Pelajaran terakhir adalah Biologi yang diajar oleh Bu Sri. Di hari pertama ini, beliau perkenalan-perkenalan saja. Menurutnya, waktu hanya dua jam pelajaran saja kurang cukup untuk memulai kegiatan belajar mengajar yang efektif. Karena itu, Bu Sri lebih banyak bercerita tentang dirinya dan juga Aurel. Seperti yang para kakak kelas bilang, Bu Sri memang paling banyak membicarakan Aurel. Kalau boleh jujur, sebenarnya Ricky kurang suka dengan perbincangan yang Bu Sri bangun itu karena terus menyangkut-pautkan dengan Aurel.
Setelahnya, bel pulang akhirnya berbunyi juga dan Bu Sri memberi pesan untuk mempelajari buku yang nanti akan dikasih sebelum ia pergi keluar kelas.
Hari ini Ricky memutuskan untuk tidak langsung pulang. Ia ingin melihat bagaimana cara Aurel menyambut anggota-anggota baru klubnya. Ya, Ricky dapat kabar dari Yoga kalau hari ini ada pertemuan klub fashion di taman belakang sekolah. Sekitar 13 siswa baru sudah duduk melingkar di atas rumput yang ditengahnya ada sebuah patung air mancur. Dan Ricky duduk di koridor, tak jauh dari tempat itu, tapi cukup sulit dilihat dari tempat mereka berada.
Perkenalan yang disampaikan Aurel tampak normal. Sifat periang dan friendly yang Aurel tampilkan membuat suasana nyaman tersendiri di sana, dan tidak ada sama sekali ekspresi tegang di antara calon anggota baru. Prinsip klub tanpa kesenioritasan, baru Aurel terapkan. Walau awalnya ada sedikit pertentangan dari senior-senior klub itu, namun, akhirnya semua berjalan lancar.
"Baiklah, mari kita mulai perkenalan ini dari kakak-kakaknya ya," kata Aurel.
Empat siswi yang merupakan kakak kelas 3 di klub itu memperkenalkan diri, kemudian menurun ke kelas 2 yang berjumlah tiga siswi dan dua siswa. Kehadiran Jo yang ternyata merupakan salah satu anggota klub itu cukup membuat Ricky terbelalak.
"Nah, setelah kakak-kakaknya, sekarang adik-adiknya nih," kata Aurel dengan senyum riangnya yang seolah tak pernah hilang.
Satu per satu calon anggota yang lebih banyak perempuan daripada laki-lakinya itu mulai memperkenalkan diri.
"Perkenalkan, nama saya Yoga Adriatama dari kelas X-IPA 3," kata Yoga.
"Kenapa kamu mau ikut klub ini?" Pertanyaan yang sama dari Aurel untuk anggota-anggota baru sebelumnya.
"Mau belajar jadi model bintang majalah terkenal!" jawab Yoga dengan semangat 45 yang tersirat di kedua matanya.
"Pfftt... tampang kayak gitu mau jadi model," celetuk Caca yang baru tahu alasan kenapa ia masuk klub.
"Yee emang kenapa?" timpal Yoga.
"Whoa! Motivasi yang bagus!" Aurel bertepuk tangan dan mengapresiasi impian anak itu. "Tidak apa, kalau kamu berlatih lebih giat, aku yakin kamu bisa menjadi model sekaligus pemain basket terkenal," tambahnya.
"Wah, kakak tau darimana saya suka basket?"
"Ada deh." Aurel memberikan cengiran lucunya.
Ricky langsung menatap sinis ke arah Yoga yang tampak salah tingkah itu setelah melihat Aurel. Aura ingin menghabisinya, ternyata sampai ke Yoga sehingga membuat bulu kuduknya tiba-tiba berdiri. Merasa ia seperti sedang diperhatikan, Yoga pun langsung mencari siapa yang sedang memperhatikannya. Dan akhirnya, mata beriris hitamnya bertemu mata beriris cokelat milik Ricky yang ternyata adalah pelakunya. Tidak tahan dengan tatapan tajam itu, Yoga langsung menunduk. Sepertinya ia tahu mengapa Ricky mendadak seperti itu padanya. Lalu ia kembali fokus pada klubnya ini.
Aurel beralih ke gadis berambut ikal di sebelah Yoga. "Sekarang kamu."
"Aku Bianca Hani Erisca. Biasa dipanggil Caca. Aku dari kecil selain suka bernyanyi, suka dunia modeling," kata Caca.
"Wah... ternyata banyak juga yang modeling. Untungnya aku ada teman yang handal di bidang modeling. Kapan-kapan pas latihan aku bawa, deh," komentar Aurel. "Tadi kamu bilang kamu suka nyanyi, ya? Sama kayak Ricky dong"
"Wah beneran? Asik deh bisa duet haha," girang Caca.
(Tandai dia. Jangan sampai lolos), batin Aurel memberi peringatan saat melihat respon gadis itu. "Oke selanjutnya, kamu Lita."
Lita sedikit terkejut saat tahu Aurel sudah mengenalnya. "A-aku, maksudnya saya Talita Arsyila. Biasa dipanggil Lita."
Gadis dikuncir satu itu terlihat sedikit gugup di depan Aurel yang tatapannya sedikit berbeda dari sebelumnya. "Apa motivasi kamu ikut klub ini?"
"Aku senang mendesain baju. Jadi, aku ingin mengembangkan minatku di sini," jawab Lita antusias.
"Ooh ternyata dia suka merancang baju juga," komentar Rick pelan.
Aurel memandang mata Lita dan melihat kesungguhan dalam ucapannya tadi. "Bagus! Akhirnya ada juga yang mau belajar merancang baju!" girang Aurel. Suasana hatinya yang awalnya sedikit buruk saat bertemu gadis itu, berubah drastis menjadi lebih baik setelah tahu apa yang digemarinya. "Kamu tidak ingin belajar model juga?"
Lita menggeleng cepat. "Tidak terima kasih. Aku ingin fokus mendesain saja," jawabnya sambil tersenyum.
Aurel membalas senyumnya dan mencoba untuk tidak terlalu berprasangka dahulu kepadanya. Kesungguhan dalam mendesain pakaian harus diapresiasi setinggi mungkin. Itu sebabnya, ia mencoba bersikap lebih baik padanya jika sudah menyangkut dengan desain pakaian. Namun, prasangka buruknya itu kini mulai berpindah ke gadis cantik berambut ikal di sebelah Lita. Gadis bernama Caca yang melambai senang ke arah Ricky yang baru ia sadari keberadaannya itu. Tentu saja sikap gadis berambut ikal itu semakin diwaspadai Aurel.
Mulai hari ini, Aurel akan menyusun sebuah strategi perang dalam menghadapi Lita dan Caca untuk melindungi adik bungsunya yang sangat ia sayangi itu dari pengaruh buruk yang mungkin akan membuat Ricky tidak lagi sama seperti dulu.