis itu mendesis dalam selimut. Lantas mengerang. "Errrhhmm…" Dia mengulet. Dan berpura-pura kaget melihat Grritos. "Hng? Tuan Grritos? Sejak kapan Tuan ada di sini?"
Sungguh, Azura berharap akting picisannya ini bisa bagus. Walaupun malah kelihatannya, sebaliknya. Sangaaat aneh!
Dan, dan, dan. Dugaan Azura benar! Grritos pun menyeringai. "Nona Azura Foster, tidak perlu berpura-pura lagi. Bukankah Nona Azura Foster sudah bangun sejak tadi?"
"Eh?"
"Benar, bukan?" tanya Grritos.
Azura menghela napas panjang. Adakah cara untuk membohongi Grritos? Kenapa dia menjadi orang yang serba tahu?
* * *
Grritos memberikan ruang untuk Azura untuk membersihkan dirinya. Bagaimana pun, ini baru hari kedua Azura berada di Paviliun Pangeran Ansell. Azura membutuhkan banyak pengarahan, terkait dengan tugasnya sebagai pelayan.
Dengan demikian, Azura Foster diajak berkeliling oleh Grritos mengitari paviliun. Menjelaskan tata ruang paviliun. Sementara Azura mencatatnya dengan notes. Ia juga mengingat-ingat tugas yang mesti dia lakukan.
Ketika Grritos melirik ke arah notesnya, lelaki tersebut mengernyit keheranan. "Aku baru pernah melihat tulisan seperti itu. Itu tulisan apa?"
Azura buru-buru melihat notesnya. Gawat. Dia menggunakan tulisan dari abjad menggunakan aksara bahasanya di bumi. Menggunakan bahasa Jepang! Pantas saja kalau Grritos terkejut bukan main!
Azura buru-buru melirik sekeliling. Dia baru sadar … dia baru sadar kalau aksara mereka sangatlah berbeda!
"Ah, anu .. ini… "
Azura mencoba untuk menjelaskan. Untung saja, Grritos sudah lebih dulu berbicara. Lelaki tersebut mengatakan. "Itu pasti aksara dari kerajaan lain. Ternyata, kamu belajar banyak ya?"
Azura menyeringai aneh. "Ya. Kamu benar. Ini aksara dari luar negeri."
Dan syukurlah, Grritos tidak ambil pusing. Lelaki tersebut kembali menjelaskan perkara ini dan itu segela sesuatu yang ada di paviliun. Sampai akhirnya, tur berakkhir, Grritos bertanya. "Bagaimana? Apakah kamu mempunyai pertanyaan?"
Azura menggelengkan kepalanya. "Tidak ada. Terima kasih, Tuan Grritos."
Grritos tersenyum. Senyum lelaki tersebut sangat menggoda. Apalagi, dengan rambut berwarna biru keunguan yang pucat dan diikat ke belakang. Kerapian dan ketampanan Grritos begitu terlihat.
Sampai tanpa sadar, pipi Azura memerah. Siapa juga yang bisa menolak senyuman pria tampan? Meskipun Azura masih berumur 17 tahun, Grritos semestinya sudah menjadi om-om di matanya, tetapi om-om ini menggoda iman!
Pada saat itulah, Azura merasa dia tidak memiliki tugas suatu apa pun. Sehingga, dia menunduk dengan perlahan, lantas berniat berpamitan. "Tuan Grritos terima kasih banyak, kalau begitu aku akan kembali ke loteng sebentar untuk…."
"Kata siapa kamu bisa ke loteng?" tanya Grritos.
"Eh? Bukankah jadwalku untuk hari ini sudah selesai? Bukankah aku bekerja mulai besok? Tadi, Tuan Grritos sendiri yang mengatakan kepadaku?" sahut Azura bertubi.
Tadi, ketika Grritos menjelaskan tentang situasi di Paviliun, lelaki itu mengatakan kalau dirinya baru mulai besok bekerja. Tetapi, apa yang terjadi kini? Kenapa… Kenapa Grritos berubah pikiran?
Lelaki itu pun mengatakan, "Seharusnya ya. Kamu bisa kembali. Akan tetapi, kamu kemarin yang mengatakan ingin membantu Pangeran Ansell, bukan?"
"Kita akan mengunjungi Pangeran Ansell. Sekarang juga."
Mendadak, Azura membeku. A, apa? Katakanlah kalau dia tuli. Atau salah dengar. Dia salah dengar kan?
Saat itulah, Grritos kembali berbicara. "Bagaimana, kamu siap bukan bertemu dengan Pangeran Ansell?"
TIDAKKK!!! AZURA TIDAK SANGGUP!!
KEMARIN, HANYALAH KEGILAANNYA SEMATA!!
OH TIDAKKK!!!
* * *