Hanya penyesalan yang dapat menghinggapi pikiran Lascrea saat dia melihat portal sihir dua dunia itu menutup dan menghilang tanpa bekas sedikit pun. Lascrea sadar dan mencoba tegar, mungkin itu adalah jalan takdir bagi mereka berdua yang bukanlah dipertemukan karena cinta yang murni.
Lascrea saat itu yang masih berada dalam dekapan Moore-sahabatnya, perlahan melepaskan dirinya dan mendekati bekas portal yang telah musnah dengan satu tangan yang diangkat seperti ingin mengusap bayangan portal itu.
Sekarang yang ada di pikirannya, apakah pria itu baik-baik saja?
Apakah dia tidak apa-apa dengan luka yang dalam seperti itu?
Apakah mereka akan bertemu lagi?
Kemudian Lascrea pun tersenyum simpul sembari menurunkan pandangannya dan berdecak.
Moore yang kala itu berada tepat di belakang Lascrea sangat khawatir terhadap perilaku sahabat yang dia cintai itu. Benar, Moore telah menaruh perasaan mendalam pada Lascrea sejak waktu lama.
Moore pun perlahan mendekati Lascrea yang masih termenung itu, tiba-tiba Lascrea berbalik seperti mengingat sesuatu yang sangat penting dan langsung menghalang langkah Moore yang mana dia akan mendekati Lascrea juga saat itu.
"Moore, bagaimana kamu bisa tahu bahwa aku ada di sana? Apakah kamu juga memiliki kekuatan spiritual atau jangan-jangan kamu juga adalah bangsa seperti Allail?" tanya Lascrea dengan ekspresi penasarannya yang semakin mendekatkan wajahnya itu pada Moore.
Moore yang telah menyimpan perasaan pada Lascrea itu sontak memerah wajahnya dan memalingkan pandangannya dari Lascrea. "A-aku, itu, aku, anu." Moore kebingungan harus bagaimana menjelaskan caranya dia dapat menemukan Lascrea yang dibawa ke neraka.
"Apa? Bagaimana? Kamu kenapa tergagu seperti itu?" tanya Lascrea lagi.
"A-aku tidak apa-apa, pokoknya aku akan menjagamu agar kamu tidak dimanfaatkan oleh Raja iblis serakah itu," jawab Moore, kali ini dia telah menampilkan wajah yang sangat serius saat membahas tentang kejahatan Allail di depan Lascrea.
"Kenapa kamu berkata seperti itu? I-iya aku akui, memang dia adalah Raja yang kejam tapi, dia tidak pernah mencelakakan aku Moore. Sekarang bahkan aku ini adalah Permai-"
"Permaisuri?" potong Moore sambil tersenyum dengan pandangan merendahkan. "Jangan salah faham kamu Lascrea, dia itu adalah Raja iblis yang sangat kejam, dia itu telah membunuh semua penghuni hutan cahaya yang ditinggali oleh para peri. Dia sama sekali tidak pernah ragu dalam mencapai tujuan yang dia inginkan. Sekali saja kamu terjatuh dalam perangkapnya, kamu akan dibunuh hingga tak bersisa lagi, Lascrea. Kamu harus paham itu, aku ini sangat khawatir terhadap keselamatanmu!" Moore pun berusaha agar membuat Lascrea percaya dan tak memihak pada Allail lagi.
Lascrea kala itu sangat bingung, apakah dia harus mempercayai Moore yang telah menjadi sahabatnya sejak dahulu ataukah Raja iblis yang telah menjadi suaminya itu. Dia pun hanya bisa menunduk dan Moore langsung memeluknya, berusaha agar membuatnya tenang.
"Sekarang semua sudah baik-baik saja Lascrea, aku sudah ada di sini, sekarang kamu bisa tetap menjadi balerina yang dicintai semua orang," kata Moore sambil mengusap-usap punggung Lascrea di dekapannya itu, Lascrea pun pasrah dan hanya mengangguk kemudian menutup matanya, dia tak ingin memikirkan hal itu lagi, dia berusaha lari dari kenyataan akibat hatinya yang sudah berpaut dengan Allail tak menemukan titik terang.
***
Satu tahun kemudian...
"Kami panggilkan balerina perwakilan dari Rusia, Lascrea Amone!"
Prok, prok, prok!
Suara tepuk tangan pun terdengar bergema memenuhi stadion pertandingan balerina tingkat nasional saat nama balerina, Lascrea Amone dipanggil oleh pembawa acara untuk menampilkan tariannya.
Wanita yang saat itu telah memasuki usia ke-21 tahun, perlahan memperbaiki dan memeriksa seluruh atribut yang dia kenakan, dari sepatu, baju, dan gelangnya.
Perlahan Lascrea menghadap di depan kaca sambil memandang pantulan dirinya. "Lascrea, semangat! You can do it!" ucap Lascrea sambil membelai wajahnya yang ada di depan cermin kemudian dia pun dijemput oleh pelatihnya dan dibawa ke dalam stadion.
***
"Ya, balerina cantik dan menawan dengan balutan gaun mutiara hitam yang gemerlap sangat cocok untuk tema yang dipilihnya kali ini. Cinta dan dusta, begitulah tema yang diusung oleh gadis yang sekarang menginjak usia 21 tahun, kita lihat sekatang dia telah mengambil ancang-ancang untuk memulai perjunjukannya. Ya inilah dia Lascrea Amone!"
Suara dari Host perlombaan itu tiada akhirnya di telinga Lascrea, lagu yang dia ciptakan selama satu tahun setelah dia berpisah dengan Allail, lagu yang menguras habis emosinya tiap kali dia menarikannya, lagu yang mencerminkan kisah cinta semu, singkat namun indah berbalutkan kebohongan dan pengkhianatan.
***
"Ya wanita cantik ini telah mengambil ancang-ancangnya kemudian dia mulai melentikkan jarinya dengan anggun, dia berputar kemudian berlari dan meraih sesuatu yang tak berwujud, indah sekali penampilannya kali ini."
Lascrea memperhitungkan segala gerak-gerik yang keluar dari bahasa tubuhnya, sekarang nafasnya terengah-engah akan tetapi lagu yang diputar saat itu belum sampai setengah jalan.
"Oh tuhan, perasaan ini muncul lagi." Lascrea menggigit bibir bawahnya dengan erat sambil terus berusaha menampilkan tarian yang sempurna dihadapan para juri akan tetapi dia terlihat seperti tidak di tempat itu walaupun raganya terlihat.
"Ya, ini dia lompatan pertama dari balerina cantik pemegang mendali emas tahun lalu!"
Lascrea pun sampai di lompatan pertamanya, akan tetapi dia tergelincir.
"Oww sayang sekali, lompatan yang bagaikan merpati itu tak sempurna ditampilkan oleh darah muda berbakat satu ini, tidak apa-apa, dia masih memiliki banyak waktu," kata Host terus menjelaskan kejadian saat itu.
"Huh, huh, huh." Lascrea berusaha mengatur nafasnya yang lama-kelamaan terasa semakin berat. "Sedikit lagi." Lascrea menampilkan senyuman palsunya pada penonton agar semua mengira bahwa dia sedang baik-baik saja.
Tiba-tiba Lascrea menangkap bayangan Allail di kursi penonton yang sontak membuat pikirannya menjadi blank dan tak bisa memikirkan apa pun.
"Huh, Al- huh, Llail?" gumam Lascrea dengan nafas tesengal.
"Baiklah, kita telah sampai pada sekmen terakhir dari penampilan Lascrea Amone, marilah kita nantikan kesempurnaan apa lagi yang akan mengejutkan kita semua tahun ini," kata Host itu sambil tersenyum.
Fokus Lascrea yang tertuju pada kursi oenonton itu pun pecah saat menyadari bahwa dia telah sampai pada sekmen terakhir penampilannya.
"Apa?" Lascrea pun berbalik melihat waktu penampilannya, tenyata benar, tersisa beberapa menit lagi sampai dia harus mengakhiri penampilannya. "Aku harus bagaimana?" tanya Lascrea bingung, peluhnya telah berjatuhan membasahi tubuhnya yang dibalut kain ketat itu.
Lascrea pun membalikkan pandangan lagi pada kursi penonton guna mencari kembali sosok yang mirip dengan si Raja pencuri hatinya itu.
"Di mana, Allail? Huh, huh." Lascrea tak menemukan pria itu lagi, dia mulai menangis dengan nafas terengah-engah dalam kepanikan, dia tak dapat melanjutkan pertunjukannya itu lagi.
"Hiks, hiks, jahat! Iblis jahat! Kalau kau ada di sini, kenapa tidak keluar! Kejam! Apa aku ini masih permaisurimu? Hik, hik."
Bersambung...