Sesampainya di pusat perbelanjaan, di salah satu departemen store tempat korban bekerja menjadi SPG. Mereka langsung menuju kasir, dan Arya menunjukkan kartu id kepada salah satu kasir wanita.
"Selamat sore, saya polisi ingin menanyakan tentang Rohani. Apa kamu mengenalnya?" tanya Arya kepada petugas kasir.
"Iya, dia bekerja disini sebagai SPG merk baju, tapi sudah beberapa hari ini dia tidak masuk bekerja," jelas petugas kasir yang tidak tahu tentang kematian rohani.
"Maaf dengan siapa ini?" tanya Arya kepada petugas kasir.
"Saya Siti teman Rohani," jawab Siti sedikit gugup.
Arya menengok ke arah Adamma yang ada di belakangnya, untuk menjelaskan masalah yang sedang terjadi.
"Maaf mba sebelumnya, Rohani telah menjadi korban kejahatan dan dibunuh secara keji. Maka dari itu kami sedang mencari keterangan mengenai korban," ucap Adamma menjelaskan tentang kematian Rohani.
"Hah!" petugas kasir sangat terkejut, tangannya gemetar, lalu jatuh tak sadarkan diri.
Mereka lalu meminta bantuan kepada staf yang lain, untuk menolong temannya yang pingsan. Setelah membawa petugas kasir untuk masuk ke dalam ruang istirahat, salah satu manager mendatangi mereka untuk memberikan keterangan.
"Permisi saya Mus, manager disini," ucap Pak Mus menenangkan diri.
"Perkenalkan saya Arya, dan ini Adamma. Kami di tugaskan untuk mencari keterangan Rohani yang menjadi korban pembunuhan," Arya memberitahu maksud dan tujuannya di hadapan Mus.
Mendengar suara bising dari ruang istirahat, petugas kasir itu bangun dan menemui mereka yang sedang berbincang dengan managernya.
"Maaf saya sangat terkejut mendengarnya, soalnya saya sangat dekat dengan Rohani," ucap petugas kasir mengusap air matanya.
"Nah ini temannya, mereka kemana-mana selalu berdua. Kalau begitu saya permisi untuk pergi," pamit Mus kepada dua polisi lalu berbalik untuk pergi.
Mereka bertiga duduk di sofa, dekat dengan ruang istirahat karyawan. Arya dan Adamma mulai mengintogasi petugas kasir yang bernama Siti duduk di hadapannya.
"Bagaimana hubungan kamu dengan korban Rohani?" tanya Adamma dengan berpikir Rohani sama dengan korban yang lainnya.
"Hubungan saya sama dia dekat, pernah beberapa saat yang lalu saya menginap di kostnya. Lalu dia menceritakan tentang keluarganya di kampung yang suka di hina oleh tetangga," jelas Siti dengan terus meneteskan air mata.
"Bagaimana perilaku dia di kerjaan?" tanya Adamma lagi menatap Siti dengan serius.
"Tertutup, kalau lagi gak satu shift dengan saya. Dia pasti sendirian, dan gak pernah ngobrol sama teman yang lainnya," jawab Siti melihat Adamma.
Seketika Adamma mendengar suara hati petugas kasir yang mengatakan "HAHA! Dasar dua polisi bodoh."
Adamma terkejut, lalu berhenti dan beranjak dari duduknya, mengamati Siti dari atas sampai bawah. Mulai dari sepatu, jam tangan, dan jepit rambut semuanya bermerk. Arya yang melihat Adamma yang sedang mengamatinya, ingin tahu apa yang sedang dia curigai.
"Sepatu kamu highclass ya," puji Adamma dengan nada menyindir.
"Iya, saya mendapatkannya dari seseorang," jawab Siti itu gugup.
"Aku tidak bertanya itu darimana. Boleh kami lihat lokermu?" tanya Adamma berdiri di belakang petugas kasir sambil mengamati gerak-geriknya.
Siti lalu beranjak berdiri, dan bukannya pergi ke lokernya. Dia keluar dan berlari untuk melarikan diri. Melihat itu Adamma dan Arya dengan cepat menyusul Siti yang melarikan diri.
"HEUH…HEUH…HEUH" suara nafas Siti yang bingung di tengah keramaian.
Matanya mulai berbayang, seakan-akan bumi berputar. Dia berjalan membuat staff yang memperhatikannya menjadi takut. Lalu dia menarik tangan staf wanita dan mulai mencekiknya. Merasa jika mereka yang melihatnya, terus menghinanya.
"Tolong…Tolong aku." teriak staf yang tergeletak di lantai dan di cekik oleh Siti.
Semua staff dan para pengunjung mengelilinginya untuk membuat video, Adamma yang baru saja tiba langsung mendekatinya dan melihat Siti sedang mencekik leher staff lain.
Adamma mendekatinya secara perlahan. "Lepaskan dia, kita bisa bicara ini baik-baik," ucap Adamma menatap mata petugas kasir untuk meyakinkannya.
"JANGAN MENDEKAT!" teriak histeris Siti dengan tangan masih di leher staff yang kesulitan bernafas.
Adamma menjauh lalu melihat Arya yang sedang berjalan mengendap-endap di belakang petugas kasir, membuat Adamma mengalihkan perhatian petugas kasir dengan cara terus mendekatinya secara perlahan.
"Lepaskan dia," ucap Adamma terus mencoba meyakinkan petugas kasir yang mencoba membunuh staff.
"Biarkan dia mati! Dia menghinaku!" teriak Siti yang sedang berhalusinasi.
Arya yang ada di belakangnya, langsung menyergap dan menariknya untuk menjauh dari staff yang sudah lemas tak berdaya. Dia memborgol tangan Siti, lalu membawanya pergi dari departemen store. Sebelum pergi Adamma meminta staff yang lainnya menolong temannya yang pingsan.
"Tolong dia, beri dia minyak angin ya," pinta Adamma lalu pergi menyusul Arya.
Setelah petugas kepolisian berhasil menangkap siti, semua staff yang mengenalnya langsung membicarakan petugas kasir.
"Ih aku mah dari dulu gak suka sama dia, sok kaya banget. Tukang pamer," ucap staff yang sedang ngerumpi.
"Bukannya tadi dia diminta menjadi saksi kematian Rohani?" tanya salah satu temannya.
"Hah! Apa jangan-jangan dia yang membunuh Rohani?" yang lain menduga-duga.
Di kantor polisi Arya dan Adamma membawa Siti ke dalam ruangan penyidik. Setelah itu mereka keluar untuk melapor kepada Komandan Saleh.
"Lapor pak! Saya menangkap salah seorang petugas kasir yang mengaku dekat dengan Rohani korban yang ditemukan di area kebon kosong," tegas Arya kepada Pak Saleh.
"Jelaskan padaku apa yang terjadi?" tanya Pak Saleh kepada Arya dan Adamma yang berdiri di hadapannya.
Adamma menceritakan tentang kejadian rusuh yang terjadi di departemen store, tapi tidak menceritakan bahwa dia mendengar suara hati petugas kasir yang meledeknya. Setelah mendengar penjelasan Pak Saleh mengajak mereka untuk pergi ke ruangan penyidik menemui petugas kasir.
Di Amerika Risa yang sedang di hotel bersiap untuk balik ke Indonesia mendapat panggilan telfon dari Vincent. Dia yang sedang menatap keluar jendela hotelnya, dengan segera mengangkat panggilanya.
"Apa kabar?" tanya Risa kepada Vincent di panggilan telefon.
"Baik, kamu sendiri?" tanya balik Vincent yang sedang di ruangannya. "Kamu akan pulang ke Indonesia besok pagi kan?" Vincent dengan nada antusias.
"Aku juga baik. Besok aku akan pulang dengan penerbangan pertama," jawab Risa.
"Aku harap bisa bertemu denganmu secepatnya," ucap Vincent yang sudah merindukan Risa.
"Nadamu itu seperti seorang kekasih yang sedang merindu," ledek Risa tertawa.
"Memang benar ucapanmu," balas Vincent tertawa bersama Risa. "Bagaimana penelitiannya, berjalan lancar?" tanya Vincent kepada Risa.
"Begitulah banyak pendapat dan contoh yang masih aku uraikan bersama dengan dokter lainnya," jawab Risa. "Aku harus pergi sekarang, sampai nanti ya," pamit Risa menutup panggilan telefon.
Risa kembali menatap langit seja sore, dengan banyak pemikiran di benaknya.