Di rumah kakek pemulung, Arya mendekati mereka yang saling bertatapan. Membuat Arya penasaran dengan pembicaraan yang sedang mereka bahas.
"Ada apa Adamma?" tanya Arya melihat Adamma yang tidak hentinya menatap kakek tua yang ketakutan dengannya.
Kakek itu melihat Arya, lalu meminta pertolongan kepadanya.
"Wanita ini monster! Dia bisa membaca suara hati, aku takut sekali. Tolong aku!" ucap kakek tua bersembunyi di belakang punggung Arya.
Arya semakin bingung dengan perkataan kakek tua yang mengatai Adamma monster, lalu dia menarik lengan Adamma untuk membawanya untuk keluar dari dalam rumah kakek tua.
"Ada apa yang sebenarnya sedang terjadi? Apa maksudnya mendengar suara hati? Aku tidak mengerti," Arya melontarkan banyak pertanyaan kepada Adamma dengan wajah yang nampak bingung.
"Kakek itu menemukan tasnya, dia mencoba berbohong kepada kita," jawab Adamma meyakinkan Arya.
"Tunggu! Kamu tau dari mana? Aku tidak mendengar kakek mengatakan itu," tanya Arya semakin penasaran dengan yang di katakan oleh Adamma.
"Kali ini percaya saja padaku, lebih baik sekarang kita geledah rumah kakek. Pasti tas itu masih dia sembunyikan disana," Adamma berbalik untuk kembali ke rumah kakek.
Arya menarik tangan Adamma melarangnya untuk kembali ke rumah kakek. "Tidak! Aku tidak akan membiarkan kamu melakukan hal yang jelas tidak ada buktinya," larang Arya dengan erat memegang tangan Adamma.
"Aku mohon Arya, kali ini aja kamu percaya sama aku," pinta Adamma memohon sambil melihat kakek itu yang akan pergi dengan mendorong gerobaknya.
"Tidak! Aku tidak percaya padamu," Arya menarik tangan Adamma untuk kembali ke mobil.
Adamma tidak mau menuruti kemauan Arya, dia menepis tangannya lalu mengejar kakek tua itu yang sedang berusaha untuk menjauhinya.
"Kakek tunggu! Tunggu aku," panggil Adamma berlari mengejar kakek tua yang berjalan dengan sangat cepat.
Arya yang mengkhawatirkan Adamma, ikut berlari untuk mengejarnya.
Adamma berhenti tepat di depan kakek. "Dimana tas itu?" tanya Adamma menatap mata kakek dan mencoba membaca suara hatinya. "Aku tidak akan mengatakan kepadamu, aku tidak ingin mencari masalah dengan penjahat," suara hati kakek itu.
"Percayakan kepadaku, aku akan menangkapnya. Jadi aku mohon berikan tas itu kepadaku," pinta Adamma dengan membaca suara hati kakek itu lagi. "Aku tidak mempercayai yang namanya polisi, tangkap sendiri pelakunya dan aku tidak peduli dengan urusan kalian," suara hati kakek.
Adamma kesal dengan kakek tua itu, yang bersikeras tidak ingin memberikan bukti yang ditemukan kepadanya, Arya yang hanya mendengar ocehan Adamma membuatnya kesal dan memarahi Adamma, dia berpikir Adamma memiliki kelainan mental.
"Adamma STOPP!" teriak Arya menghentikan Adamma yang keras kepala.
"Hati-hati dia sangat berbahaya," ucap kakek melihat Arya lalu pergi dengan membawa gerobaknya.
Adamma yang ingin mengejar kakek itu, dipegang erat oleh Arya yang menarik tangannya untuk kembali ke mobil. Sesampainya di mobil, Adamma mencoba meyakinkan Arya.
"Jika kita tidak menemukan kakek itu sekarang, kita pasti akan kehilangan barang bukti yang sangat penting," ucap Adamma melirik Arya yang sedang memakai sabuk pengamannya.
"Aku rasa kamu harus mengecek kesehatanmu, aku sangat mengkhawatirkanmu," jawab Arya dengan menyalakan mesin mobilnya.
Dengan terpaksa Adamma mengungkap jati diri yang sebenarnya dengan membaca suara hati Arya.
"Kenapa bisa dia menjadi polisi dengan mental yang sakit seperti ini," ucap Adamma mengikuti suara hati Arya yang sedang mengatainya.
Mendengar ucapan Adamma yang sama dengan suara hatinya, membuat Arya takut lalu duduk menyamping untuk menjauhi Adamma.
"Si…Si..Siapa kamu sebenarnya?" tanya Arya terbata-bata melihat Adamma penuh curiga. "Dasar wanita aneh, bagaimana bisa pas sekali dengan suara hatiku," batin Arya melihat Adamma yang sedang menatapnya.
"Aku bukan orang aneh, aku bisa mendengarnya," ungkap Adamma kepada Arya.
"Kamu bukan malaikat pencabut nyawa kan?" batin Arya mencoba lagi memakai suara hatinya.
"Aku bukan malaikat pencabut nyawa, aku tetaplah manusia sama sepertimu," jawab Adamma tersenyum melihat Arya yang sedang ketakutan dengannya.
Arya mencoba menenangkan dirinya, dengan menghela nafasnya dan perlahan duduk dengan benar.
"HHOUHH!" Teriak Arya membuang nafas panjangnya. "Sekarang jelaskan padaku darimana kamu mendapatkan kemampuan itu?" tanya Arya penasaran.
"Aku akan menjelaskannya nanti, lebih baik sekarang kita menyusul kakek itu. Sebelum kita kehilangan jejaknya," pinta Adamma mencoba meyakinkan pada Arya.
"Tidak perlu! Percuma saja jika kita tetap memintanya untuk memberitahu kepada kita, lebih baik pakai cara ilegal saja agar dia mau memberikan bukti itu kepada kita," jawab Arya memberi pengertian kepada Adamma.
"Maksudnya gimana? Cara ilegal?" tanya Adamma bingung dengan perkataan Arya.
"Lebih baik kita menggeledahnya sekarang, tanpa seijin dari kakek itu yang sekarang sedang pergi bekerja," ajak Arya melepas sabuk pengamannya.
"Apa ini tidak berlebihan?" tanya Adamma memegang tangan Arya untuk mencegahnya.
"Tidak! Percaya saja kepadaku, aku sering melakukannya. Jika saksi tidak mau di ajak bekerja sama," jawab Arya membuka pintu mobilnya.
Mereka turun dari mobil, untuk pergi kerumah kakek itu yang jaraknya sekitar 5km. Sesampainya disana mereka terkejut dengan keadaan rumah pemuling itu yang sudah berantakan.
"Sepertinya ada seseorang sebelum kita yang menggeledah tempat ini," ucap Adamma melihat kardus dan botol bekas lepas dari ikatan sehingga berantakan.
"Berarti kakek itu sedang dalam bahaya sekarang," Arya dengan mata melotot menatap Adamma.
Dengan segera mereka berlari untuk mencari kakek menyusuri jalan yang lurus di samping kebon kosong menuju perumahan elite, tapi jejak kakek itu tidak di temukan. Membuat mereka frustasi melihat perempatan jalan untuk mencari keberadaan kakek.
"HHHAHHH!!" Adamma membuang nafasnya setelah kelelahan berlari. "Lebih baik kita berpisah aku ke kiri dan kamu ke kanan," Adamma memberi saran kepad Arya seniornya.
"Tidak! Aku tidak mengijinkannya. Ini bahaya, aku tidak ingin terjadi hal buruk terhadapmu," larang Arya dengan keringat yang bercucuran di dahinya.
"Percaya saja kepadaku," Adamma berlari ke kanan meninggalkan Arya.
Arya bimbang melihat Adamma yang sudah berlari jauh ke arah kanan dan melihat jalan kiri, tapi dia takut terjadi hal buruk pada Adamma.
"Ishhhhh sial!" Arya berlari mengikuti Adamma.
Adamma berlari keluar masuk gang yang sepi, mencoba mencari keberadaan kakek, dan berhenti setelah melihat gedung tua yang ada di depannya. Dengan perlahan dia mengeluarkan pistol yang ada di saku celananya. Dia menodongkan pistol memasuki gedung yang kosong tak berpenghuni, seketika dia mendengar langkah kaki orang yang berlari di ujung gedung. Saat ingin mengejarnya, dia mendengar suara kakek tua meminta bantuan.
"Tolong!! Tolong aku!!" suara menggema kakaek tua yang berada di dalam gedung.
Adamma dengan perlahan masuk lebih jauh lagi, untuk mendekati suara kakek yang teriak meminta bantuan, dan dia terkejut saat ada orang di belakangnya.