Di warung kopi dekat dengan kantor polisi Adamma merenung seorang diri, kembali memikirkan perkataan Pak Handoyo dalam benaknya. Penasaran dengan orang yang begitu dilindungi olehnya.
"Siapa orang itu. Sebelum Ayah meninggal juga dia membicarakan itu kepadaku. Aku sangat penasaran sekali, dengan orang yang sangat berbahaya itu! Aku ingin menghadapinya, walaupun mati sekalipun," batin Adamma sambil duduk bersama dengan segelas kopi yang ada di atas meja.
Arya bersama yang lain bersiap untuk membagi tugas, sedangkan dia tidak melihat Adamma yang tadi pamit untuk pergi ke kamar mandi.
"Adamma mana?" tanya Pak Saleh sambil melihat kursi yang ada di samping Arya.
"Tadi dia pamit ke kamar mandi, tapi tidak tahu belum balik juga sampai sekarang," jawab Arya sambil melihat kursi Adamma yang kosong.